STRATEGI PENANGANAN GENANGAN DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS KECAMATAN AMPENAN) Lalu Kusuma Wijaya, Didik B. Supriyadi, Endah Angreni Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Email : : Lalu_Wijaya@yahoo.co.id ABSTRAK Beberapa tempat di Kecamatan Ampenan pada saat musim hujan selalu terjadi genangan.topografi yang relatif datar dan merupakan daerah hilir mengakibatkan dampak genangan yang terjadi lebih besar dari daerah lainnya. Hal ini disebabkan kurang terpeliharanya saluran, kapasitas saluran yang sudah tidak memadai, kondisi muara sungai serta pengaruh pasang surut air laut. Saat ini penanganan genangan masih terkendala dengan keterbatasan biaya dan lembaga pengelola drainase. Untuk mengatasi permasalahan genangan dilakukan pendekatan dengan menganalisis terhadap aspek teknis (hidrologi dan hidrolika), aspek kelembagaan (analisa SWOT), dan aspek finansial terhadap biaya pembangunan serta operasi dan pemeliharaan. Hasil evaluasi menunjukkan kapasitas beberapa saluran sudah tidak mencukupi sehingga perlu dilakukan rehabilitasi seperti saluran di Jalan Adisucipto, Kampung Melayu, lingkungan Mapak serta BTN Pagutan. Biaya yang dibutuhkan untuk rehabilitasi saluran serta kegiatan operasi dan pemeliharaan sebesar Rp. 1.542.036.000,- Dari aspek kelembagaan, tersusun berbagai program strategis kelembagaan yaitu pengendalian daerah genangan dengan pengembangan secara bertahap, menyiapkan produk hukum penanganan drainase kota, pengendalian tata guna lahan, membuat pedoman kerjasama dan koordinasi antar instansi terkait dan masyarakat, pengembangan SDM yang kompeten dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase. Kata kunci: drainase, genangan, strategi. PENDAHULUAN Penyebab utama terjadinya genangan adalah adanya perubahan fungsi lahan dari daerah resapan air berubah menjadi kawasan terbangun sehingga akan memperbesar limpasan permukaan ( surface runoff) yang secara langsung berpengaruh terhadap meningkatnya debit aliran dari suatu daerah tangkapan air. Kecamatan Ampenan secara geografis merupakan daerah hilir yang berbatasan langsung dengan Selat Lombok, sehingga sistim drainase yang ada langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut dan muara-muara sungai. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Mataram tahun 2006-2010 menyebutkan, genangan terjadi hampir dibeberapa tempat antara lain BTN Pagutan, lingkungan Mapak, lingkungan Kampung Banjar, lingkungan Kampung Melayu dan Jl. Saleh Sungkar dengan luas genangan diperkirakan 32,37 Ha, tinggi genangan antara 20-50 cm dan lama genangan antara 2-12 jam. Permasalahan genangan ini merupakan suatu hal yang rutin terjadi setiap musim hujan dengan frekwensi kejadian lebih dari 2 (dua) kali setahun. Dari luas daerah genangan yang terjadi, sudah
saatnya pemerintah melakukan penanganan sebagaimana sasaran pembangunan nasional bidang drainase 2005-2010 yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2004-2009 bahwa berkurangnya wilayah genangan permanen dan temporer hingga 75% dari kondisi saat ini. Di sisi lain perhatian dan kemampuan Pemerintah Kota Mataram dalam mengelola sistim drainase belum optimal, menyangkut institusi yang bertanggung jawab langsung dalam pengelolaan sistim drainase serta alokasi dana untuk kegiatan pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan jaringan drainase. Sehingga perlu untuk dilakukan evaluasi dan penyusunan strategi penanganan masalah genangan ditinjau dari Aspek teknis; aspek institusional/ kelembagaan; dan aspek finansial/ pembiayaan berdasarkan prioritas penanganan dari masing-masing daerah genangan. Tujuan dari studi ini adalah menyusun strategi penanganan masalah genangan khususnya di Kecamatan Ampenan Kota Mataram sebagai salah satu dasar penyusunan program pembangunan pengelolaan sistem drainase dalam upaya mengurangi daerahdaerah genangan serta dampak negatif yang ditimbulkan dari terjadinya suatu genangan. METODOLOGI Alur pikir kegiatan studi tampak seperti pada Gambar 1. TINJAUAN PUSTAKA PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER - Survey kondisi eksisting jaringan drainase - Data visual (foto kondisi lapangan) - Kuisioner DATA SEKUNDER - Peta topografi - Data hidrologi, data genangan - Data monografi - RTRW, RPJMD, Peraturan-peraturan - Data kelembagaan, data keuangan - Standar, Petunjuk teknis PEMBAHASAN DAN EVALUASI ASPEK TEKNIS - Kapasitas saluran - Desain saluran - Bangunan pelengkap - Kendala Teknis ASPEK KELEMBAGAAN - Teknis - Kelembagaan - Hukum dan peraturan ASPEK FINANSIAL - Kebutuhan biaya untuk pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana drainase KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 1. Diagram Alir Studi D-12-2
ANALISA DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Analisis aspek teknis dilakukan dengan dua tahapan analisa, yaitu : 1. Analisa Hidrologi, diperlukan untuk menghitung besarnya debit limpasan dari suatu intensitas hujan dengan periode ulang tertentu. Dengan menggunakan persamaan (Sosrodarsono, 1987) : Q = 0,00278 *C*I*A dimana : Q = debit limpasan yang terjadi (m 3 /dt) C = koefisien limpasan I = intensitas curah hujan (mm/jam) A = luas daerah pengaliran (Ha) 2. Analisa Hidrolika, diperlukan untuk menghitung kapasitas saluran yang sesuai dengan debit hujan rencana dan kondisi daerah setempat. Dengan menggunakan persamaan (Chow, 1997) : Q = V*A dimana : Q = debit saluran (m 3 /dt) V = kecepatan air di saluran (m/dt) A = luas penampang basah saluran (m 2 ) Dari hasil analisa didapatkan nilai perbandingan antara debit rencana dengan kapasitas saluran seperti disajikan pada Tabel 1. No Tabel 1. Perbandingan antara Debit Rencana dengan Kapasitas Saluran Daerah Genangan Nama Debit Total (m 3 /dt) Q Saluran Kondisi Ruas Hujan+limbah (m 3 /dt) Saluran I. Jl. Saleh Sungkar Sal. Jl. Saleh Sungkar DG1-P1 2.269 6.519 Aman Sal. Jalan Adisucipto DG1-S1 1.102 0.591 Meluap II. Kampung Melayu Sal. Kampung melayu DG2-S1 0.665 0.644 Meluap III. Kampung Banjar Sal. Kali Gedur DG3-P1 4.322 5.546 Aman Sal. Gatep DG3-S1 3.044 3.234 Aman IV. Lingk. Mapak Sal. Mapak DG4-P1 16.518 12.836 Meluap Sal. Mapak_1 DG4-S1 4.188 2.237 Meluap Sal. Mapak_2 DG4-S1 5.475 4.403 Meluap V. BTN Pagutan Sal. Jl. Batu Bolong DG5-P1 0.585 1.047 Aman Sal. Pagutan kn DG5-S1 0.244 0.090 Meluap Sal. Pagutan kr DG5-S2 0.195 0.104 Meluap Dari tabel di atas terdapat beberapa saluran tidak mampu menampung debit limpasan yang terjadi sehingga akan meluap dan menggenangi daerah disekitarnya. Sehingga diperlukan alternatif penanganan dengan mengoptimalkan sistem yang ada berupa rehabilitasi dan pemeliharaan saluran untuk umur rencana hingga tahun 2022 (15 tahun). Hasil perhitungan dimensi saluran rencana diharapkan Q saluran > Q limpasan, artinya bahwa saluran aman dari luapan seperti dapat dilihat pada Tabel 2. dengan prioritas penanganan genangan disajikan pada Tabel 3. D-12-3
No Tabel 2. Perbandingan antara Debit Rencana dengan Kapasitas Saluran Rencana Daerah Genangan Nama Debit Total (m 3 /dt) Q Saluran Kondisi Ruas Hujan+limbah (m 3 /dt) Saluran I. Jl. Saleh Sungkar Sal. Jl. Saleh Sungkar DG1-P1 2.269 6.519 Aman Sal. Jalan Adisucipto DG1-S1 1.102 1.148 Aman II. Kampung Melayu Sal. Kampung melayu DG2-S1 0.665 0.820 Aman III. Kampung Banjar Sal. Kali Gedur DG3-P1 4.322 5.546 Aman Sal. Gatep DG3-S1 3.044 3.234 Aman IV. Lingk. Mapak Sal. Mapak DG4-P1 16.518 16.962 Aman Sal. Mapak_1 DG4-S1 4.188 4.193 Aman Sal. Mapak_2 DG4-S1 5.475 5.810 Aman V. BTN Pagutan Sal. Jl. Batu Bolong DG5-P1 0.585 1.047 Aman Sal. Pagutan kn DG5-S1 0.244 0.277 Aman Sal. Pagutan kr DG5-S2 0.195 0.315 Aman Daerah Genangan Skor Parameter Genangan Tabel 3. Prioritas Penanganan Genangan Milik pribadi Ekon. Fasos Transp. Rumah Skor Total Jl. Adisucipto 56.25 65 65 65 100 65 360 416.25 1 Kampung melayu 50 65 30 65 30 65 255 305.00 3 Sal. Kali Gedur 76.25 65 30 65 65 65 290 366.25 2 Sal. Mapak 81.25 65 30 30 30 65 220 301.25 4 Sal. Mapak_1 55 30 30 30 30 65 185 240.00 8 Sal. Mapak_2 55 65 30 30 30 65 220 275.00 5 Sal. Pagutan kn 32.5 65 30 30 30 65 220 252.50 6 Sal. Pagutan kr 27.5 65 30 30 30 65 220 247.50 7 Aspek Pembiayaan Ranking Berdasarkan hasil analisis teknis di atas, alternatif penanganan yang dilakukan adalah mengoptimalkan sistem yang ada dengan meningkatkan kapasitas saluran lama (rehabilitasi saluran) serta operasi dan pemeliharan sebagaimana yang tertuang dalam kebijakan dan strategi nasional penanganan drainase Departemen Pekerjaan Umum tahun 2006. Oleh karena itu, perlu dihitung besarnya biaya rehabilitasi, serta biaya operasional dan pemeliharaan saluran drainase dengan menggunakan harga satuan bahan, upah, dan alat yang berlaku di Kota Mataram sehingga diketahui jumlah biaya yang dibutuhkan untuk disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dalam APBD Kota Mataram dengan penanganan secara bertahap. Hasil rekapitulasi perhitungan anggaran biaya untuk rehabilitasi serta perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan saluran drainase disajikan pada Tabel 4. D-12-4
Tabel 4. Rekapitulasi RAB Rehabilitasi serta O&P Saluran NO URAIAN PEKERJAAN JUMLAH HARGA I. OPERASI DAN PEMELIHARAAN - Operasional Rp. 27,180,000.00 - Pengerukan Sedimen Rp. 506,244,711.83 - Lain-lain Rp. 5,000,000.00 II. REHABILITASI SALURAN - Pekerjaan Persiapan Rp. 18,914,000.00 - Pekerjaan Konstruksi Rp. 972,198,707.94 - Pekerjaan Lain-lain Rp. 12,500,000.00 KONSTRUKSI (REAL COST) Rp. 1,542,037,419.77 PPN 10 % Rp. 154,203,741.98 JUMLAH Rp. 1,696,241,161.75 DIBULATKAN Rp. 1,696,241,000.00 Terbilang : Satu Miliyar Enam Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Dua Ratus Empat Puluh Satu Ribu Rupiah Aspek Kelembagaan Analisis kelembagaan dengan metode SWOT diperlukan guna mengetahui perbandingan antara beban kerja institusi dan kemampuan menyelesaikannya dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada. Dengan melihat visi, misi, tupoksi dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Mataram, maka selanjutnya dilakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari dinas tersebut sehingga akan dengan mudah disusun strategi atau kebijakan pengelolaannya. Dari diagram analisis SWOT (Rangkuti, 2006) diperoleh koordinat (1,17 ; - 0,35) dimana koordinat ini masuk pada Kuadran II, yakni Strategi Diversifikasi. Asumsi strategi diversifikasi adalah untuk menghadapi ancaman (threats) yang akan timbul, disusun program-program diversifikasi berdasarkan kekuatan (strengths) yang ada. Perumusan strategi dikembangkan dari hasil analisis terhadap faktor internal dan eksternal yang berupa program-program strategis kelembagaan sehingga dengan kekuatan yang dimiliki dapat mengatasi ancaman yang timbul atau dapat mengubahnya menjadi peluang. Strategi kelembagaan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 5. Prioritas strategi disusun dengan menggunkan metode CARL (Faisal, 2005) seperti d ilihat pada Tabel 6. D-12-5
Tabel 5. Analisis Strategi Kelembagaan FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL ANCAMAN (THREATS) 1. Penanganan genangan yang belum optimal 2. Perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap fungsi dari saluran 3. Koordinasi antar instansi terkait dan masyarakat belum terjalin dengan baik 4. Berkurangnya daerah resapan akibat pembangunan KEKUATAN (STRENGTHS) 1. Ketersediaan sarana dan prasarana 2. Pembagian tugas dan struktur organisasi yang akomodatif 3. Ketersediaan personil 4. Adanya Peraturan Daerah dan dukungan dari eksekutif dan legislatif. ST - STRATEGI 1. Pengendalian daerah genangan dengan pengembangan sistem drainase secara bertahap (S1-T1) 2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase (S1-T2) 3. Peningkatan manajemen pengelolaan drainase (S2-T1) 4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat (S2-T3) 5. Pengembangan SDM yang kompeten melalui pendidikan/pelatihan (S3-T1) 6. Menyiapkan peraturan dan produk hukum penanganan drainase kota, penyusunan Norma Standar Prosedur Manual (NSPM) bidang drainase (S4-T1) 7. Pengendalian tata guna lahan berdasarkan tata ruang kota (S4-T4) Tabel 6. Penyusunan Prioritas Strategi Isu Strategis Pengendalian daerah genangan dengan pengembangan sistem drainase secara bertahap Kriteria C A R L Total Skor Prioritas 3 4 3 4 14 1 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase 3 2 2 3 10 4 3.1. Peningkatan manajemen pengelolaan drainase 3 3 3 3 12 2 3.2. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat Pengembangan SDM yang kompeten melalui pendidikan dan pelatihan Menyiapkan peraturan dan produk hukum penanganan drainase kota, penyusunan NSPM bidang drainase Pengendalian tata guna lahan berdasarkan tata ruang kota 3 2 2 3 10 4 3 3 2 3 11 3 3 4 4 3 14 1 2 3 3 4 12 2 D-12-6
KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisa strategi penanganan genangan di Kecamatan Ampenan Kota Mataram adalah : 1. Genangan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor utama antara lain meningkatnya debit limpasan hujan yang akan dialirkan melalui saluran akibat semakin berkurangnya daerah resapan air oleh aktifitas pembangunan (memperbesar koefisien limpasan), menurunnya kapasitas saluran akibat sampah dan sedimentasi serta kondisi morfologi muara-muara sungai yang tidak stabil sehingga menghambat kelancaran aliran air menuju ke laut. 2. Strategi pengelolaan drainase kota yang diusulkan antara lain : a. Aspek teknis : - Rehabilitasi saluran dengan menambah kapasitas saluran yang ada; untuk saluran Jl. Adisucipto sebesar 48,51%; Kampung Melayu sebesar 21,43%; Mapak sebesar 24,32%; Mapak_1 sebesar 46,65%; Mapak_2 sebesar 24,22%; Pagutan kanan sebesar 67,31% dan Pagutan kiri sebesar 66,96%. - Normalisasi saluran dengan pengerukan sedimen dan pembersihan sampah di seluruh jaringan secara rutin untuk menjaga kapasitas saluran. b. Aspek pembiayaan : Total biaya yang diperlukan untuk pekerjaan rehabilitasi dan normalisasi saluran sebesar Rp.1.542.036.000,- dimana tahap pelaksanaan dilakukan dalam tiga tahap sesuai dengan prioritas penanganan daerah genangan dan kemampuan pemerintah dalam penyediaan dana; c. Aspek kelembagaan : Strategi penanganan yang dihasilkan dari hasil analisa SWOT pada kuadran II dengan prioritas strategi adalah pengendalian daerah genangan dengan pengembangan sistem drainase secara bertahap, menyiapkan peraturan dan produk hukum penanganan drainase kota, penyusunan Norma Standar Prosedur Manual (NSPM) bidang drainase, pengendalian tata guna lahan berdasarkan tata ruang kota, membuat pedoman tentang model kerjasama dan koordinasi antar instansi terkait dan masyarakat dalam pengelolaan drainase, pengembangan SDM yang kompeten melalui pendidikan dan pelatihan, meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase. DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kota Mataram, (2006), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)2006-2010, Mataram. Bappeda Kota Mataram, (2006), Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) 2006-2016, Mataram. Chow, Ven Te, (1997), Hidrolika Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, (1989), Tatacara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan, SK SNI T-07-1989-F, Yayasan LPMB, Bandung. Departemen Pekerjaan Umum, (2005), Kriteria Teknis Prasarana Dan Dan Sarana Sistem Pengelolaan Drainase, Jakarta. D-12-7
Departemen Pekerjaan Umum, (2006), Kebijakan Dan Strategi Nasional Penanganan Drainase, Jakarta. Dewan Standarisasi Nasional, (1994), SNI 03-3424-1994 : Tatacara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Yayasan LPMB, Bandung. Faisal, Yan, (2005), Evaluasi Pengelolaan Sistem Drainase Kota Lahat (Studi Kasus : Sistem Jaringan Drainase Air Apul), Tesis MT, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya. Rangkuti, F., (2006), Analisis SWOT Teknik Membelah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sosrodarsono dan Takeda, (1987), Jakarta. Hidrologi untuk Pengairan, Pradnya Paramita, Suripin, (2004), Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta. D-12-8