Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

dokumen-dokumen yang mirip
KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

HUKUM PERSAINGAN USAHA

PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... Lembar Pengesahan... Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Intisari... Abstract... BAB I PENDAHULUAN...

Hukum Persaingan Usaha

KEGIATAN YANG DILARANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

Ethics in Market Competition. Mery Citra.S,SE.,MSi Business Ethics #7

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor 5

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER SESUAI DENGAN PASAL 22 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 DAN PERATURAN KPPU NOMOR 2 TAHUN 2010

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

MATRIKS HARMONISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Pedoman Larangan Persekongkolan Dalam Tender. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 1. Status dan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

V. KESIMPULAN DAN SARAN

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24

Adapun...

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study) Pengadaan Gudang Barang Pemerintah Kota Tarakan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

DRAFT PEDOMAN PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 19 UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

ETIKA DAN HUKUM KEWIRAUSAHAAN oleh: Prof. DR. H. Yudha Bhakti A., SH., MH.

PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA DAN KEBIJAKAN PERSAINGAN DIKAITKAN DENGAN KINERJA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA ( KPPU )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,

PERJANJIAN YANG DILARANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi tersebut adalah Penyedia Jasa atau sering juga disebut dengan istilah

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

II. TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi. 7 Pengertian

BAB II URAIAN TEORI. 2.2 Pengertian KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Policy Brief. Overview. Poin-Poin Krusial. Dasar Filosofi UU Persaingan Usaha

JURNAL SKRIPSI KAJIAN TERHADAP PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) MENGENAI PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER

OPTIMALISASI PERAN KOPERASI MEMBANGUN SISTEM PERSAINGAN BERKEADILAN

Tinjauan yuridis..., M.Salman Al-Faris, FHUI, 2009 Universitas Indonesia

BAB IV PEMBERIAN SARAN DAN PERTIMBANGAN KEPADA PEMERINTAH

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. 1. Pengertian dan arti penting hukum persaingan usaha

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha. terbitnya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 (selanjutnya disebut UU No.

KEPUTUSAN KOMISI NO. 57/2009. Tentang Pengecualian Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 terhadap Perjanjian yang Berkaitan dengan Waralaba

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1999 TENTANG KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

PELANGGARAN ASAS HUKUM PERSAINGAN USAHA (DEMOKRASI EKONOMI) OLEH RETAIL MODERN

LAPORAN AKHIR KERJASAMA. Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan Dan Pengembangan Masyarakat Universitas Airlangga (LP4M UA)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan Perilaku merupakan suatu bagian dari tahap dalam tata cara

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak kemajuan yang didorong oleh kebijakan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk terciptanya sebuah struktur pasar persaingan. 1 Krisis ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. Persaingan usaha dan Monopoli adalah dua hal yang sangat penting dalam

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER

I. PENDAHULUAN. segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yaitu mencakup hal-hal

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan yang ada dapat disimpulkan sebagai berikut:

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

Lex Et Societatis Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

POSISI DOMINAN. Ditha Wiradiputra. Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan kepada pembeli dengan ketentuan jumlah, jenis, kualitas, tempat dan

Transkripsi:

Pengantar Hukum Persaingan Usaha Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

Topics to be Discussed Manfaat Persaingan Asas & Tujuan Undang-undang Persaingan Usaha Prinsip-prinsip Umum dalam Hukum Persaingan Usaha 2

Topics to be Discussed Substansi Pengaturan dalam Undang- undang Persaingan Usaha Bentuk-bentuk Persekongkolan Tender Hukum Acara Persaingan Usaha Pengecualian 3

Manfaat Persaingan Industri penerbangan Industri telekomunikasi Industri pertelevisian Jasa taksi dll 4

Asas Undang-undang Persaingan Usaha Demokrasi Ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum 5

Tujuan Undang-undang Persaingan Usaha Indonesia (Pasal 3) 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional; 2. menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; 3. mencegah praktek monopoli; dan 4. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. 6

Instrument of Competition Policy Structural merger &monopolies Behavioral price fixing, collusive agreement, vertical restrains 7

Instrument of Competition Policy Per se mutlak dilarang Rule of Reason melihat kepada akibat yang ditimbulkan 8

Contoh Pasal UU No.5/1999 Pasal 5 UU No.5/1999 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama. Pasal 7 UU No.5/1999 Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. 9

Pengaturan UU No.5/1999 1. Perjanjian yang dilarang 2. Kegiatan yang dilarang 3. Posisi dominan 4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha 5. Penegakan Hukum 6. Ketentuan lain-lain 10

Perjanjian yang dilarang 1. Oligopoli (Pasal 4 UU No.5/1999); 2. Penetapan harga price fixing (Pasal 5 UU No.5/1999); Diskriminasi harga / price discrimination (Pasal 6 UU No.5/1999); Predatory Pricing (Pasal 7 UU No.5/1999); Resale Price Maintenance (Pasal 8 UU No.5/1999); 3. Pembagian wilayah / market division (Pasal 9 UU No.5/1999); 11

Perjanjian yang dilarang 4. Pemboikotan (Pasal 10 UU No.5/1999); 5. Kartel (Pasal 11 UU No.5/1999); 6. Trust (Pasal 12 UU No.5/1999); 7. Oligopsoni (Pasal 13 UU No.5/1999 12

Perjanjian yang dilarang 8. Integrasi vertikal (Pasal 14 UU No.5/1999); 9. Perjanjian Tertutup exclusive distribution agreement (Pasal 15 ayat (1) UU No.5/1999); tying agreement (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999); vertical agreement on discount (Pasal 15 ayat (3) UU No.5/1999); 10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri. 13

Kegiatan yang dilarang 1. Monopoli, 2. Monopsoni, 3. Penguasaan Pasar, dan 4. Persekongkolan 14

Pengertian Tender Tawaran mengajukan harga untuk : a. memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, b. mengadakan barang dan atau jasa c. membeli suatu barang dan atau jasa d. menjual suatu barang dan atau jasa 15

Tujuan Tender 1. Memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha, 2. Mendapatkan barang dan atau jasa dengan harga termurah dan kualitas terbaik. 16

Metoda Pemilihan Penyedia 1. Pelelangan Umum 2. Pelelangan Terbatas 3. Pemilihan Langsung Wajib melakukan prakualifikasi (wajib diumumkan) Wajib mengundang yang lulus prakualifikasi dan bila jumlahnya kurang dari 3 (tiga) dilakukan pengumuman ulang. Apabila yang lulus dua maka dilakukan pemilihan langsung tetapi kalau hanya 1 dilakukan penunjukan langsung sesuai ketentuan lainnya. 4. Penunjukan Langsung Dilakukan prakualifikasi terhadap penyedia untuk pekerjaan kompleks Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan didesain khusus dan/atau bernilai diatas Rp. 50.000000000 (lima puluh milyar Rupiah). 5. Bencana Alam, Sosial, dan Perang 17

Proses Tender 1. Apakah proses tender dilakukan secara a. tidak jujur, b. melawan hukum atau c. menghambat persaingan usaha? 2. Proses tender mencakup: 1. Perencanaan 2. Pembentukan panitia 3. Prakualifikasi perusahaan 4. Pembuatan persayaratan untuk ikut tender dan penyusunan dokumen tender 5. Saat pengumuman tender 6. Pengambilan dokumen tender 7. Penentuan Harga Perkiraan Snediri atau harga dasar lelang 8. Penjelasan tender 9. Saat penutupan tender 10. Penentuan pemenang tender 11. Saat pengumuman pemenang tender 12. Pengajuan sanggahan 13. Penandatanganan kontrak 14. Pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan 18

Prinsip Persekongkolan dalam Tender (1) 1. Kerjasama yang dilakukan pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu. 2. Dilakukan dalam bentuk: a. Kerjasama antara dua pihak atau lebih, b. Secara diam-diam atau terang-terangan melakukan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya, c. Membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan d. Menciptakan persaingan semu e. Menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya pesekongkolan f. Pemberian kesempatan eksklusif kepada peserta tender dengan cara melawan hukum 3. Persekongkolan dilakukan secara horizontal, vertikal dan gabungan keduanya 19

Prinsip Persekongkolan dalam Tender (2) Tender berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau menghambat persaingan usaha: 1. tender bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara luas 2. tender bersifat diskriminatif sehingga tidak dapat diikuti semua pelaku usaha dengan kompetensi yang sama 3. tender dengan persayaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk ikut. 20

Mengukur Dampak Persekongkolan dalam Tender 1. Konsumen atau pemberi kerja membayar lebih mahal 2. Barang atau jasa yang diperoleh (dari sisi: mutu, jumlah, waktu maupun nilai) seringkali lebih rendah dari yang akan diperoleh bila tender dilakukan secara jujur. 3. Adanya hambatan bagi peserta potensial. 4. Nilai proyek untuk tender pengadaan jasa menjadi lebih tinggi karena adanya mark up oleh pihak-pihak yang bersekongkkol. 21

Persekongkolan horizontal 22

Persekongkolan Vertikal 23

Persekongkolan Gabungan (horizontal & vertikal) 24

Persekongkolan Pasal 22 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. 25

Persekongkolan Pasal 23 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat 26

Persekongkolan Pasal 24 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan 27

KPPU Dalam UU No. 5/1999 lembaga yang diberi kewenangan untuk mengawasi pelaksanaan dari UU No. 5/1999 adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (selanjutnya disingkat KPPU ) KPPU mempunyai status yang independen dari kekuasaan Pemerintah dan bertanggung jawab kepada Presiden 28

Tugas dari KPPU melakukan penilaian terhadap (a) perjanjian, (b) kegiatan, maupun (c) penyalahgunaan posisi dominan yang dilakukan oleh pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat mengambil tindakan sesuai dengan kewenangannya memberikan saran dan nasehat sehubungan dengan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat 29

Tugas dari KPPU menyusun pedoman atau publikasi yang berkaitan dengan UU No. 5/1999 memberikan laporan secara berkala tentang kerja KPPU kepada Presiden dan DPR 30

Kewenangan KPPU KPPU memiliki kewenangan untuk meneliti, menyelidiki dan menyidik suatu pelanggaran untuk memutus suatu dugaan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat Dengan kata lain KPPU mempunyai kewenangan sebagai lembaga yang mirip dengan Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan 31

JENIS PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN DI INDONESIA: Penegakan Hukum Publik Yaitu Melalui KPPU RI MA PT PT PN KPPU Penuntut Penyidik Individu Perdata Persaingan Pidana 32

Tim Kajian Majelis Komisi PENANGANAN PERKARA DI KPPU Monitoring Penyidikan Penelit- Penelit- Klarif Klarif Gelar Gelar Laporan Laporan Pmrks Pmrks Pedhln Pedhln Pmrks Pmrks Lanjt Lanjt Laporan Pmbtn Pmbtn Put Put Pmbc Pmbc Put Put Pelaks Pelaks Put Put 33

PELAKS. PUT. SECARA PAKSA MA PT PENUNT PN PN Pen Eks(1) PEL USAHA SITA KURUNGAN PENYID Penyer(2) KPPU KPPU 34

Pengecualian Melaksanakan Peraturan Perundangan HAKI Waralaba Standar Teknis Agen (no exclusive dealing on price) Penelitian (standar hidup) Perjanjian Internasional Ekspor Usaha kecil Koperasi (untuk anggota) 35

36