BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN HASIL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DATA DAN METODOLOGI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Hasil Pengolahan Band VNIR dan SWIR

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI MENGGUNAKAN METODE PENMAN-MONTEITH DAN CITRA SATELIT ASTER (Studi Kasus Daerah Bandung dan Sekitarnya) ERLIAN NUR ( )

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

ix

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Siklus Hidrologi

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. 23 LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Citra Satelit Landsat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

BAB III. METODOLOGI 2.5 Pengindraan Jauh ( Remote Sensing 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Data dan Alat Penelitian Data yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

ANALISIS KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN MELALUI CITRA LANDSAT 7 ETM+ DI WILAYAH DATARAN KABUPATEN PURWOREJO

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

DAFTAR ISI Halaman INTISARI... Ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR PERSAMAAN...

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

memberikan informasi tentang beberapa daftar penelitian LAI dengan pendekatan optik dan hukum Beer-Lambert.

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

Gambar 1. Peta DAS penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH UNTUK PERHITUNGAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI BERBASIS METODE KESETIMBANGAN ENERGI DI DAS TANGGUL KABUPATEN JEMBER

IDENTIFIKASI PERUBAHAN KAPASITAS PANAS KAWASAN PERKOTAAN DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT TM/ETM+ (STUDI KASUS : KODYA BOGOR) NANIK HANDAYANI

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI PERUNTUKAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ASTER (Landuse Identification and Classification Using ASTER Multispectral Data)

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penggunaan Algoritma NDVI dan EVI pada Citra Multispektral untuk Analisa Pertumbuhan Padi (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu, Jawa Barat)

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Penginderaan Jauh

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

ANALISIS TEMPERATURE HEAT INDEX (THI) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN RUANG TERBUKA HIJAU (Studi Kasus : Kabupaten Bungo - Propinsi Jambi) YUSUF KALFUADI

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

DISTRIBUSI, KERAPATAN DAN PERUBAHAN LUAS VEGETASI MANGROVE GUGUS PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU MENGGUNAKAN CITRA FORMOSAT 2 DAN LANDSAT 7/ETM+

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

III. BAHAN DAN METODE

Gosong Semak Daun. P. Karya. P. Panggang. Gambar 2.1 Daerah penelitian.

Tabel 3 Aliran energi dan massa III METODOLOGI. Variabel neraca energi. Vegetasi tinggi (MJm -2 hari -1 )

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

PENYUSUNAN METODE UNTUK MENDUGA NILAI RADIASI ABSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT TM/ETM+ (STUDI KASUS HUTAN GUNUNG WALAT SUKABUMI)

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

OLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

(Studi kasus : Taman Nasional Lore-Lindu, Sulawesi Tengah) MOCHAMMAD TAUFIQURROCHMAN ABDUL AZIZ ZEIN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

Sistem Pengolahan Data NOAA dan METOP

INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL GEOGRAFI UMS 2016 Farid Ibrahim, Fiqih Astriani, Th. Retno Wulan, Mega Dharma Putra, Edwin Maulana; Perbandingan Ekstraksi

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMAN PEMANTAUAN FASE PERTUMBUHAN TANAMAN PADI MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGHITUNGAN GROSS PRIMARY PRODUCTION (GPP) DARI DATA PENGINDERAAN JAUH BERBASIS DESKTOP

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

IDENTIFIKASI INDIKATOR KEKERINGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH FERSELY GETSEMANI FELIGGI

Transkripsi:

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN HASIL 4.1 Pengolahan Awal Citra ASTER Citra ASTER diolah menggunakan perangkat lunak ER Mapper 6.4 dan Arc GIS 9.2. Beberapa tahapan awal yang dilakukan yaitu konversi citra. Citra yang diperoleh adalah citra ASTER dalam format.dat. Agar dapat diolah oleh ER Mapper maka diubah ke dalam format.ers. ER Mapper dapat secara otomatis mengkonversi Citra ASTER ini ke dalam format.ers dan memisahkan langsung ke dalam 3 scene yaitu Visible and Near Infrared (VNIR), Shortwave Infrared (SWIR) dan Thermal Infrared (TIR). Kemudian ubah rotasinya menjadi nol pada jendela algoritma agar bagian atas citra berorientasi ke utara. Tahap selanjutnya dilakukan koreksi geometrik yaitu melakukan koreksi terhadap titik-titik koordinat citra agar sesuai dengan titik-titik koordinat di sebenarnya. Pada tugas akhir ini acuan yang digunakan untuk koreksi geometrik yaitu peta vektor dari hasil survey lapangan. 4.1.1 Pengolahan nilai piksel band VNIR dan SWIR Pengolahan nilai piksel Band VNIR (band 1-3) dan SWIR (4-9) untuk memperoleh citra NDVI, emisivitas permukaan (ε), indeks luas daun (LAI), parameter kekasaran (Zom dan Zoh), ketinggian vegetasi (h) dan displacement height (d). Tiga parameter penting yang dihasilkan yaitu ; Albedo Citra albedo diperoleh dari nilai reflektansi (persamaan 3.1). Nilai reflektansi tersebut menjadi input ke dalam persamaan 3.2. Citra yang digunakan untuk menghitung albedo adalah citra komposit band 1, 3,5,6,8,dan 9. Citra albedo hasil dari pengolahan nilai reflektansi untuk tanggal 12 Juni 2003 dan 7 Oktober 2005 dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2.

Indeks Vegetasi (NDVI) Citra indeks vegetasi atau NDVI diperoleh dari persamaan 3.3, menggunakan band VNIR yaitu band 2 dan 3. Hasil citra NDVI yang sudah diolah disimpan dalam bilangan ril untuk memudahkan proses selanjutnya. Citra NDVI untuk tanggal 12 Juni 2003 dan 7 Oktober 2005 dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4. Emisivitas Emisivitas diperoleh dari persamaan 3.5 dengan input fractional vegetation cover (persamaan 3.4). Emisivitas merupakan parameter penting dalam perhitungan temperatur permukaan (persamaan 3.13) untuk koreksi emisivitas. Selain itu emisivitas digunakan dalam perhitungan radiasi net (persamaan 2.2). Citra emisivitas hasil pengolahan untuk tanggal 12 Juni 2003 dan 7 Oktober 2005 dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6. 4.1.2 Pengolahan nilai piksel band TIR Dari band TIR (band 10 14) pada citra ASTER, dipilih band 13 (10.25-10.95 µm) untuk menghitung temperatur permukaan (Ts). Band 13 dipilih karena lebar band ini mendekati puncak radiasi dari spektrum benda hitam. Citra temperatur permukaan diperoleh dari persamaan 3.13. Pertama dihitung terlebih dahulu spektral radian L λ (persamaan 3.11). Kemudian L λ sebagai input kedalam perhitungan temperatur benda hitam (Tc) (persamaan 3.12). Kemudian citra temperatur benda hitam dilakukan koreksi emisivitas (persamaan 3.13). Emisivitas diperoleh dari persamaan 3.5. Citra temperatur permukaan (Ts) untuk tanggal 12 Juni 2003 dan 7 Oktober 2005 dapat dilihat pada gambar 4.7 dan 4.8. 4.1.3 Klasifikasi Citra Klasifikasi citra pada tugas akhir ini dilakukan dengan metode unsupervised classification. Dalam klasifikasi citra dengan menggunakan metode ini, pertama kita menentukan jumlah kelas yang dikehendaki. Dalam tugas akhir ini dilakukan

klasifikasi citra dengan 11 kelas. Kemudian perangkat lunak secara otomatis menjalankan proses klasifikasi dengan metode Maksimum likelihood Enhanced. Dengan bantuan data tutupan lahan dapat dikenali masing-masing kelas. Untuk memudahkan analisa citra klasifikasi ini ditambahkan legenda yaitu jenis-jenis tutupan lahan. Klasifikasi citra dilakukan untuk mengamati sejauh mana terjadi perubahan tutupan lahan yang akan menunjang untuk analisis. Hasil klasifikasi citra pada tugas akhir ini dapat dilihat pada gambar 4.9 dan 4.10 4.2 Pengolahan data Meteorologi dan Uji hipotesis 4.2.1 Kecepatan angin (U) Kecepatan angin digunakan dalam satuan meter/detik. Data kecepatan angin yang diperoleh dari stasiun merupakan kecepatan angin pada ketinggian 10 m. Sehingga perlu dilakukan konversi dari kecepatan angin 10 m menjadi kecepatan angin pada ketinggian 2 m menggunakan persamaan 3.14. 4.2.2 Temperatur udara (Tu) Temperatur udara (Tu) yang diperoleh dari pengukuran stasiun klimatologi memiliki satuan o C. Temperatur udara dikorelasikan dengan nilai piksel band 13 dari TIR dengan persamaan 2.6, 2.7 dan 2.8 pada bab II. Koefisien regresi yang diperoleh maih harus diuji kelayakan dengan menggunakan persamaan 2.9. Setelah diperoleh persamaan regresi antara temperatur udara dan nilai piksel maka persamaan regresi dimasukan kedalam formula pada perangkat lunak yang digunakan. Hasil regresi linear temperatur udara dapat dilihat pada gambar 4.11 dan 4.12. 4.2.3 Kelembaban udara (RH) Kelembaban udara (RH) yang digunakan adalah data harian. Kelembaban udara spasial diperoleh dengan melakukan regresi linear antara kelembaban udara hasil

pengkuran lapangan dengan nilai piksel band 13, menggunakan persamaan 2.14, 2.15 dan 2.16. Koefisien regresi yang diperoleh masih harus diuji kelayakan dengan menggunakan persamaan 2.17. Setelah diperoleh persamaan regresi antara temperatur udara dan nilai piksel maka persamaan regresi dimasukan kedalam formula pada perangkat lunak yang digunakan. Hasil regresi linear kelembaban udara dapat dilihat pada gambar 4.13 dan 4.14. 4.2.4 Tekanan uap jenuh (es) Tekanan uap jenuh dihitung dengan persamaan 3.15. Tekanan uap jenuh merupakan fungsi dari temperatur udara. Temperatur udara spasial yang sudah diperoleh, diolah dengan memasukan persamaan 3.15 ke dalam formula pada perangkat lunak kemudian didapat tekanan uap jenuh spasial. Tekanan uap jenuh spasial dapat dilihat pada gambar 4.15 dan 4.16. 4.3 Pengolahan radiasi net (Rn) Rn dihitung dengan persamaan 2.2. Dengan input albedo (persamaan 3.2), Rs (persamaan 3.17), temperatur permukaan (persamaan 3.13), emisivitas permukaan (ε) (persamaan 3.5) dan temperatur udara spasial (Tu). Citra radiasi net hasil pengolahan dapat dilihat pada gambar 4.17 dan 4.18. 4.4 Pengolahan fluks Panas Tanah (G) Fluks panas tanah dihitung menggunakan persamaan 2.3 dengan input Rn (persamaan 2.2) dan fc (persamaan 3.4). Citra fluks Panas Tanah dapat dilihat pada gambar 4.19 dan 4.20. 4.5 Pengolahan evapotranspirasi spasial Evapotranspirasi spasial dihitung dari rumus Penman Monteith (persamaan 2.1). Jika semua input yang bukan konstanta sudah dalam bentuk spasial maka rumus

Penman Monteith dimasukan kedalam perangkat lunak pengolah citra kemudian dihasilkan citra evapotranspirasi spasial. Citra evapotranspirasi spasial hasil pengolahan dapat dilihat pada gambar 4.21 dan 4.22.

4.6 Hasil Pengolahan Data Citra Albedo Gambar 4.1 Citra Albedo Daerah Bandung dan Sekitarnya 12 juni 2003 Gambar 4.2 Citra Albedo Daerah Bandung dan Sekitarnya 7 Oktober 2005

Citra NDVI Gambar 4.3 Citra NDVI Daerah Bandung dan sekitarnya 12 Juni 2003 Gambar 4.4 Citra NDVI Daerah Bandung dan sekitarnya 7 Oktober 2005

Citra Emisivitas Gambar 4.5 Citra Emisivitas Daerah Bandung dan Sekitarnya 12 Juni 2003 Gambar 4.6 Citra Emisivitas Daerah Bandung dan Sekitarnya 7 Oktober 2005

Citra Temperatur Permukaan Gambar 4.7 Citra Temperatur Permukaan Daerah Bandung dan Sekitarnya 12 juni 2003 Gambar 4.8 Citra Temperatur Permukaan Daerah Bandung dan Sekitarnya 7 Oktober 2005

Citra klasifikasi Lahan Gambar 4.9 Citra Klasifikasi Lahan Daerah Bandung dan Sekitarnya 12 juni 2003 Gambar 4.10 Citra Klasifikasi Lahan Daerah Bandung dan Sekitarnya 7 Oktober 2005