BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terus meningkat di negara ini. Berawal dijadikan

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan kinerja BNN pada tahun 2015 dimana terjadi peningkatan

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

2013, No

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang. Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI III DPR RI KE LAPAS KEROBOKAN, DENPASAR BALI NOVEMBER

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT RI SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: 02 /PER/MENKO/KESRA/I/2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV/AIDS bagi pengguna

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

TERAPI DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA MELALUI METODE CRIMINON DAN KESENIAN

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA)

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

PETUNJUK PELAKSANAAN

Sejarah, Farmakologi, dan Masalah Napza. Pelatihan Organizer HR Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber :

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

Putri Immi Rizky Budiyani 1, Renti Mahkota 2 ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau dikenal

Kementerian Sosial RI

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional. (BNN) Republik Indonesia, di propinsi Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2700 tahun sebelum masehi. Orang-orang kuno telah menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

20. PelaksanaanUU No.35/2009 tentangnarkotika. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menurut Undang-Undang

KONDISI SAAT INI BIDANG PEMBERANTASAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa negara ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan jenis obat-obatan terlarang yaitu, seperti Dadah (Malaysia/Brunei), Drugs (Inggris), Shabu-shabu (Philipina), Krengjen (Kamboja), Kabak (Turki/Amerika Latin), Dagga (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza (Indonesia) (Setiawan, 2008). Jenis Narkoba sangat beragam, Narkoba adalah zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh narkotika yang terkenal seperti ganja, kokain, morfin, amfetamin, heroin (Pantjalina dkk, 2013). Penyalahgunaan obat di dunia pada tahun 2005/2006 diperkirakan mencapai sekitar 200 juta orang, dan pada tahun 2006/2007 meningkat menjadi sekitar 208 juta orang. Dengan fakta ini, maka diperkirakan tingkat pertumbuhan penyalahguna narkoba di dunia telah mencapai 4% per tahun. Kasus narkoba di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2005-2011. Kasus narkoba yang telah di ungkap Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010 sebanyak 23.531 kasus, dan pada tahun tahun 2011 sejumlah 26.500 kasus. Jika diakumulasikan secara keseluruhan kasus Narkotika dan Psikotropika yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2005-2011 terjadi kenaikan rata-rata 56,8% per tahun (BNN 2010-2014). Narkoba menjadi sebuah masalah ketika disalahgunakan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang menyebutkan 1

2 bahwa penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum. Perkembangan penyalahgunaan narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang mengancam kehidupan masyarakat bangsa dan negara (Setiawan, 2008). Bali sendiri menjadi salah satu daerah yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba. Bali dalam perkembangannya menjadi daerah yang terbuka bagi transaksi dan peredaran berbagai jenis narkoba. Jumlah kasus Narkoba di Bali yang terungkap pada Tahun 2012 sudah mencapai 862 kasus dan menduduki peringkat ke 10 dari 33 provinsi yang ada (Kemenkes RI, 2014). Jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih dari itu, mengingat maraknya peredaran narkoba di Bali. Pada Tahun 2014 kasus narkoba yang terungkap di Kota Denpasar berjumlah 191 kasus. Untuk bulan Januari Tahun 2015 saja, jumlah kasus narkoba di Kota Denpasar sudah mencapai 37 kasus (BNN Kota Denpasar, 2015). Lapas Klas IIA Denpasar merupakan satu-satunya lembaga pemasyarakatan yang mengayomi dua kabupaten maupun kota, yakni Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Jenis kasus terbanyak yang terdapat di Lapas Klas IIA Denpasar pada bulan Januari - November 2015 adalah kasus narkoba, baik pelaku sebagai pengedar, pengguna, maupun pengedar sekaligus pengguna. Kasus terbanyak lainnya yaitu pencurian, keimigrasian, penggelapan, pembunuhan, perjudian, penganiayaan, penipuan, korupsi, dan perlindungan anak. Jumlah WBP pada bulan Januari November 2015 sebanyak 753 orang, sebanyak 51,4% terdata sebagai kasus narkoba dengan rincian laki-laki sebanyak 87,3% sedangkan perempuan 12,6% (Data Administrasi Lapas Klas IIA, 2015). Dalam menanggulangi permasalahan narkoba di Indonesia secara resmi dibentuk program harm reduction dimulai pada tahun 2004, program ini berkaitan

3 dengan penggunaan napza suntik terutama untuk pengendalian epidemi HIV. Salah satu program tersebut adalah program terapi rumatan metadon (PTRM) (Kemenkes RI, 2012). PTRM bertujuan untuk menurunkan risiko yang dibuat karena penggunaan heroin dan memperbaiki kualitas hidup. Selain itu tujuan PTRM yaitu mengurangi risiko pecandu opiat melalui penggunaan heroin suntik, meningkatkan kepercayaan diri pecandu bahwa mereka mampu menjalani proses perubahan perilaku, dari perilaku pengguna berisiko menjadi kurang berisiko atau tidak berisiko (Kemenkes RI, 2012). Heroin merupakan substansi terbesar yang disalahgunakan. Sebagian besar orang yang menggunakan heroin paling tidak juga menggunakan satu macam zat lainnya, hampir sebagian besar menggunakan tiga macam zat. Orang yang ketergantungan ganja memiliki risiko tiga kali lebih besar ketergantungan heroin. Orang yang ketergantungan kokain memiliki risiko 15 kali lebih besar ketergantungan heroin. Orang yang ketergantungan obat-obat golongan opioid memiliki risiko 40 kali lebih besar ketergantungan heroin (CDC, 2015). Berdasarkan data primer poliklinik lapas tahun 2015, jumlah WBP penyalahgunaan heroin sebanyak 50 orang. Namun WBP pengguna heroin yang mengikuti PTRM di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar hanya sebesar 24%. Maka dari itu, sebanyak 76% WBP yang tercatat sebagai pengguna heroin tidak ikut serta pada PTRM yang disediakan oleh poliklinik. Hal ini disebabkan karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari penanggung jawab poliklinik lapas, dr. AA Gede Hartawan tingginya pengguna heroin yang tidak mengikuti PTRM karena WBP yang pernah menggunakan heroin tidak diwajibkan untuk mengikuti PTRM di poliklinik lapas, selain itu mereka masih mudah untuk mendapatkan jenis narkoba yang lain seperti ganja, shabu, dan ecstasy. Pihak lapas telah berupaya agar narkoba tidak

4 dapat masuk kedalam lapas dengan cara memperketat penjagaan di ruang besukan dan tempat lain yang diyakini sebagai jalur akses pengiriman narkoba ke dalam lapas. Namun hal tersebut belum maksimal untuk membuat WBP yang memiliki riwayat penggunaan heroin untuk mengikuti PTRM di poliklinik lapas. Secara umum perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut teori snehandu kar model, perilaku dipengaruhi oleh lima faktor yaitu niat, keterjangkauan informasi, situasi aksi, dukungan sosial, dan otonomi pribadi. Perilaku WBP di lapas untuk mengikuti PTRM sesuai dengan teori snehandu kar model belum pernah diteliti namun penelitian Wahyu Winoto (2009) dalam Rodiyah (2011) menyebutkan perilaku pasien pengguna heroin untuk mengikuti PTRM dipengaruhi oleh motivasi, tingkat keyakinan terhadap program (Self Efficacy), dukungan keluarga, beralihnya pasien ke narkoba jenis lain dan lain-lain. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut serta menggali informasi lebih dalam mengenai faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP pengguna heroin pada program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Di Bali PTRM sudah ada hampir disetiap pusat pelayanan kesehatan, seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar. Namun kenyataannya walaupun sudah banyak terdapat PTRM, masih banyak pengguna heroin maupun penasun yang belum mengikuti PTRM ini. PTRM di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar sampai saat ini hanya diikuti oleh 24% warga binaan pemasyarakatan (WBP). Berdasarkan hal tersebut sebanyak 76% WBP yang tercatat sebagai pengguna heroin tidak ikut serta pada PTRM. Hingga saat ini masih sedikit dilakukan penelitian terkait PTRM pada pengguna heroin. Maka dari itu perlu diteliti lebih mendalam mengenai faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga

5 Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar. 1.3 Pertanyaan Penelitian Faktor apa yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar. 1.4.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Untuk menggambarkan perilaku penggunaan narkoba oleh WBP di Lapas Klas IIA Denpasar. 2. Untuk mengetahui niat WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar. 3. Untuk mengetahui ketersediaan informasi bagi WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar. 4. Untuk mengetahui dukungan sosial terhadap WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar. 5. Untuk mengetahui situasi aksi Poliklinik terhadap WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar. 6. Untuk mengetahui otonomi pribadi WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar.

6 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Memberikan kontribusi terhadap khasanah keilmuan di bidang promosi kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM). 2. Sebagai acuan dalam pengembangan penelitian ilmiah lainnya yang berhubungan dengan faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM). 3. Bagi Institusi Pendidikan, laporan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program intervensi maupun program promosi kesehatan pada PTRM. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan masukan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil tindakan untuk mendukung program harm reduction (PTRM) khususnya pada kelompok penasun atau pengguna heroin. 2. Bagi masyarakat, laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai refrensi dan informasi terkait dengan PTRM. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik

7 Lapas Klas IIA Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2016, dengan menggunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam dan FGD kepada WBP pengguna heroin baik yang PTRM maupun yang tidak PTRM.