BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi suatu negara. Dengan modal pendidikan yang memadai, tenaga-tenaga ahli sebagai modal pembangunan negara telah tersedia. Pada saat ini pendidikan di Indonesia sedang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan telah dan sedang dilakukan dengan berbagai cara melalui proses pembangunan di bidang pendidikan. Menurut Syaiful Sagala (2006 : 3), pendidikan dapat dimaknai sebagai prosedur mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan output yang berkualitas dan berdedikasi tinggi dalam masyarakat. Pendidikan bukanlah hal yang statis dan tetap, melainkan satu hal yang dinamis sehingga terdapat perubahan-perubahan dan perbaikan secara terus menerus. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar berfokus pada guru dan siswa kurang diperhatikan keberadaannya. Akibatnya kegitan belajar mengajar lebih menekankan pada pengujian dari pada pembelajaran. 1
2 Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan komponen utama. Guru harus dapat membimbing siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan struktur pengetahuan bidang studi yang dipelajarinya. Guru selain harus memahami sepenuhnya materi yang diajarkan, juga dituntut untuk mengetahui secara tepat di mana tingkat pengetahuan siswa pada awal atau sebelum mengikuti pelajaran tertentu. Selanjutnya dengan metode yang dipilih guru diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan secara efektif. Prestasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran matematika. Mengajar dengan memberi kesempatan siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Memicu peserta didik untuk berfikir. Karena sebenarnya melalui pembelajaran matematika tidak semata mata hanya menanamkan pengetahuan saja, tetapi sangat mungkin diterapkan pembentukan sikap positif, keterampilan cermat, dan kritis. Berkaitan dengan hal tersebut, setelah peneliti melakukan observasi proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SMP PGRI 10 WEDI KLATEN, ditemukan permasalahan bahwa masih banyak siswa kelas VII yang kurang pemahamannya pada luas dan keliling segitiga. Untuk kelas VIIA SMP PGRI 10 WEDI KLATEN terdapat sekitar 10 anak atau 30% masih kurang dalam motivasi dan pemahaman dalam pembelajaran matematika kususnya pada materi keliling dan luas segitiga. Semua ini bukan semata mata hanya kesalahan siswa tetapi dapat juga karena penggunaan strategi
3 pembelajaran yang kurang tepat dan kurang diperhatikannya keterampilan proses selama pembelajaran matematika. Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang paling kompleks. Suatu soal dikatakan sulit bagi seorang siswa tetapi belum tentu menjadi masalah bagi siswa yang lain. Oleh karena itu peserta didik harus mulai diajak belajar memecahkan masalah baik secara individual maupun kelompok, Apabila siswa bekerja secara kelompok, maka upaya yang dilakukan agar dapat diterima dalam kelompoknya adalah dengan memberikan kontribusi sesuai kemampuan yang dimiliki. Menurut Lowney (dalam Sukestiyarno, 2006:1-2), gaya kepemimpinan yang heroic adalah gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki kesadaran seperti seorang pahlawan ( hero ). Kesadaran itu meliputi: 1) Kesadaran diri untuk mengembangkan potensi potensi dengan menambah keterampiln pribadi secara terus menerus; 2) Kesadaran mau mencari kelemahan kelemahan diri yang dapat dipakai sebagai titik tolak memperbaiki konsep diri; 3) Kesdaran untuk mengambil manfaat dari apa yang telah dipelajari; 4) Kesadaran untuk menentukan pendirian membela kebenaran sebagai pandangan hidup rela berkorban; 5) Kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi heroik. Strategi pembelajaran yang biasa digunakan yaitu guru cenderung lebih aktif dari siswa sehingga siswa hanya pasif dan merasa bosan bila proses kegiatan belajar berlangsung. Hal ini menyebabkan motivasi siswa untuk belajar matematika kurang, sehingga siswa akan kesulitan dalam menangkap
4 materi yang disampaikan dan cenderung memandang bahwa matematika itu susah. Dan prestasinya pun kurang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlikan suatu strategi pembelajaran yang menarik dimana siswa aktif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, mengemukakan pendapat, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik serta dapat meningkatkan prestasi siswa.oleh karena itu peneliti menggunakan strategi Student Team Heroic Leadership dan Student Team Achievement Divisions untuk meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam belajar matematika Strategi Student Team Heroic Leadership ( Sukestiyarno dan Budi Waluyo: 2006) adalah suatu strategi pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir, menjawab, saling membantu satu sama lain, dan dapat menunbuhkan jiwa kepemimpinan yang heroik. Strategi ini dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa yang heterogen (dalam hal kemmpuan akademik, jenis kelamin). Pada pelaksanaannya, setiap siswa diberi tugas terstruktur yang berupa modul yang berisi uraian materi dan soal soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan dirumah). Pada saat tatap muka, setiap siswa diminta menyiapkan pertanyaan pertanyaan (soal soal) yang akan diajukan/dilempar pada siswa kelompok lain. Peran guru pada saat kegitan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa petanyaan (soal) yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai review untuk materi yang
5 ditugaskan saat itu. Dan selama pembelajaran berlangsung, keterampilan proses yang ada diikuti dan diamati. Selain itu metode yang dapat mengaktifkan siswa adalah Student Team Achievement Divisions (Agus Supriono, 2009:133), merupakan aktifitas pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 siswa yang heterogen (campuran antara jenis kelamin, prestasi dan lain lain). Pada pelakasanaanya guru memberi pelajaran dan tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok, setiap anggota yang sudah mngerti tentang yang dibahas bertugas menjelaskan kepada anggota yang belum mengerti sampai semua anggota mengerti. Saat guru memberi kuis kepada seluruh siswa, disini tidak boleh ada yang saling membantu. Di samping itu juga di adakan evaluasi dan diambil kesimpulan dari apa yang dibahas. Penerapan strategi ini diharapkan dapat menambah ketertarikan siswa dalam pembelajaran matematika pada Luas dan Keliling Segitiga. Agar dalam pembelajarannya dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa dalam mencapai ketuntasan belajar. B Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan umum yang dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
6 1. Kurang tepatnya metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu 2. Pandangan terhadap pelajaran matematika yang merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan masih dirasa oleh sebagian besar siswa 3. Adanya perbedaan kemampuan awal siswa, sehingga mungkin mempengaruhi hasil belajar siswa 4. Masih rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi matematika. 5. Masih kurangnya prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika 6. Masih rendahnya motivasi siswa pada bidang studi matematika C Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar matematika pada materi Keliling dan Luas Segitiga pada akhir penelitian. 2. Motivasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang meliputi aspek perasaan senang, kemauan, kesadaran, semangat dan dorongan untuk belajar matematika
7 3. Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dikenakan untuk kelas eksperiment dan Strategi Pembelajaran Student Team Achievement Divisions untuk kelas kontrol. 4. Materi di batasi pada keliling dan luas segitiga D Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan Student Team Achievement Divisions terhadap prestasi belajar matematika? 2. Adakah pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika? 3. Adakah interaksi antara Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan Student Team Achievement Divisions serta motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika? E Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan permasalahan diatas dalam usaha penelitian, maka tujuan yang hendak dicapai adalah: 1. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan Student Team Achievement Divisions terhadap prestasi belajar matematika.
8 2. Untuk menganalisais dan menguji pengaruh motivasi belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika. 3. Untuk menganalisis dan menguji interaksi antara Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan Student Team Achievement Divisions serta motivasi belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika. F Manfaat Penelitian Sebagai penelitian eksperimen, penelitian ini memberikan manfaat utamanya kepada pembelajaran matematika disamping itu juga kepada peningkatan mutu, proses dan hasil pembelajaran matematika. 1. Manfaat Teoritis Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pengajaran matematika, utamanya sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan Student Team Achievement Divisions Secara khusus hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitianpenelitian sejenis, serta dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pembelajaran matematika. 2. Manfaat Praktis Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
9 a. Memberikan masukan kepada guru / calon guru matematika dalam menentukan metode mengajar yang tepat, yang dapat menjadi alternatif dalam mata pelajaran matematika khususnya pada Luas dan Keliling Segitiga b. Memberikan informasi pada guru untuk lebih menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. c. Memberikan informasi tentang pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. d. Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah lanjutan pertama. e. Bagi peneliti, sebagai wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang diperoleh dari bangku kuliah, serta sebagai upaya untuk mengembangkan pengetahuan, serta menambah wawasan, pengalaman dalam tahapan proses pembinaan diri sebagai calon pendidik. f. Sebagai bahan pertimbangan, pembanding, masukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut.