BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

dokumen-dokumen yang mirip
EFIKASI DIRI DAN KECEMASAN AKADEMIK DALAM MENGHADAPI MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR PADA MAHASISWA JURUSAN ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan suatu jenjang pendidikan yang dapat dijalani

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

#### Selamat Mengerjakan ####

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dialami pada waktu tertentu oleh tiap individu tanpa

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

DEWI KUSUMA WARDHANI F

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

Hubungan Antara..., Devita, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika kecemasan menjadi berlebihan dapat memiliki dampak serius pada kehidupan sehari-hari dan mengganggu fungsi normal seseorang (Hartley & Phelps dalam Singh & Jha, 2013). Kecemasan merupakan suatu perasaan tidak nyaman yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan adalah suatu keadaan yang mempunyai ciri ketegangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan gelisah bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan terlihat dari kekhawatiran atau ketakutan individu pada hal-hal tertentu. Menurut Bourne (dalam Singh & Jha, 2013), Kecemasan dapat diidentifikasi dengan berbagai gejala fisik, emosi, kognitif dan perilaku. Palpitasi, berkeringat, gemetar, sesak napas, rasa tercekik, nyeri dada, sakit kepala, mual, sakit perut, pusing, mati rasa atau kesemutan, menggigil atau hot flashes, gelisah, kelelahan, ketegangan otot dan masalah tidur adalah perubahan fisik. Beberapa studi telah dilakukan terkait dengan kesehatan psikologis pada mahasiswa di seluruh dunia, terutama terkait depresi dan kecemasan. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Penn s Center for Collegiate Mental Health terhadap 100.000 mahasiswa, lebih dari 1

2 setengahnya mendatangi klinik kesehatan dan kecemasan sebagai penyebabnya. Kemudian survey tahunan yang dilakukan oleh American Association College Health pada tahun 2014 menunjukan satu dari enam mahasiswa didiagnosis mengalami kecemasan dan dirawat akibat kecemasan (dikutip dari http://well.blogs.nytimes.com/2015/05/27/anxious-studentsstrain-college-mental-health-centers/?_r=0, pada 26 Februari 2016) Kecemasan yang terjadi pada mahasiswa dalam lingkungan dan situasi akademik, biasanya disebut dengan kecemasan akademik. Menurut Valiante dan Pajares (1999), kecemasan akademik adalah perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, perasaan tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademik. Memang benar bahwa tingkat kecemasan tinggi mengganggu konsentrasi dan memori, yang sangat penting untuk keberhasilan akademis. Sebagian besar akan kekurangan motivasi belajar untuk ujian, menulis makalah, atau melakukan pekerjaan rumah sehari-hari (terutama di kelas jika bosan), namun kecemasan pada tingkat sedang sebenarnya membantu kinerja akademik dengan menciptakan motivasi. Kecemasan akademik berdampak pada terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena kemungkinan performa yang ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika tugas-tugas akademik diberikan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lallo, Kandou, dan Munayang (2012) pada mahasiswa kedokteran Universitas Sam Ratulangi di Manado menunjukan bahwa hampir semua Mahasiswa mengalami kecemasan menjelang UAS dengan prosentase

3 sebagai berikut, sebanyak 89,6 % mahasiswa mengalami kecemasan baik ringan, sedang maupun berat, dan sisanya tidak mengalami kecemasan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dan kecemasan akademik. Sumber-sumber kecemasan akademik bisa terjadi karena faktor dari diri individu tersebut atau lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vitasari (2010), bahwa ada penelitian ini ditemukan bahwa ada 8 sumber yang menjadi penyebab kecemasan pada mahasiswa, yaitu study anxiety, exam anxiety, class presentation anxiety, mathematic anxiety, language anxiety, social anxiety, family anxiety, dan library anxiety. Namun menurut penelitian Ayalp dan Ozdemir (2016) pada 347 Mahasiswa Arsitektur Gaziantep University, Zirve University dan Hasan Kalyoncu University menunjukan perbedaan gaya belajar dapat mempengaruhi kecemasan pada mahasiswa. Peneliti melakukan wawancara terhadap empat Mahasiswa Arsitektur Universitas Islam Indonesia dan hasilnya menunjukan bahwa kecemasan muncul ketika menghadapi mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur. Berdasarkan hasil wawancara dengan M, Mahasiswa Arsitek angkatan 2011 pada 30 September 2015, kecemasan muncul ketika mengerjakan tugas pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur. Mata kuliah tersebut adalah mata kuliah wajib dan paralel, sehingga M takut tidak lulus mata kuliah tersebut dan artinya dia harus mengulang pada tahun berikutnya dan tidak bisa melanjutkan mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur tahap selanjutnya.

4 Hal yang serupa disampaikan oleh C, Mahasiswi Arsitek angkatan 2012 pada 2 oktober 2015. C beranggapan mata kuliah Studio Perancangan Arsitek adalah nyawa di jurusan Arsitek, sehingga kekhawatiran muncul ketika mendapatkan tugas yang banyak dengan deadline yang sangat singkat. Selain itu mahasiswa Arsitek juga dituntut untuk kreatif menciptakan ide-ide yang baru pada setiap tugas yang diberikan. Kecemasan muncul karena C merasa takut akan gagal dalam mata kuliah tersebut. Selain itu C juga takut tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas dengan tepat waktu. Namun saat C mulai merasa tidak mampu mengerjakan, C akan membandingkan dirinya dengan temanteman yang lainnya, hal ini membuat C percaya diri bisa menyelesaikan tugas seperti teman-teman yang lainnya. Berbeda dengan R dan H, Mahasiswa Arsitek angkatan 2010 pada 1 Februari 2016. R menyebutkan kecemasan memberikan dampak yang buruk terhadap kegiatan perkuliahan. R sempat mengulang mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur karena R tidak lulus pada mata kuliah tersebut. Kecemasan R muncul pada awal memasuki dunia perkuliahan pada saat menghadapi mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur, R merasa waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas sangatlah sempit dan perasaan takut gagalpun muncul sehingga mengganggu R dalam pembuatan tugas akhir semester pada mata kuliah tersebut. Selanjutnya wawancara dilakukan dengan H, H menyebutkan bahwa H merasa was-was ketika mendapat tugas dan pada saat ujian pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur. H takut tidak bisa lulus pada mata kuliah tersebut. H merasa konsentrasinya menurun

5 ketika deadline pengumpulan tugas sudah dekat padahal tugas belum selesai dikerjakan. Pada semester awal perkuliahan, H sering merasa jantungnya berdetak lebih cepat ketika menghadapi mata kuliah ini, H juga mulai khawatir ketika dosen memberikan tugas. Maka dari itu H sempat tidak lulus mata kuliah Studio Perancangan arsitektur pada semester 1. Hal ini membuat H tidak bisa menyelesaikan perkuliahan tepat waktu. Hasil wawancara dengan keempat mahasiswa Arsitektur tersebut menunjukan bahwa mahasiswa memiliki pemikiran akan gagal dalam mata kuliah tersebut, selain itu tugas-tugas yang banyak membuat mahasiswa tidak yakin pada diri sendiri apakah tugas-tugas bisa diselesaikan tepat waktu. Mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur ini merupakan kuliah perancangan arsitektur bersifat aplikasi (praktek) berupa simulasi-simulasi komprehensif kegiatan pembuatan konsep arsitektur, transformasi konsep kedalam rencana dan rancangan arsitektur serta proses perencanaan dan perancangan arsitektur untuk menghasilkan desain bangunan sederhana dengan masa tunggal pada lahan ideal. Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dasar perancangan bentuk, ruang dan bangunan. Mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur ini memberikan mahasiswa pengetahuan dan pengalaman proses merancang bentuk dan ruang, estetika trimatra, rancangan trimatra dan estetika, pengetahuan determinasi alam dan budaya dalam arsitektur, pendekatan intuisi dan dasar perancangan arsitrekur. Fungsi dan ruang, Teknologi, Utilitas bangunan. Estetika, dan Lingkungan. Perancangan Bentuk, Ruang

6 dan Bangunan. Perkuliahan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan intuitif-kreatif dan kognisi-eksplanatif dalam bentuk studio perancangan (http://silabus.upi.edu/direktori/fptk/pendidikan_teknik_arsitektur/silabus %20STUDIO%20PERANCANGAN%20ARSITEKTUR%201- Tjahyani.docx). Selain memiliki tugas yang banyak dan paralel I IV, mata kuliah ini juga memiliki bobot sks yang tinggi yaitu 8 sks, 6 sks, dan 4 sks. Sehingga mata kuliah ini lebih berat daripada mata kuliah lain. Adanya kenyataan dan tuntutan tersebut seringkali menimbulkan kecemasan bagi mahasiswa, terutama dalam menghadapi tugas, kuis, ujian tengah semester ataupun akhir semester. Seringkali mahasiswa menganggap tugas dan ujian sebagai beban sehingga menimbulkan kecemasan menghadapi tugas dan ujian. Menurut Tjandararini (dalam Kristianti dkk, 2015) kecemasan dalam menghadapi tes pada tingkat yang sedang justru akan meningkatkan motivasi, tetapi tingkat kecemasan yang tinggi akan menimbulkan kegelisahan, ketegangan, perasaan tidak berdaya, salah tingkah, serta kurang mampu mengontrol diri. Pervin & John (1997), berpendapat bahwa kecemasan muncul bukan karena adanya hal yang mengancam tapi lebih disebabkan karena adanya persepsi tentang ketidakmampuan diri dalam menghadapinya. Berdasarkan teori tersebut, maka hal ini dapat dikaitkan dengan efikasi diri. Efikasi diri merupakan salah satu faktor internal penting yang dapat mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Menurut Bandura (1997), efikasi diri merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk

7 menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi seseorang yang mempunyai efikasi diri tinggi mereka percaya dapat secara efektif menghadapi kejadian-kejadian dan situasi tertentu, karena mereka mengharapkan kesuksesan dalam menghadapi rintangan, mereka tekun pada tugas. Individu ini mempunyai kepercayaan diri yang sangat bagus pada kemampuan mereka. Efikasi diri yang tinggi mengurangi rasa takut, mempertinggi aspirasi, dan memperbaiki pemecahan masalah, dan mampu berfikir analitik (Schultz, 2005). Berbeda dengan individu yang tidak memiliki efikasi diri yang tinggi, mereka sama saja berhadapan dengan kegagalan karena yang ada dalam pikiran mereka hanyalah tentang perasaan gagal. Kecemasan merupakan respon pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan dan diikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa kecemasan merupakan aspek subjektif emosi seseorang (melibatkan faktor perasaan) (Prasetyo & Febriana, 2008). Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan kecemasan akademik pada mahasiswa, khususnya kecemasan akademik yang dialami Mahasiswa Jurusan Arsitektur. Kecemasan pada mahasiswa Arsitektur Universitas Islam Indonesia belum mendapatkan perhatian khusus sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian pada populasi ini.

8 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan kecemasan akademik pada mahasiswa Arsitektur Universitas Islam Indonesia dalam menghadapi mata kuliah studio perancangan arsitektur. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap ilmu dan pengembangan pendidikan, khususnya mengenai hubungan antara efikasi diri dan kecemasan akademik mahasiswa Arsitek. Selain itu diharapkan juga dapat memperkaya hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan menjadi bahan masukan untuk penelitian penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak universitas mengenai ada tidaknya hubungan antara efikasi diri dan kecemasan akademik, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kecemasan akademik pada mahasiswanya. D. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kecemasan akademik sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain

9 yang dilakukan oleh Ishtifa (2011) meneliti tentang Pengaruh Self-Efficacy dan Kecemasan Akademis terhadap Self-Regulated Learning Mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh self-efficacy dan kecemasan akademis terhadap self-regulated learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, kecemasan akademis, jenis kelamin, dan grades (angkatan) terhadap selfregulated learning pada mahasiswa psikologi UIN Jakarta. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ilmi dan Hery (2014) yang meneliti tentang korelasi antara self-efficacy dengan kecemasan akademik, dan korelasi antara motivasi berprestasi dengan kecemasan akademik. Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh nilai signifikansi hubungan antara self-efficacy, motivasi berprestasi dengan keceman akademik pada siswa RSBI sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara self-efficacy, motivasi berprestasi dengan kecemasan akademik pada siswa RSBI. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, peneliti menjabarkan beberapa perbandingan sebagai berikut: 1. Keaslian topik Peneliti menggunakan topik tentang hubungan efikasi diri dan kecemasan akdemik pada mahasiswa. Topik peneliti ini hampir sama dengan ke dua topik penelitian milik Ishtifa (2011), yaitu Pengaruh Self- Efficacy dan Kecemasan Akademis terhadap Self Regulated Learning Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta dan penelitian Ilmi dan Hery (2014), yaitu Hubungan Antara Self-Efficacy

10 dan Motivasi Berprestasi dengan Kecemasan Akademik pada Siswa Program Sekolah RSBI di Surabaya, yang mana juga mengangkat topik tentang efikasi diri dan kecemasan akademik. Namun letak perbedaannya terletak pada adanya variabel lain yang dihubungkan dengan efikasi diri dan kecemasan akademik yaitu variabel self regulated learning dan motivasi belajar. 2. Keaslian teori Teori kecemasan akademik yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah teori dari Ottens (1991), sedangkan teori kecemasan akademik yang digunakan dalam penelitian Ishtifa (2011) mengacu pada teori Holmes (1991), sedangkan dalam penelitian Ilmi dan Hery (2014) mengacu pada teori dari Elliot (1996). Adapun teori efikasi diri yang menjadi acuan peneliti adalah teori dari Bandura (1997). Teori ini sama dengan teori yang digunakan pada kedua penelitian tersebut. 3. Keaslian alat ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Efikasi Diri yang diadaptasi dari MSLQ dan skala Kecemasan Akademik menggunakan skala yang disusun oleh Isthifa (2011). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ishtifa (2011), menggunakan skala Efikasi Diri yang disusun sendiri oleh peneliti. 4. Keaslian subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa juruan arsitek Universitas Islam Indonesia Yogyakarta angkatan 2012-2015 yang

11 sedang mengambil mata kuliah Studio Perancangan Arsitek. Penelitian yang dilakukan oleh Isthifa (2011) melibatkan mahasiswa Psikologi UIN Jakarta dan penelitian Ilmi dan Hery (2014) melibatkan siswa RSBI di Surabaya.