BAB I PENDAHULUAN. hampir 25% populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Anma, 2014). Hasil Riset

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN. paparan masing masing subjek kasus dan kontrol. Penelitian ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy**

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bayangan benda yang jauh jatuh di depan retina (Schmid, 2015). Menurut survei

BAB I PENDAHULUAN. 2 dekade terakhir ini. Perdebatan semakin meningkat pada abad ini tentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN. dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan meningkatnya tuntutan. akademis menyebabkan peningkatan frekuensi melihat

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam bidang teknologi

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria sebanyak 77 orang. Sampel diuji menggunakan tes Saphiro-Wilk dan. Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penderita kebutaan dari 285 juta penderita gangguan penglihatan di dunia. Sepertiga

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada kehidupan sehari-hari. Pekerjaan dan segala hal yang sedang. saatnya untuk memperhatikan kesehatan mata.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun

Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutaan merupakan suatu masalah kesehatan di dunia, dilaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tidak terletak pada satu titik yang tajam (Ilyas, 2006), kelainan refraksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

BAB 1 PENDAHULUAN. titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia. Melalui mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. prestasi belajar pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Fakultas

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu mata. Ruang pandang penglihatan yang lebih luas, visus mata yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight


BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan yang kabur atau penurunan penglihatan. adalah keluhan utama yang terdapat pada penderitapenderita

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk. memasyarakat dikalangan anak-anak. Hal ini mungkin menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat segala aktivitas dapat dikerjakan dengan lancar. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA

BAB I PENDAHULUAN. SWT seperti yang tercantum pada QS. An-Nahl (16:78) yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metode. Sampel yang diuji adalah 76 anak astigmatisma positif dengan derajat dan jenis astigmatisma yang tidak ditentukan secara khusus.

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

BAB I. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Perilaku dan Status Refraksi Keluarga dengan Kejadian Miopia pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Mata Solo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Global Data on Visual Impairment 2010, WHO 2012, estimasi

BAB I PENDAHULUAN. aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Anma, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar provinsi DIY tahun 2007, secara keseluruhan proporsi penduduk umur 6 tahun ke atas di daerah Propinsi DIY yang mengalami penurunan daya penglihatan sebesar 6.3% dan kebutaan sebesar 0.9%. Jumlah tertinggi angka kejadian penurunan daya penglihatan yaitu di kabupaten Gunung Kidul yang mengalami penurunan daya penglihatan sebesar 11.7% dan kebutaan sebesar 1.6%. Dan angka terendah di daerah Sleman yaitu penurunan daya penglihatan sebesar 3.6% dan kebutaan 0.7%. Untuk daerah kabupaten Bantul proporsi penduduk yang mengalami penurunan daya penglihatan sebesar 5.1% dan kebutaan 0.9% (Januar, 2011). Miopia merupakan salah satu kelainan refraksi yang memliki prevalensi paling tinggi di dunia (Dorland, 2002). Prevalensi miopia di Amerika Serikat dan Eropa adalah kira-kira 30-40% daripada jumlah penduduk dan penderita miopia di Asia mencapai kira-kira 70% daripada jumlah penduduk (Walling, 2002). 1

2 Pada tahun 2000, terdapat sekitar 1.406.000.000 (22,9% dari populasi dunia) orang dengan miopia dan 163.000.000 (2,7% dari populasi dunia) orang dengan miopia berat. Prevalensi ini meningkat pada tahun 2010, sekitar 1.950.000.000 (28,3% dari populasi global) orang dengan miopia dan 277.000.000 (4,0 % dari populasi global) orang dengan miopia berat (Holden et al.,2016). Kejadian miopia semakin lama semakin meningkat dan diperkirakan pada tahun 2020 sekitar 2,5 milyar orang atau sekitar sepertiga penduduk dunia akan penderita miopia (Wojciechowski, 2011). Terjadinya miopia berhubungan dengan beberapa faktor risiko berupa lifestyle atau gaya hidup aktivitas sehari-hari yang memerlukan penglihatan jarak dekat seperti membaca, menulis, menggunakan komputer, maupun bermain video games. Terjadinya miopia karena kebiasaan melihat dengan jarak dekat akan menyebabkan meningkatnya tonus siliaris sehingga terjadi peningkatan akomodasi. Akomodasi adalah kemampuan lensa mata menjadi lebih cembung. Semakin dekat benda yang dilihat, maka semakin kuat mata berakomodasi. Lensa yang menjadi lebih cembung mengakibatkan bayangan benda jatuh di depan retina sehingga menimbulkan miopia. Semakin tinggi aktivitas melihat dengan jarak dekat maka akan semakin tinggi pertambahan derajat miopia (Arianti, 2013). Sama halnya dengan penelitian di Singapura yang mengamati bahwa anak yang menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton TV, dan

3 bermain game dengan menggunakan komputer lebih banyak mengalami miopia (Guggenheim, 2007). Tingginya tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap kejadian miopia. Hal ini dihubungkan dengan lama waktu yang digunakan untuk bekerja pada jarak pandang dekat, seperti membaca atau menggunakan komputer (Loman, 2002). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) pada mahasiswa Pendidikan Dokter FK USU didapatkan hasil bahwa perbandingan lamanya waktu yang dihabiskan mahasiswa yang miopia dan yang tidak miopia dalam melakukan kegiatan jarak dekat tidak jauh berbeda, sehingga hubungan antara lamanya bekerja jarak dekat dan kejadian miopia tidak berpengaruh dan tampak (Sari, 2009). Berdasarkan uraian diatas, adakah pengaruh gaya hidup terhadap miopia belum dapat dibuktikan secara valid. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan gaya hidup dengan miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Mata merupakan salah satu alat indra yang dikaruniakan Allah SWT kepada umatnya. Hal tersebut tercantum dalam QS. An-Nahl (16: 78) yang berbunyi :

4 Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. QS. An-Nahl (16: 78) Kandungan dalam ayat tersebut menyatakan bahwa Allah SWT telah mengeluarkan manusia dari perut ibunya, dan memberi karunia berupa pendengaran, penglihatan, akal, dan kalbu. Manusia harus bersyukur kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan kepada manusia dan memanfaatkan anugrah yang dikaruniai Allah dengan sebaik baik nya untuk mencari ridha-nya. Maka dari itu, manusia harus memelihara mata dari segala gangguan penyakit mata, seperti kelainan refraksi berupa miopia. B. Rumusan Masalah Berdaasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada hubungan gaya hidup dengan miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui adakah hubungan gaya hidup dengan miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui faktor gaya hidup yang bagaimana yang dapat menyebabkan kejadian miopia pada mahasiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat Memberikan informasi mengenai pengaruh gaya hidup terhadap kejadian miopia sehingga dapat melakukan pencegahan, menurunkan prevalensi, dan tidak memperburuk kejadian miopia. 2. Bagi ilmu pengetahuan Memberikan pengetahuan tentang pengaruh gaya hidup yang seperti apa yang dapat menyebabkan kejadian miopia. 3. Bagi peniliti Menambah pengetahuan tentang gaya hidup seperti apa yang dapat menyebabkan kejadian miopia dan dapat menambah pengalaman peniliti atas penelitian yang di lakukan. 4. Bagi peniliti lain Menambah bahan referensi untuk melakukan penilitian selanjutnya yang berhubungan dengan penilitian yang telah dilakukakn oleh peniliti.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Pengaruh Faktor Genetik dan Lifestyle terhadap Kejadian Miopia pada Anak Usia 9-12 Tahun oleh Nurul Istiqomah Zulma tahun 2015. Metode penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan pendekatan case control. Hasil penelitian tersebut adalah faktor genetik lebih berpengaruh terhadap kejadian miopia dibandingkan dengan faktor lifestyle (gaya hidup). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti diatas adalah meniliti pengaruh gaya hidup terhadap kejadian miopia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti diatas adalah penelitian ini meniliti tentang pengaruh gaya hdup terhadap miopia, penilitian sebelumya meniliti tentang pengaruh gaya hidup serta genetik dan pada penelitian ini meniiliti pada mahasiswa, penilitian sebelumnya meniliti pada anak SD. 2. Faktor yang Berhubungan dengan Kelainan Refraksi Miopia pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Tanggamus Tahun 2009/2010 oleh Joeri K Abimanyu tahun 2013. Metode penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pendekatan case control. Hasil penelitian tersebut adalah faktor resiko kejadian pada anak SD adalah jarak membaca, genetika, posisi tubuh saat membaca dan jarak menonton televisi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti diatas adalah meniliti pengaruh gaya hidup terhadap kejadian miopia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti diatas adalah meneliti pengaruh gaya hidup terhadap miopia, sedangkan

7 peniliti sebelumnya meniliti faktor risiko miopia dan pada penelitian ini meneliti pada mahasiswa, peneliti sebelumnya meneliti anak SD. 3. Hubungan Antara Riwayat Miopia di Keluarga dan Lama Aktivitas Jarak Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Pspd Untan Angkatan 2010-2012 oleh Melita Perty Arianti tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi analitik observasional jenis cross sectional. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat miopia di keluarga dengan kejadian miopia dan tidak terdapat hubungan bermakna antara lama aktivitas jarak dekat dengan kejadian miopia pada mahasiswa PSPD angkatan 2010-2012. Persamaannya yaitu meneliti hubungan riwayat miopia dengan aktivitas jarak dekat pada kejadian miopia, dan instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Perbedaannya yaitu subjek penelitian adalah mahasiswa PSPD, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan subjek mahasiswa FKIK dengan metode penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional jenis case control. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada jumlah, jenis variabel, instrumen yang digunakan, lokasi penelitian, dan subjek penelitian. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian mengetahui hubungan gaya hidup dengan miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta belum pernah dilakukan.