PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

PEDOMAM PELAYANAN KESPRO REMAJA oleh. dr. Yuliana Tjawan

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

MENGAPA PERLU MENANGANI REMAJA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sikap dan perilaku terkait HIV AIDS di SMA PGRI 1 Kota Bogor Tahun 2008 dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

KERANGKA ACUAN Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) UPTD PUSKESMAS WAY JEPARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

PEMBINAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SMP NEGERI 22 PADANG TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

Transkripsi:

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN NO TELP. (0361) 722475 EMAIL :puskesmasivdensel@gmail.com KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM KESEHATAN REMAJA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) 1. Pendahuluan Kelompok remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun di Indonesia memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia dimana jumlah remaja diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia ( WHO, 2003 ). Masa remaja merupakan periode terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fifik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap, mempunyai sifat khas yang sama yaitu mempunyai rasa keingintauan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului pertimbangan yang matang. Keadaan ini sering kali mendatangkan konflik batin dalam dirinya. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat lanjutnya dalam bentuk berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial yang bahkan mungkin harus ditanggung seumur hidupnya. Dalam perkembangannya remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Lingkungan social dan budaya yang tidak positif merupakan factor risiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku merokok, minum-minuman keras, narkoba, seks pranikah, tawuran, kriminalitas, kebut-kebutan di jalan. Semua perilaku remaja yang dianggap menyimpang ini sangat berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan remaja.

Berdasarkan survey yang dilakukan Depkes di Jawa Barat pada tahun 1996 terungkap bahwa 7,5% remaja perempuan di kota dan 1,3% di desa telah merokok sementara di bali 1,5% dan 0,6% ( Kristanti & Depkes,1996). Data tentang perilaku hubungan seks pranikah pada pelajar terutama di kota besar beberapa tahun terakhir ini cukup signifikan. Survey kecil yang dilakukanyayasan pelita ilmu di plaza dan mall di Jakarta menemukan bahwa 42% dari 117 remaja 13-20 tahun pernah berhubungan seks dan lebih dari separuhnya masih aktif berhubungan seks 1-3 bulan terakhir ( Conrad,2000 ). Tingginya infeksi HIV/AIDS di kalangan remaja dapat dilihat pada angka kejadian HIV/AIDS sampai bulan September 2004. Dilaporkan sebanyak 5701 kasus dimana persentase tertinggi kasus AIDS 51,7% diderita oleh sekelompok umur 20-29 tahun( laporan triwulan Subdit AIDS dan PMS Depkes, Oktober 2004 ). Sementara itu dari hasil beberapa survey dapat disimpulakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh : 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki ( 49,7% ) dibandingkan dengan remaja putri ( 42,3% ) ( LDUI & BKKBN,1999 ) dari survey yang sama juga terungkap bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan resiko untuk tertular infeksi menular seksual ( IMS ) bila memiliki pasangan lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka akan berisiko tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan pekerja seks komersial. Dengan jumlah populasi yang mencapai seperempat penduduk di Indonesia maka permasalahan yang timbul akan menjadi sedemikian besarnya, namun hingga saat ini penanganan masalah remaja dari pemerintah belum bersifat komprehensif. Penanganan masalah remaja masih bersifat terkotak-kotak dan parsial sehingga masalah remaja belum mendapat penanganan yang optimal. 2. Latar Belakang Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas puskesmas sebagai barisan terdepan pemebri layanan kesehatan kepada masyarakat, seharusnya Puskesmas memberikan pelayanan yang layak kepada remaja sebagai salah satu kelompok masyarakat yang

dilayaninya. Pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas amat strategis dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien mengingat ketersediaan tenaga kesehatan dan kesanggupan jangkauan Puskesmas ke segenap penjuru Indonesia seperti halnya keberadaan remaja sendiri, dari daerah perkotaan hingga pedesaan terpencil. 3. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus a. Tujuan umum Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas b. Tujuan khusus 1) Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas 2) Menigkatkan pemanfaatan puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja 4) Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja 4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan a. Kegiatan Pokok : Konseling, Rujukan dan Pemberi Informasi serta Edukasi b. Rincian Kegiatan 1) Kegiatan pelayanan dalam gedung : Konseling bagi remaja yang datang sendiri ke Klinik maupun remaja yang dirujuk dari poli umum, poli gigi ataupun KIA Pelayanan Klinis Medis ( termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan 2) kegiatan luar gedung yang dilaksanakan antara lain : Screening siswa kelas 7 ( tujuh ) dan kelas 10 ( sepuluh ) setiap awal tahun ajaran baru Pembinaan kaderr sebaya di masing-masing sekolah Pelatihan Kader Sebaya di STT Pemberian informasi dan edukasi ( Penyuluhan )

5. Cara Melaksanakan Kegiatan a. Koordinasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor b. Membentuk tim pelaksana kegiatan PKPR yang melibatkan upaya, Kesling, Gizi, KIA dan P2 c. Menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKPR d. Menentukan jadwal kegiatan PKPR e. Memberitahukan jadwal pelaksanaan PKPR kepada sekolah dan STT sebelum melaksanakan kegiatan f. Melaksanakan kegiatan sesuai jadwal pelaksanaan g. Melaporkan hasil kegiatan dalam rapat bulanan dan rapat lintas sektoral h. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan 6. Sasaran Semua remaja yang berusia 10-19 Tahun yang datang ke Masing-masing Poli Puskesmas dan dirujuk ke Klinik serta yang berada di wilayah kerja yang meliputi : a. STT se-wilayah Pedungan b. SMP Dharma wiweka c. SMP PGRI 4 Denpasar d. SMP Ganesha e. SMA Dharma wiweka f. SD Negeri 7 Pedungan g. SD Negeri 5 Pedungan h. SD Negeri 2 Pedungan i. SD Negeri 10 Pedungan j. SD Negeri 14 Pedungan k. SD Alazar Asyifa

NO Rincian Kegiatan, Sasaran dan Cara Melaksanakan Kegiatan KEGIATAN POKOK SASARAN 1 Sosialisasi/ edukasi Kapus dan staf Puskesmas 2 Pembentukan TimUnit Terkait PKPR 3So Sosialisasi EksternalKepsek, guru Ke sekolah Pembina, siswa 4 Sosialisasi EksternalLurah, Ke STT 5 Pembentukan Kader Sebaya Sekolah Anggota STT guru Pembina, siswa 6 Penyegaran materi guru Pembina, siswa 6 Pembentukan Kader Sebaya STT 7 Pelatihan Kader Sebaya STT 8 Konseling dalam Gedung 9 Screening siswa Kelas 7 dan 10 Lurah, Anggota STT Lurah, Anggota STT 10-19 thn yg dtg ke klinik remaja/ rujukan dari poli Sekolah Binaan RINCIAN KEGIATAN WAKTU CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Januari 2016Pelaksana Program Januari 2016Pelaksana Program Februari Pelaksana Program 2016 Juni 2016 Program Maret 2016 Program, UKS, P2, Maret 2016 Program, UKS, P2, Juni 2016 Program, UKS, P2, Juni 2016 Program, UKS, P2, Selasa dan Program Kamis Oktober 2016 TIM UKS 10 Pelaporan setiap bulan Program PENANGGUNG JAWAB Pelaksana Program Pelaksana Program Pelaksana Program dan UKS 7. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan a. melakukan monitoring kegiatan, melakukan evaluasi dan tindak lanjut dari kegiatan tersebut.

b. Hasil kegiatan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan disampaikan pada rapat bulanan Puskesmas serta rapat Lintas Sektoral yang dilakukan 3 bulan sekali 8. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan a. Semua hasil kegiatan didokumentasikan oleh. b. Hasil kegiatan dilaporkan ke Kepala Puskesmas c. Hasil evaluasi kegiatan ditindaklanjuti dan disampaikan pada rapat Minlok dan pada rapat lintas sektoral. Ditetapkan di : Denpasar Tanggal : Pelaksana Ni Wayan Setiani, A.Md.Kep 198609112010012043