KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN OBJEK LANGSUNG SISWA KELAS VII.4 SMP NEGERI 15 KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

ABSTRACT

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG DI SMP NEGERI 4 PARIAMAN

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA ARTIKEL ILMIAH

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

PENGARUH TEKNIK MENULIS PUISI BERDASARKAN CERITA TERHADAP MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PADANG ARTIKEL ILMIAH

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengungkapkan Isi Puisi Berdasarkan KTSP

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA MELALUI MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII.1 DI SMP BUDI MULIA PADANG ABSTRACT

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 1 TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX.4 DENGAN TEKNIK PEMODELAN DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol.4 No.2 Juli

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

KETERAMPILAN MENULIS PUISI DITINJAU DARI ASPEK KOSAKATA DAN DIKSI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA KARTU GAMBAR MELALUI TEKNIK AKROSTIK SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 5 SANGGAU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POSTER SISWA KELAS VII.5 SMPN 1 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN DALAM BENTUK PARAGRAF DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SEMESTER I SMPN 3 X KOTO SINGKARAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII.1 DENGAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN. Abstract

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PARIAMAN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 PADANG

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI MELALUI MEDIA VISUAL KELAS VII SEMESTER II SMP 3 N X KOTO SINGKARAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SILFIA YULIANTI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM EKRANISASI

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG

TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

The Students Ability In Reading Poetry By Using Paraphrase Technique The Students At Seventh Grade SMPN 20 Padang

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELASV IIIA SEMESTER II SMP TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH PENERAPAN MEDIA FILM DOKUMENTER PADA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PESERTA DIDIK

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI KE DALAM BENTUK PROSA BEBAS. Oleh

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MANAIKA PADA MATERI PARAFRASE PUISI SISWA KELAS 6 B SDN SEMBORO 01 JEMBER

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI SISWA KELAS VII SEMESTER II MTs SWASTA SAWAHLUNTO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 FEBRI HARIANITA ABSTRACK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA BERITA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK UBAH CATATAN HARIAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 26 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA

KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

SUKARDI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

PENGARUH TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMPN 2 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA AKROSTIX

PERBANDINGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA OBJEK LANGSUNG DENGAN MEDIA AUDIO-VISUAL SISWA KELAS VII

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AMBAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA. FKIP Universitas Bung Hatta.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI PENGGUNAAN METODE ESTAFET WRITING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

ARTIKEL PENELITIAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL SISWA KELAS VII.2 SMP ADABIAH PADANG

PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana S1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Disusun Oleh: WIDAYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

Transkripsi:

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN OBJEK LANGSUNG SISWA KELAS VII.4 SMP NEGERI 15 KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG Genny Triana Fitri 1), Gusnetti 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Bung Hatta E-mail: gennytrianafitri@gmail.com ABSTRAK This research aimed to describe the ability to write poetry with a direct object VII.4 grade students of SMPN 15 Padang District of Koto Tangah that includes the ability to select words (diction) and the use of figure of speech (figurative language). The theory used in this research is the theory put forward diction Wardoyo (2013) and Wahyuni (2014). Furthermore, the theory of figure of speech (figurative language) stated Wardoyo (2013) and Gani (2014). This type of research is qualitative descriptive method proposed by Moleong (2010). The results showed that students in class VII.4 SMPN 15Padang diction are quite good in selecting and using a figure of speech in writing poetry with a direct object. It can be seen from the data 36 poems written by the students, the students were able to make the selection and use of diction figure of speech in writing poetry. Based on these results, we can conclude that VII.4 grade students of SMPN 15 Padang District of Koto Tangah been able to write a poem with the technique of direct object. Keywords: poetry, direct objectmethods, diction, and a figure of speech. PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa Indonesia telah diajarkan di setiap pendidikan, mulai dari SD hingga SMA, bahkan perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tiap tingkatan sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat bermanfaat, dengan bahasa orang dapat menjalin komunikasi, berinteraksi, bertukar pikiran, dan meningkatkan kemampuan intelektual seseorang. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah melatih empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat. Penguasaan keempat keterampilan yang diajarkan tersebut merupakan keterampilan dasar. Keterampilan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa yang terakhir dikuasai setelah pengajaran menyimak, berbicara, dan membaca. Menurut Semi (2007: 2-3), orang tidak mungkin menjadi penulis yang baik apabila sebelumnya tidak memiliki kemampuan menyimak dan membaca yang baik. Kegiatan menulis sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan menyimak dan membaca. Kenapa demikian? Karena, isi tulisan yang terdiri dari informasi, emosi, dan pikiran merupakan produk atau akibat dari menyimak dan membaca. Jadi, kegiatan serta kemampuan

menyimak dan membaca merupakan modal dasar dalam kegiatan menulis. Lebih lanjut, Tarigan (2008: 22) menjelaskan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuankesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Dalam kegiatan menulis seseorang dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan pikiran. Salah satu keterampilan menulis, yaitu mengungkapkan perasaan seseorang ialah kegiatan menulis puisi. Pradopo (dalam Wardoyo, 2013: 19) mengemukakan, puisi adalah mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera dalam suasana yang berirama. Selanjutnya, Gani (2014: 13) menjelaskan puisi merupakan ungkapan perasaan penulis yang diterjemahkan dalam susunan kata-kata dalam bentuk bait-bait berirama dan memiliki makna yang dalam. Oleh sebab itu, pemilihan kata dan penyusunan puisi harus diseleksi dengan cermat dan sistematis agar dapat menarik minat pembaca terutama dalam menulis karya sastra puisi yang bersifat imajinatif. Pembelajaran menulis puisi dipelajari pada kelas VII SMP Semester 2 yang tercantum dalam kurikulum SMP. Standar Kompetensi mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. Kompetensi Dasarnya yaitu menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. Pada tanggal 4 Januari 2016 penulis melaksanakan praktik lapangan di SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang, penulis melakukan observasi dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia, yaitu Ibu Dra. Dermawati selaku guru pamong. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa kelas VII SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang yang mengalami kesulitan dalam menulis puisi. Beberapa hal yang merupakan masalah bagi siswa, (1) siswa kesulitan memilih kata atau diksi (makna denotasi dan konotasi) yang tepat dan (2) siswa kesulitan memilih majas (bahasa figuratif) yang tepat. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis puisi, masih banyaknya nilai menulis puisi siswa di bawah KKM yang ditetapkan di sekolah, yaitu 80. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi masih rendah. Dalam pembelajaran menulis puisi, guru masih menggunakan metode ceramah. Proses pembelajaran menulis puisi tersebut kurang mencapai hasil yang maksimal, karena siswa hanya melaksanakan tugas dari guru sehingga siswa kurang kreatif dan ekspresinya terbatas.

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dipilih dan kesesuaian metode pembelajaran yang nantinya mempengaruhi hasil belajar siswa. Kepandaian dalam pemilihan metode merupakan salah satu strategi yang harus diperhatikan oleh guru. Sesuai atau tidaknya metode yang digunakan akan terlihat pada saat proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran menulis puisi, siswa perlu diajak ke luar kelas untuk melihat objek. Pengamatan objek langsung merupakan suatu cara mengajar dengan mengajak siswa ke suatu tempat yang dekat dengan dirinya seperti bunga, pohon, langit, maupun alam sekitarnya. Berdasarkan paparan masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti kemampuan menulis puisi siswa berdasarkan objek yang dilihatnya secara langsung dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai objek dalam membuat puisi. Peneliti berasumsi dengan cara mengajak siswa mengamati lingkungan sekitar sebagai media dan objek dalam menulis puisi, membuat siswa lebih aktif, kreatif, mencari inspirasi, dan mudah dalam memilih diksi ataupun majas dalam penulisan. Jadi, siswa dapat mengaplikasikannya ke dalam bentuk tulisan berupa kata-kata dalam menulis puisi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik mengangkat judul penelitian, dengan judul Kemampuan Menulis Puisi dengan Objek Langsung Siswa Kelas VII.4 SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang. KAJIAN TEORI Menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bentuk lambang-lambang bahasa. Menulis juga merupakan memindahkan bahasa lisan ke dalam bentuk tulisan, dengan menggunakan lambang-lambang grafem, namun menulis sering juga dianggap suatu keterampilan berbahasa yang sulit, karena menulis dikaitkan dengan seni atau kiat sehingga tulisan tersebut dirasakan enak dibaca, akurat, jelas, dan singkat (Semi, 2002: 2). Selanjutnya, Semi (2007: 14-15) menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Penulis mempunyai niat atau maksud di dalam hati atau pikirannya untuk menuangkan hasil pikiran ke dalam bentuk tulisan agar bisa diceritakan kepada pembaca, sehingga pembaca menjadi mengerti, merasakan, dan tahu tentang apa yang diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Selanjutnya, Wardoyo (2013: 2) menyatakan menulis adalah sebuah aksi dari sebuah desain kreatif di mana makna tidak hanya diciptakan melalui kata-kata akan tetapi juga layout visual. Jadi, menulis sebagai aspek keterampilan berbahasa yang tidak datang dengan sendirinya tetapi membutuhkan latihan teratur, agar pembaca dapat memahami maksud yang ingin disampaikan penulis melalui sebuah tulisan. Selanjutnya, Yunus (2015: 19-20) menyatakan menulis merupakan proses menuangkan ide di kepala ke dalam bentuk tertulis yang membutuhkan komitmen

dan bertujuan untuk menceritakan sesuatu kepada pembaca. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian menulis adalah, keterampilan berbahasa yang membutuhkan komitmen dan dilakakukan dengan cara meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis menjadi rangkaian bahasa yang bermakna, berisi suatu pesan yang ingin disampaikan penulis dan diuraikan secara kreatif agar pembaca mengerti maksud dan tujuan penulis. Kegiatan menulis adalah kegiatan menuangkan lambang-lambang grafik dan menyusunnya sebagai kesatuan bahasa bermakna. Sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa, menulis digunakan untuk melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi seseorang dalam bentuk bahasa tulisan. Tujuan tersebut akan tercapai apabila penulis dapat mengutarakan pikiran dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat (Morsey, dalam Tarigan 2008: 4). Yunus (2015: 26-27) berpendapat, tujuan menulis adalah: 1. Membujuk pembaca 2. Mendidik pembaca 3. Menghibur pembaca 4. Memotivasi pembaca 5. Mengekspresikan perasaan dan emosi Sayuti (dalam Padi, 2013: 21) menjelaskan bahwa puisi merupakan pengucapan bahasa yang diperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik tertentu, sehingga puisi itu dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca dan pendengarnya. Gani (2014: 25), ditinjau dari cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan, puisi dibedakan menjadi tiga, yaitu: puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif. 1. Puisi naratif adalah jenis puisi yang mengungkapkan suatu kisah, cerita atau pengalaman penyair. Puisi naratif menceritakan tentang sesuatu secara sederhana dan langsung mengenai pokok cerita yang ditulis penyair dalam wujud kata-kata. Puisi naratif terdiri atas: epik, romansa, balada, dan syair. Epik merupakan puisi yang menggambarkan tentang kepahlawanan. Adapun romansa ialah puisi yang menggunakan bahasa romantis serta berisi kisah percintaan. Balada merupakan puisi yang bercerita tentang tokoh pujaan atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Syair ialah puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama. 2. Puisi lirik adalah jenis puisi yang mengungkapkan lirik atau gagasan pribadi penyair. Jenis puisi lirik, antara lain: elegi, ode, dan serenada. Elegi merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Ode

adalah puisi yang berisi pujaan terhadap tokoh yang dikagumi, sesuatu hal, dan sesuatu keadaan,sedangkan serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. 3. Puisi deskriptif merupakan jenis puisi yang mendeskripsikan kesan terhadap suatu peristiwa-peristiwa, benda-benda, atau gejala dan fenomena yang menarik perhatian penyair. Jenis puisi deskriptif, antara lain: satire, kritik sosial, dan puisi impresionistik. Satire merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan dengan cara menyindir. Adapun di dalam puisi kritik sosial, penyair menyatakan ketidaksenangan terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang. Sedangkan puisi impresionistik merupakan puisi yang mengungkapkan kesan impresif penyair terhadap suatu hal. Puisi tercipta dari bangunan yang memiliki kepaduan antara unsur-unsurnya. Unsur-unsur pembangun puisi tidak dapat dipisahkan karena memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Puisi tidak semata-mata diatur oleh struktur bunyi, suku kata, dan baris, namun juga diatur oleh aturan makna tersendiri Waluyo (dalam Wardoyo, 2013: 23). Jadi, puisi sebagai suatu bentuk karya sastra terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan stuktur batin. Kedua unsur tersebut memiliki keterkaitan yang erat satu dengan yang lainnya dan membentuk totalitas makna yang utuh. Wardoyo (2013: 23) menyatakan struktur fisik pembangun puisi meliputi unsurunsur seperti: diksi, bahasa figuratif (bahasa kiasan), kata kongrit, citraan (pengimajian), versifikasi dan wujud visual puisi (tata wajah). 1. Diksi Wardoyo (2013: 23) mengungkapkan bahwa diksi atau pilihan kata merupakan esensi dari penulisan puisi. Artinya, diksi merupakan dasar bangunan setiap puisi. Pendapat tersebut sejalan dengan Wahyuni (2014: 30), mengemukakan bahwa diksi merupakan pemilihan kata. Diksi dapat dijadikan salah satu tolak ukur seberapa jauh penyair mempunyai daya cipta yang asli, penyair sangat cermat dalam memilih katakata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Mengacu pendapat tersebut, pemilihan dan pemanfaatan kata dalam puisi merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Penyusunan kata-kata dalam puisi berorientasi pada hal yang akan diungkapkan yaitu terbangunnya kesatuan tekstual puisi. Kata-kata dalam puisi juga memiliki fungsi untuk membangun dan mengembangkan ekspresi yaitu imajinasi sehingga mampu mengaitkan estetika dunia puitik dengan realitas, dan memberikan efek tertentu pada diri pembaca (Sayuti, 2002: 160). Oleh karena itu, seorang penyair harus cermat dalam memilih kata-kata agar makna komposisi

bunyi dalam rima dan irama dapat terbangun dengan baik. Wahyuni (2014: 29) mengungkapkan bahwa kata-kata yang dipilih penyair tidak hanya mengandung arti, melainkan juga nilai. Dengan begitu, karya puisi yang mereka hasilkan bisa terlihat lebih bernilai dari sekedar karya, tidak hanya terlihat seperti kata-kata yang disusun rapi mirip puisi. Pemilihan diksi yang tepat dalam menulis puisi tidak seluruhnya harus menggunakan bahasa denotatif, tetapi juga boleh menggunakan bahasa konotatif. Dengan menggunakan bahasa konotatif, efek estetika puisi bisa terlihat lebih jelas oleh pembaca sehingga pembaca dapat membayangkan dan menenggelamkan diri pada keadaan tersebut ketika tengah membaca sebuah puisi. Gorys Keraf (2009: 28) berpendapat makna denotatif adalah makna yang sebenarnya yang diserap pancaindera dan rasio manusia. Selanjutnya makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilainilai emosional (Gorys Keraf, 2009: 29). 2. Bahasa Figuratif (Majas) Wardoyo (2013: 25) mengungkapkan bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan untuk mendapatkan kepuitisan. Dengan bahasa kiasan, sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan Pradopo (dalam Wardoyo, 2013: 25). Lebih lanjut, Gani (2014: 22) berpendapat bahasa figuratif adalah bahasa yang penuh dengan kiasan yang dapat menghidupkan, meningkatkan efek, dan menimbulkan konotasi tertentu. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa bahasa kiasan yang digunakan oleh penyair memiliki peranan penting sebagai upaya penyair dalam menggandakan makna dalam sajaknya. Bahasa kiasan dalam sebuah sajak adalah bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang lain. Artinya bahwa dengan bahasa kiasan yang dipakai, penyair berusaha menyampaikan sesuatu secara tidak langsung. Wardoyo (2013: 25-29) berpendapat, bahasa figuratif yang sering digunakan dalam menulis puisi terdiri dari empat jenis, yaitu: a. Personifikasi Personifikasi adalah bahasa kiasan yang menganggap benda mati memiliki sifat-sifat seperti manusia. Bahasa kiasan dalam majas personifikasi mempersamakan benda dengan perilaku manusia. Dengan kata lain bahwa benda-benda mati seolah-olah dapat berbuat, berpikir dan melakukan segala sesuatu seperti manusia pada umumnya. Personifikasis merupakan pemberian sifat-sifat yang dimiliki manusia pada benda-benda. Contoh dari penggunaan personifikasi dapat dilihat pada puisi dari Acep Zam-zam Noor berjudul Pastoral berikut ini. PASTORAL Kabut yang mengepungmu Telah runtuh menjadi kata-kata Rumah kayu hanya menyisakan dinginnya Dan sunyi mengendap di sana

Maut bukanlah kabut yang mengendapendap Tapi salju Yang berloncatan bagai waktu Dan menyumbat pernapasanmu (Wardoyo, 2013: 26) Pada kalimat Kabut yang mengepungmu dan salju yang berloncatan dapat terlihat bahwa benda-benda mati memiliki sifat seperti manusia. Kabut seolaholah dapat mengepung kita. Kalimat tersebut sebenarnya mengartikan bahwa kita sedang berada di tengah-tengah kabut. Kalimat [salju yang berloncatan] memperlihatkan sifat-sifat salju yang seolah-olah dapat hidup dan meloncat-loncat. Gambaran itu didapat oleh penyair manakala melihat salju yang turun seperti sedang meloncat. Salju yang turun begitu banyak, tampak berloncatan manakala tersinari oleh cahaya. b. Metafora Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan tersebut tidak disebutkan. Metafora merupakan bahasa kiasan yang digunakan dengan cara melihat sesuatu dengan perantaraan benda lain. Perbandingan yang dimunculkan dalam majas metafora itu bersifat implisit. Dengan kata lain, kata-kata untuk mengungkapkan pengandaian dihilangkan, tetapi tidak mengurangi kadar keindahan dari ungkapan tersebut. Matamu yang Oase Kenapa matamu yang oase, cinta itu menatapnya? Oase itu akan keruh oleh peluh dan Burung-burung tidak akan mau lagi berteduh dan Kalifat akan berlalu tampa dahaga dan Cinta akan terbakar oleh jazirah dan Kenapa matamu yang oase, cinta itu menatapnya? (Abdul Wachid B.S. 2012: 27) Dalam puisi tersebut, metafora terlihat pada ungkapan [matamu yang oase] sebenarnya dalam ungkapan tersebut ada katakata seperti [matamu yang seperti oase], namun penyair menghilangkan kata [seperti] dengan jalinan bahasa yang tidak terlihat atau sebanding. Maksud dari ungkapan [matamu yang oase] bahwa kau-lirik memiliki mata yang bersifat sama dengan oase. Oase adalah daerah yang memiliki air yang ditengah gurun, yang mampu memberikan kesejukan dari gurun yang sangat panas. Itu artinya, mata yang oase adalah mata yang mampu memberikan kesejukan ketika ditatap oleh aku-lirik. c. Simile Simile merupakan bahasa kiasan yang juga berusaha membandingkan antara dua hal atau wujud yang hakikatnya berlainan. Dalam simile bentuk perbandingan yang digunakan oleh penyair lebih bersifat eksplisit. Hal ini dapat ditandai dengan pemakaian unsur konstruksional semacam kata seperti, serupa, bagai, laksana, bak, dan ibarat. Hal itu dapat dilihat pada sajak Riwayat karya Wiji Thukul berikut ini. Riwayat

Seperti tanah lempung Pinggir kampung Masa laluku kuaduk-aduk Kubikin bentuk-bentuk Patung peringatan Berkali-kali Kuhancurkan Kebentuk lagi Kuhancurkan Kubentuk lagi Patungku tak jadi-jadi Lihat! Diriku makin berlepotan Dalam pencitaan Kalangan (Wardoyo, 2013: 28) Dalam sajak berjudul Riwayat, yang ditulis oleh Wiji Thukul, dia memulai menulis puisi dengan menggunakan kata [seperti]. Dia mengibaratkan bahwa masa lalunya dapat diaduk-aduk seperti tanah lempung. Penggambaran dengan menggunakan kata [seperti] harus memiliki hubungan yang tepat agar makna dapat utuh dan mudah dipahami maknanya. d. Hiperbola Hiperbola adalah bahasa kiasan yang berlebih-lebihan yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Biasanya bahasa kiasan hiperbola digunakan oleh penyair untuk menunjukkan sesuatu kejadian yang diungkapkan secara berlebih-lebihan. Contoh, dapat dilihat dari sajak W.S. Rendra dalam puisi berjudul Sajak Orang Lapar. Sajak Orang Lapar Kelaparan adalah burung gagak Kelaparan licik dan hitam Jutaan burung-burung gagak Bagai awan yang hitam O Allah! Burung gagak menakutkan Dan kelaparan adalah burung gagak Selalu menakutkan Kelaparan adalah pemberontakan Adalah penggerak gaib Dari pisau-pisau pembunuhan Yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miski Kelaparan adalah batu-batu karang Di bawah wajah laut yang tidur Adalah mata air penipuan Adalah pengkhianatan kehormatan (Wardoyo, 2013: 29) Dalam ungkapan [kelaparan adalah burung gagak/ yang licik dan hitam/ jutaan burung-burung gagak/ bagai awan yang hitam] ada hal yang sangat dilebih-lebihkan sekali, yakni pada penggambaran lapar seperti burung gagak yang licik dan hitam, serta burung gagak tersebut mempunyai awan hitam. Semua orang mengetahui bahwa burung gagak adalah burung pemakan bangkai yang warnanya hitam. Cara penggambaran penyair tentang lapar seperti burung gagak tersebut sangat berlebih-lebihan. 3. Kata Kongkret Wardoyo (2013: 31) mengungkapkan kata kongkret adalah kata-kata yang digunakan penyair untuk merujuk kepada arti yang

menyeluruh. Selanjutnya, Gani (2014: 21) mengungkapkan bahwa kata kongkret adalah kata-kata yang digunakan seorang penyair secara eksplisit dalam mengemukakan persoalan yang disampaikannya. Hal tersebut bertujuanagar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang dimaksudkan. Berkaitan dengan pendapat tersebut, setiap penyair memiliki cara dalam penggunaan kata kongkret yang berbeda. Pengonkretan kata ini erat berhubungan dengan pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Ketiga hal itu memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan. Kata kongkret juga disebut dengan kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan, simbol atau lambang. Misalnya kata konkret salju yang melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata onkret selokan dapat melambangkan tempat kotor, kata tanah sebagai asosiasi tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Contoh kata kongkret dapat dijumpai pada puisi Chairil Anwar yang berbunyi aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang. Pengonkretan tersebut merupakan usaha penyair dalam memperkonkret sikap kebebasannya. 4. Citraan (pengimajian) Menurut Wachid (dalam Wardoyo, 2013: 32) citraan dinyatakan sebagai pengalaman indera dan merupakan bentuk bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan pengalaman indera tersebut. Pradopo (2002: 79) menyebutkan citraan adalah gambaran-gambaran angan yang dituangkan ke dalam sajak. Dengan demikian citraan dapat diartikan sebagai gambaran angan yang terbentuk dan diekspresikan melalui medium bahasa yang merupakan hasil dari pengalaman indera manusia. 5. Versifikasi (Rima dan Ritma) Versifikasi berkaitan dengan bunyibunyi yang diciptakan dari dalam puisi (Wardoyo, 2013: 39). Versifikasi terdiri atas rima, ritma, dan metrum. Gani (2014: 22) menyebutkan rima adalah persamaan bunyi pada sebuah puisi, baik persamaan bunyi di bagian awal, tengah, atau di bagian akhir baris puisi. Ritme adalah alunan bunyi di dalam pembacaan suatu puisi. Alunan bunyi tersebut dapat dalam bentuk alunan suara yang tinggi, rendah, panjang, pendek, keras, dan lemah. Ritma disebabkan juga oleh tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemah, disebabkan oleh sifat-sifat konsonan dan vokalnya atau panjang pendek kata. Metrum mengacu kepada penjarakkan, penghentian, kesenyapan, dan penekan-penekan tertentu. Di dalam pembacaan sebuah puisi, persoalan rima, ritme, dan metrum sangat perlu diperhtikan secara utuh. Dikatakan utuh karena ketiga hal tersebut saling berkaitan. 6. Tipografi Sayuti (2002: 329) mengemukakan bahwa tipografi disebut sebagai susunan baris puisi atau juga disebut sebagai ukiran bentuk. Tipografi diartikan sebagai tataran larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk

menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana puisi. Lariklarik puisi dibuat untuk membangun bait. Penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar yang disebut dengan puisi kongkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. Selain berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan bentuk yang menarik, tipografi juga berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembacanya. Hal ini dikarenakan tipografi dapat dipertimbangkan sebagai simbol pikiran dan perasaan yang diekspresikan oleh penyair. Yunus (2015: 60) menjelaskan langkahlangkah menulis puisi yang mudah berdasarkan catatan harian seperti berikut ini: a. Baca dan renungkan isi catatan harian yang kita miliki. b. Coretlah kata-kata yang tidak peting. c. Tambahkan kata-kata baru yang menarik. d. Hapuslah baris-baris yang tidak penting. e. Salin kembali dalam bentuk puisi, sesuai baris dan bait. f. Bacalah kembali baris-baris puisi yang sudah disesuaikan. g. Suntinglah kembali baris-baris yang ada agar menjadi baris-baris puisi yang indah. Dalam proses pembelajaran sangatlah dibutuhkan metode yang benar-benar sesuai dan cocok dengan teknik yang digunakan agar proses pembelajaran tercapai, berhasil, dan memuaskan. Berdasarkan hal tersebut, pada kesempatan ini peneliti menggunakan teknik pengamatan objek, secara langsung, yaitu metode yang dilakukan dengan mengamati benda, peristiwa, atau kejadian secara langsung. Mengamati objek pada lingkungan di luar kelas secara langsung merupakan salah satu proses dari belajar mengajar. Pada hakikatnya, proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas, namun dapat juga dilakukan di luar kelas. Akan tetapi, harus memperhatikan kesesuaian dengan materi yang diajarkan dan juga memperhitungkan waktu yang digunakan sehingga dapat efisien dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis puisi, teknik objek langsung dapat digunakan dan juga bermanfaat. Siswa dapat merekam suatu hal atau peristiwa yang menarik berdasarkan apa yang dilihatnya secara langsung, kemudian menuangkannya melalui pikiran ke dalam bahasa tulis. Teknik objek langsung diasumsikan dapat memotivasi siswa untuk berintuisi, berekpresi, dan menuangkan katakata ke dalam bentuk puisi. Menurut Suyatno (2004: 146), teknik objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis secara cepat dan tepat berdasarkan objek yang dilihat atau diamatinya. Misalnya, guru mengajak siswa keluar kelas melihat pemandangan alam di lingkungan sekolah, sedangkan di dalam kelas guru bisa menghadirkan sebuah bunga dan gambar. Misalnya saja objek alam, berupa pohon seperti puisi yang berjudul Pohon Beringin karya Sutan Takdir Alisjahbana:

POHON BERINGIN Tinggi melangit puncakmu bermegah, Melengkung memayung daunmu bodi Berebut akar mencecah tanah Masuk membenam ke dalam bumi Lemah mendesir daunmu bernyanyi Gemulai berbuai dibelai angin Nikmat lindap menyerap di kaki Mengundah memanggil leka berangin Dalam puisi karangan Sutan Takdir Alisjahbana, dilukiskan tentang keadaan luar dari pohon beringin. Pembaca diajak untuk membayangkan fisik dan keindahan dari pohon beringin yang diceritakan penyair. Penyair menciptakan imaji visual kepada pembaca dengan menggunakan pilihan kata yang dapat menggambarkan apa yang dilihatnya. Jadi bagaimana bentuk pohon beringin itu dapat ditulis menjadi puisi, dengan menggunakan kata-kata yang pantas untuk dijadikan puisi. Setelah melihat contoh di atas, maka siswa dapat mempraktikannya dengan melakukan pengamatan objek secara langsung di luar kelas. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu: a. Langkah persiapan Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini adalah: 1) Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang dicapai siswa, agar siswa mengerti tujuan yang akan dilakukan. 2) Menentukan objek yang akan diamati siswa dan cocok untuk pembelajaran puisi. Diusahakan objek yang diamati berhubungan dengan lingkungan sekolah agar tidak membutuhkan waktu yang lama. 3) Menentukan cara belajar siswa dalam mengamati objek. Oleh karena itu, siswa dapat bekerja dengan baik dan dapat mengerjakan sesuai dengan yang diharapkan. b. Langkah pelaksanaan Pada langkah ini dilakukan kegiatan pembelajaran pada lokasi yang telah dipilih. Guru mengajak siswa di lingkungan alam sekitar sekolah dan diminta mengamati objek yang dirasa menarik. Setelah itu, siswa diminta mengungkapkan apa yang telah diamati dalam kata-kata dan bait puisi dengan bahasa yang puitis. c. Tindak lanjut Setelah siswa mengamati objek secara langsung dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, yaitu menulis puisi dengan objek langsung tersebut, maka siswa diharapkan untuk kembali ke kelas. Di dalam kelas guru mencoba melihat hasil yang dikerjakan siswa dan memberi penegasan kepada siswa tentang kemampuannya. Selanjutnya, guru meminta 1 atau 2 orang siswa untuk membacakan hasil dari penulisan puisi yang telah dibuatnya, kemudian guru menyuruh siswa lain untuk menilai atau mengoreksi pekerjaan temannya, dengan

harapan kesalahan itu tidak terjadi untuk yang berikutnya. Pada penelitian yang akan dilaksanakan peneliti menggunakan metode pembelajaran dengan teknik objek langsung. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti Kemampuan Menulis Puisi dengan Objek Langsung Siswa Kelas VII.4 SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010: 4) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Selanjutnya, Moleong (2010: 11) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Metode deskriptif dapat memaparkan unsur-unsur diksi dan majas yang terdapat pada puisi dengan mengamati objek langsung. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang yang terdiri dari 5 kelas pada tahun pelajaran 2015/2016. Sedangkan objek penelitiannya adalah siswa kelas VII.4 SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang yang berjumlah 36 orang siswa, yang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Alasan peneliti mengambil sampel kelas VII.4 ini karena peneliti melaksanakan praktik lapangan di kelas tersebut. Data dalam penelitian ini adalah penggunaan diksi dan majas yang terdapat dalam puisi yang ditulis siswa kelas VII.4. Instrumen atau alat yang digunakan dalam pengumpulan data menulis puisi adalah peneliti sendiri, dengan cara menugaskan siswa untuk menulis puisi melalui objek langsung yang diamati. Adapun alokasi waktu yang diberikan untuk menulis puisi dengan objek langsung selama 2x45 menit. Sebelum peneliti menugaskan siswa menulis puisi dengan menggunakan objek langsung, peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang menulis, menulis puisi, dan objek langsung. Selanjutnya, peneliti menugaskan siswa untuk menulis puisi berdasarkan objek yang dilihat dengan ketepatan diksi dan majas yang tepat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu (1) mengajak siswa keluar kelas, (2) menentukan objek, (3) merancang seefisien mungkin berapa lama waktu yang digunakan di lokasi dalam menulis puisi, (4) memberikan tugas menulis puisi kepada siswa dengan objek langsung, (5) mengumpulkan hasil puisi yang ditulis siswa, (6) membaca hasil tulisan siswa, dan (7) menentukan unsur diksi dan majas yang terdapat dalam puisi yang ditulis siswa. Berdasarkan teknik pengumpulan data, maka langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis kemampuan siswa dalam

menulis puisi dengan objek langsung berdasarkan pemilihan diksi dan majas yang sesuai, yaitu: 1. Mengelompokkan puisi yang ditulis siswa. 2. Mengidentifikasi diksi dan majas yang terdapat pada puisi. 3. Menganalisis diksi dan majas yang ditulis siswa dengan cara menghubungkan isi puisi dengan objek yang diamatinya. 4. Mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan objek langsung. 5. Menyimpulkan secara keseluruhan hasil analisis data. Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini adalah ketekunan pengamatan. Menurut Moleong (2010: 329) ketekunan pengamanatan teknik-teknik pengujian keabsahan data yang bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isi yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara teliti yang berkelanjutan terhadap faktor-faktor permasalahan yang menonjol. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan diuraikan dan dijelaskan tentang hasil kemampuan siswa kelas VII.4 SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang dalam menulis puisi dengan menggunakan objek secara langsung. Hasil penelitian tersebut meliputi pendeskripsian data, analisis data, dan pembahasan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Mei 2016, dengan cara mengajak siswa ke luar kelas dan memberikan tugas menulis puisi berdasarkan objek langsung yang dilihatnya di sekitar lingkungan sekolah. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah penggunaan diksi (denotasi dan konotasi) dan penggunaan majas (bahasa figuratif) dalam menulis puisi. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan diksi dan majas kemampuan siswa kelas VII.4 SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang tergolong baik dengan nilai rata-rata 88%, dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 80. Secara lebih lengkapnya perolehan skor kemampuan siswa dalam menulis puisi berdasarkan penggunaan diksi dan majas yaitu sebagai berikut: (1) yang memperoleh nilai seratus sebanyak 10 orang (27,8%), (2) yang memperoleh nilai 90 sebanyak 12 orang (33,3%), (3) yang memperoleh nilai 80 sebanyak 14 orang (38,9%). Lebih lanjut, nilai rata-rata kelas VII.4 dilihat dari penggunaan diksi yaitu 87,2 yang didapat dari hasil jumlah nilai yang diperoleh siswa dibagi dengan banyaknya siswa kelas VII.4. Selanjutnya, berdasarkan penggunaan majas (bahasa figuratif) kemampuan rata-rata kelas VII.4 yaitu 90,5. Nilai ini didapat dari hasil jumlah nilai majas (bahasa figuratif) yang diperoleh siswa dibagi dengan jumlah siswa kelas VII.4. Pada pembahasan ini dan berkesuaian dengan penjelasan sebelumnya bahwa metode

yang digunakan dalam puisi yang ditulis siswa, yaitu menggunakan pengamatan objek secara langsung. Penggunaan metode ini dapat mempermudah siswa dalam menulis puisi, karena siswa dapat mengamati objek secara langsung kemudian merangkainya menjadi sebuah puisi dengan memperhatikan kata kerja dan kata sifat dari objek yang diamati tersebut. Kemudian metode pengamatan objek secara langsung ini dapat membangkitkan ide-ide siswa dalam menuangkan kata-kata yang imajinatif melalui objek yang dilihat dan dirasakannya. Kemampuan siswa menulis puisi berdasarkan objek langsung siswa kelas VII.4 SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang berdasarkan analisis data, diasumsikan bahwa siswa sudah mampu menulis puisi berdasarkan objek langsung. Siswa mampu memperhatikan pemilihan diksi dan penggunaan majas. Hal ini dapat dilihat dari segi penyusunan kata-kata dan penggunaan kata yang bermakna konotasi atau makna tidak sebenarnya. Kemudian pada majas, siswa mampu menggunakan majas dalam puisi, meskipun lebih banyak menggunakan majas hiperbola dari pada majas yang lainnya sehingga puisi yang ditulis siswa tersebut menarik dan kata-katanya cukup puitis. Berdasarkan hal tersebut, terdapat keterhubungan antara kemampuan siswa dalam pemilihan kata (diksi) dan penggunaan majas dalam menulis puisi. Keterhubungan tersebut adalah kemampuan siswa dalam menggunakan majas akan terlihat berdasarkan kemampuan siswa dalam melakukan pemilihan kata (diksi). Majas merupakan hasil dari kreativitas siswa dalam memilih kata yang bermakna konotasi atau memiliki nilai rasa. Teknik objek langsung dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, baik bagi siswa maupun bagi guru bidang studi. Pembelajaran dengan objek langsung ini dapat membantu siswa agar terkesan santai dan tidak membosankan ketika belajar dengan materi kemampuan menulis. Bagi guru, teknik objek langsung dapat membangun hubungan emosional siswa dengan alam, siswa dengan guru ataupun dengan hal yang diamati, selain itu teknik objek langsung mempermudah guru mengajar bahasa Indonesia dalam materi menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. Guru dapat mengajak siswa mengamati suatu objek dan merangsang kreativitas siswa dalam hal menulis puisi dan menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan tidak monoton. Pada umumnya kemampuan siswa dalam menulis puisi telah mencapai KKM yang telah ditetapkan di sekolah, yaitu dengan nilai 80. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data pada bab VI, dapat disimpulkan kemampuan siswa kelas VII.4 SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang dalam menulis puisi sudah tergolong baik. Hal tersebut dapat dilihat dari 36 puisi yang ditulis siswa:

1) Dari 36 data puisi siswa, 36 siswa sudah memperoleh nilai di atas KKM, yaitu 80. Berdasarkan hal tersebut, siswa sudah dapat dikatakan mampu memilih diksi (konotasi dan denotasi), yaitu dengan nilai rata-rata 87,2 dengan skor maksimal 100. 2) Dari 36 data puisi siswa, terdapat 36 puisi siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, yaitu 80. Siswa sudah mampu menggunakan majas (bahasa figuratif), yaitu dengan skor rata-rata 90,5 dengan skor maksimal 100. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas VII.4 dalam menulis puisi dengan objek langsung yang dilihat dari aspek diksi dan majas tergolong baik, yaitu dengan nilai rata-rata 88,8. SARAN Dari hasil penelitian mengenai kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan objek langsung tersebut, maka dapat disarankan: 1. Bagi siswa SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang, pembelajaran bahasa Indonesia menulis puisi bukanlah pembelajaran yang sulit, tetapi menyenangkan. Siswa harus lebih kreatif lagi dan meningkatkan motivasi belajar, terutama dalam hal menulis puisi. Siswa harus mampu memilih diksi dan majas yang sesuai dalam penulisan agar puisinya lebih puitis. 2. Bagi guru bahasa Indonesia SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang, agar lebih mampu menggunakan metode yang lebih variatif. Dapat memberikan masukan dalam upaya penyempurnaan kegiatan proses belajar mengajar terutama, pembelajaran menulis puisi berdasarkan metode objek langsung. 3. Bagi sekolah SMP Negeri 15 Kecamatan Koto Tangah Padang, agar dapat menjadikan metode objek langsung sebagai pertimbangan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis puisi. 4. Bagi peneliti lain, agar dapat menambah pengetahuan atau sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. UCAPAN TERIMA KASIH Pelaksanaan penelitian dan proses penulisan skripsi ini terlaksana atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Gusnetti, M.Pd. selaku pembimbing satu dan Ibu Dra. Dainur Putri selaku pembimbing dua yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, (2014). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Gani, Erizal. (2014). Kiat Pembacaan Puisi Teori dan Terapan. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Harahap, E.St. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hasanuddin, WS. 2002. Membaca dan Menilai Sajak. Bandung: Angkasa. Keraf, Gorys. (2009). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Padi, Editorial. (2013). Sastra Indonesia. Jakarta: KDT. Pratiwi, Dessy. 2013. Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Objek Langsung Siswa Kelas VIII SMPN 18 Padang. Skripsi. Padang: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni. FKIP. Universitas Bung Hatta. Rahmawati, Rizka. 2015. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Siswa Kelas VIII.I di SMP Budi Mulia Padang. Skripsi. Padang: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni. FKIP. Universitas Bung Hatta. Semi, Atar. (2003). Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. (2007). Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Soyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC. Suparno.(2006). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan, Hendry Guntur.(2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Thahar, Harris Effendi. (2008). Menulis Kreatif Panduan Bagi Pemula. Padang: UNP Press. Wahyuni, Ristri. (2014). Kitab Lengkap Puisi, Prosa, dan Pantun Lama. Jogyakarta: Saufa. Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wardoyo, Sigit Mangun. (2013). Teknik Menulis Puisi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yunus, Syarifudin. (2015). Kompetensi Menulis Kreatif. Bogor: Gralia Indonesia.