STUDI KOMPARATIF PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG PADA BALITA GIZI NORMAL DAN KURANG DI WILAYAH PUSKESMAS SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG KMS DENGAN SIKAP IBU DALAM MENINGKATKAN NUTRISI BALITA

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN

PENELITIAN GAMBARAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI PADA BALITA YANG MENGALAMI GIZI KURANG

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Ekonomi Orang Tua dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Kraton, Yogyakarta

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) Di Desa Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

KAJIAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA DI POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU)

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG PADA BALITA. di Posyandu Bulurejo Puskesmas Sampung Kabupaten Ponorogo

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT SADAR GIZI KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN. Oleh : DEA FADLIANA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) (Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban)

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA LANSIA DALAM PEMENUHAN GIZI UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU ORANG TUA DALAM TOILET TRAINING TODDLER ABSTRAK

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA

ARTIKEL ILMIAH. Karya Tulis Ilmah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III Gizi. Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BALITA

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BALITA DI POSYANDU DAHLIA RT 01, RW 03 DESA NGARIBOYO, KECAMATAN MAGETAN

PENELITIAN PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL. Di RSUD Dr. Harjono Ponorogo

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

KARYA TULIS ILMIAH DUKUNGAN KELUARGA DALAM KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA. Di Desa Karanglo Lor Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo

SKRIPSI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN EDUKASI TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA USIA TAHUN

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ika Endar Ariyana 1,Machmudah 2,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

SKRIPSI HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN GIZI BERDASARKAN KEBIASAAN SARAPAN

OLEH: S. HINDU MATHI NIM

EFEKTIFITAS PELATIHAN PENCEGAHAN GIZI BURUK BALITA PADA PEER EDUCATOR UNTUK MENINGKATAN PENGETAHUAN KELOMPOK DASAWISMA DI PUSKESMAS BATURRADEN I.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

Oleh : WULAN PUTRI IMA EVIYANTI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

Transkripsi:

JKA.2016;3(1): 107-114 ARTIKEL PENELITIAN STUDI KOMPARATIF PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG PADA BALITA GIZI NORMAL DAN KURANG DI WILAYAH PUSKESMAS SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO ABSTRAK Siti Munawaroh 1 Elmie Muftiana 2 Balita dengan gizi dibawah normal (gizi kurang dan buruk) masih terus menghantui dunia kesehatan. Orang beranggapan bahwa balita kurang gizi hanya terjadi pada keluarga miskin dan kurang pendidikan. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Banyak faktor yang menyebabkan balita kurang gizi, salah satunya adalah pengetahuan cara memberikan makanan yang benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian gizi seimbang pada balita status gizi normal dengan balita status gizi kurang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan populasinya adalah seluruh ibu balita dengan status gizi normal dan seluruh ibu balita yang mengalami gizi kurang di wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo dengan sampel yang memenuhi kriteria penelitian yaitu ibu yang mengasuh anaknya sendiri, balita yang mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat), datang ke posyandu saat penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah purposif sampling dengan jumlah sampel 78 ibu balita dengan status gizi normal dan 26 ibu balita dengan status gizi kurang. Analisa data dengan uji t independen untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel dengan tingkat kemaknaan p 0,05. Hasil penelitian didapatkan nilai analisa uji t p value=0,012 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan tentang pengetahuan gizi seimbang pada ibu balita gizi normal dengan ibu balita gizi kurang di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Kesimpulannya bahwa masih perlu adanya peningkatan pengetahuan pada ibu yang mempunyai balita agar status gizi balita terpenuhi. Peningkatan pengetahuan bisa dilakukan dengan pendidikan kesehatan melalui posyandu atau kegiatan masyarakat lainnya. Kata Kunci: pengetahuan ibu, gizi seimbang, balita gizi normal, balita gizi kurang Abstract Toddlers with below normal nutrition (less nutrition and worse) still go to haunt the world of health. People think that malnourished children only occur in poor families and lack of education. This assumption is not entirely true. Many factors cause malnourished children, one of them is the knowledge of how to give the right foods. This study aims to determine differences of mothers knowledge about the given of balanced nutrition in toddlers with a normal nutrition status and less nutrition status. This study used a descriptive correlation design which the population is the whole mothers toddlers with normal nutrition status and the whole mothers who experienced less nutrition in the Puskesmas Sukorejo of Ponorogo. The sample fulfilled the research criteria, mothers take care of their children their selves. Toddlers who have KMS (Kartu Menuju Sehat) come to Posyandu when the study is being done. The sampling technique used is purposive sampling with a sample of 78 mothers toddlers of normal nutrition status and 26 mothers toddlers of less nutrition status. The data analysis used an independent t test, it is to determine the differences between the two variables with a significance level of p 0.05. The result showed the value of analyzing t p test = 0.012 at 5% alpha seen significant differences about the knowledge of balanced nutrition between mothers toddlers of normal nutrition and less nutrition. The conclusion that there is still a need to increase mothers knowledge who have children that their nutrition status is fulfilled. Increased knowledge can be done by health education through the Posyandu or other community activities. Keywords: mother's knowledge, balanced nutrition, toddler normal nutrition, toddler less nutrition 1Fakultas Ilmu Kesehatan, 2Universitas Muhammadiyah Ponorogo 107

108 Jurnal Keperawatan Aisyiyah LATAR BELAKANG Pada masa balita terjadi perkembangan kemampuan bahasa, emosional dan intelegensia yang berjalan sangat cepat dan merupakan landasan tahap perkembangan selanjutnya, sehingga diperlukan gizi yang lebih banyak dari usia sebelumnya. Pemberian gizi yang seimbang merupakan faktor penentu pertumbuhan dan perkembangan balita, karena anak usia di bawah lima tahun merupakan periode pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan asupan gizi yang memadai. Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua sehingga berdampak pada perilaku dalam menyajikan makanan pada anaknya. Orang tua yang mempunyai pengetahuan gizi seimbang yang minimal memang akan mempengaruhi pertumbuhan balita. Gizi seimbang merupakan sari makanan yang dimakan dan dibutuhkan oleh tubuh. Apabila asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan maka dinamakan kurang gizi. Memang secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan makanan dan penyakit infeksi. Ketidakcukupan makanan itu salah satunya karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan ibu dalam menyediakan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Seorang anak balita dikatakan mengalami keadaan gizi buruk jika berat badannya 60 persen di bawah standar internasional yang dikembangkan oleh badan National Centre for Health Statistic, Centers for Disease Control, USA (NCHS) yang telah diakui oleh WHO. Sedangkan anak balita dikatakan mengalami gizi kurang bila berat badannya 70,80 persen di bawah standar WHONCHS. Menurut WHO, Indonesi tergolong sebagai negara dengan status gizi yang tinggi pada tahun 2004 yaitu 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia. Artinya 28,47% balita di Indonesia masuk dalam kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Hasil survai sensus nasional diketahui bahwa persentase balita yang bergizi baik sebesar 71,88% pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 turun menjadi 69,59%. Balita dengan gizi kurang/ buruk sebesar 25,82% pada tahun 2002 dan meningkat menjadi 28,17% pada tahun 2003. (Depkes RI, 2005). Hasil riset Kesehatan Dasar 2010 diketahui jumlah penderita gizi kurang/ buruk dikalangan anak balita mencapai 17%, sementara jumlah anak gemuk 14% (Sandi, 2012) Dari 39 juta jiwa penduduk Jawa Timur terdapat 7,1 juta jiwa berpenduduk miskin, dimana 5.000 balita mengalami kurang gizi (Imam Utomo, 2008 dalam Nurhidayati, 2008). Kota Madiun pada tahun 2007 terdapat 306 Balita yang menderita KEP dari keseluruhan yaitu 8.713 balita. Pada awal tahun 2008 kejadin KEP di Kota Madiun mengalami penurunan dari tahun 2007 yakni 272 balita yang mengalami KEP dari jumlah keseluruhan 8.490 balita (Nurhidayati, 2008). Data terbaru bulan Agustus 2013 di Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo terdapat 69 anak mengalami kurang gizi baik yang dibawah garis merah atau kuning dan 2T. Data bulan Maret 2015 jumlah balita yang tercatat terdapat 26 balita dengan masalah gizi yaitu dibawah garis kuning/merah. Hasil penelitian peneliti tahun 2013 yang dilakukan di wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo telah didapatkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang. Pendidikan kesehatan dengan cara memberikan penyuluhan yang dilanjutkan dengan pendampingan atau pemantau pemberian PMT (Munawaroh, 2013). Kekurangan gizi pada balita dapat terjadi dari tingkat ringan sampai berat yang terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu yang cukup

Studi Komparatif Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang pada Balita Gizi Normal dan Kurang di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 109 lama, dimana kadang orang tua tidak menyadari kalau anaknya terancam kekurangan gizi. Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan program nyata dalam mengatasi masalah gizi tersebut seperti mengolah data secara akurat dan tepat waktu untuk mengetahui kantongkantong daerah yang beresiko kena masalah gizi. Pelaksanaan program pemerintah menjadi solusi yang tepat untuk jangka panjang. Pemerintah mengambil langkah dengan memanfaatkan posyandu. Posyandu sebaiknya dimanfaatkan secara maksimal kegiatannya seperti penyuluhan, konseling, pemberdayaan keluarga (kadarzi), pemantauan, pemberian makanan tambahan, pemulihan, rujukan dan kegiatan terobosan lainnya (Sutriyanto, 2012).Kesadaran ibu tentang pentingnya makanan bergizi lebih penting ditingkatkan. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan populasinya adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dengan status gizi normal dan seluruh ibu yang mempunyai balita yang mengalami gizi kurang di wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Sampel penelitian adalah sebagian ibu yang mempunyai balita dengan status gizi normal dan seluruh ibu yang mempunyai balita yang mengalami gizi kurang di wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo.Teknik sampling yang digunakan adalah purposif sampel dengan kriteria penelitian yaitu ibu yang mengasuh anaknya sendiri, balita yang mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat), datang ke posyandu saat penelitian, ibu yang merawat balita sehari-hari. Jumlah sampel 78 ibu balita dengan status gizi normal dan 26 ibu balita dengan status gizi kurang. Penelitian diambil dari empat desa yang berada di wilayah Puskesmas Sukorejo yaitu Karanglo Lor, Gandu Kepuh, Prajekan dan Kedung Banteng. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan soal sejumlah 30 pertanyaan. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui status gizi balita. Alat ukurnya adalah timbangan dan meteran. Status gisi dilihat dari Umur dan Berat Badan. Data demografi dilakukan analisa dengan chi-square untuk mengetahui hubungan data demografi dengan status gizi balita. Analisa data untuk mengetahu perbedaan pengetahuan menggunakan uji t independen dengan tingkat kemaknaan p 0,05. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Umur Ibu yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dan Ibu yang Mempunyai Balita Gizi Normal di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Tahun 2015 Variabel Umur Ibu Balita Gizi Kurang Umur Ibu Balita Gizi Normal Mean Median 33,19 32 29,8 30 SD Minimal - Maksimal 6,5 21-45 4,48 20-42 Tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata umur ibu balita gizi kurang lebih banyak dari ibu balita gizi normal yaitu masingmasing 33,9 tahun dan 29,8 tahun Usia ibu balita gizi kurang minimal 21 tahun dan maksimal 45 tahun,sedangkan usia ibu balita gizi normal minimal 20 tahun dan maksimal 42 tahun.

110 Jurnal Keperawatan Aisyiyah Tabel 2. Distribusi Pendidikan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Normal Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, tahun 2015 Pendidikan Ibu Balita Gizi Kurang Balita Gizi Normal N % N % SD 2 7,7 4 5,1 SMP 6 23,1 25 32,1 SMA 18 69,2 44 56,4 Perguruan Tinggi 0 0 5 6,4 Total 26 100 78 100 Tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar pendidikan ibu balita gizi kurang dan ibu balita gizi normal adalah SMA yaitu masing-masing 18 responden (69,2%) dan 44 responden (56,4%). Tabel berikut dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar ibu balita gizi kurang dan ibu balita gizi normal tidak bekerja yaitu masingmasing 24 responden (92,3%) dan 46 responden (59%). Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Normal Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, tahun 2015 Pekerjaan Ibu Balita Gizi Kurang Balita Gizi Normal N % N % Bekerja 2 7,7 32 41 Tidak Bekerja 24 92,3 46 59 Total 26 100 78 100 Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Normal Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, tahun 2015 Variabel Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Pengetahuan Ibu Balita Gizi Normal Mean Median 24,27 24 25,58 26 SD Minimal - Maksimal 2,44 20-29 2,20 20-30 Tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang lebih rendah dari ibu balita gizi normal yaitu masing-masing 24,27 tahun dan 25,58 tahun Pengetahuan ibu balita gizi kurang minimal benar 20 soal dan maksimal 29 soal, sedangkan pengetahuan ibu balita gizi normal minimal benar 20 soal dan maksimal 30 soal.

Studi Komparatif Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang pada Balita Gizi Normal dan Kurang di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 111 Tabel 5. Hubungan Data Demografi Ibu dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo No Variabel Frekuensi Prosentase Usia (tahun) 1 Dewasa Awal &tengah (20-40) 2 Dewasa akhir (>40) 5 4,8 Pendidikan Hasil uji chi-square dengan status gizi balita 99 95,2 Uji chi-square test p=0,013 1 Rendah (SD dan SMP) 38 36,5 Uji chi-square test 2 Tinggi (SMA dan PT) 66 63,5 p=1,000 Pekerjaan 1 Tidak bekerja/irt 71 68,3 Uji chi-square test 2 Bekerja 33 31,7 p=0,005 Tabel 5 menunjukkan distribusi karakteristik reponden dan hasil uji homogenitasnya. Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah 20-40 tahun yaitu sejumlah 99 orang (92,5%). Hasil uji homogenitas dengan menggunakan analisis Chi-Square Test p=0,013 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia ibu dengan status gizi balita. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah SMA atau PT (pendidikan tinggi) yaitu sejumlah 66 orang (63,5%). Hasil uji homogenitas dengan menggunakan analisis Chi-Square Test p=1,000 (p>0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita.. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sejumlah 71 orang (68,3%). Hasil uji homogenitas dengan menggunakan analisis Chi-Square Test p=0,005 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Tabel 6 Distribusi Perbedaan Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dengan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Normal Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, tahun 2015 Pengetahuan Mean SD SE p value N Ibu Balita Gizi Kurang 24,27 2,44 0,479 0,012 26 Ibu Balita Gizi Normal 25,58 2,20 0,249 78 Rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang adalah 24,27 dengan standart deviasi 2,44, sedangkan untuk ibu balita gizi normal adalah 25,58 dengan standart deviasi 2,20. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value=0,012 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan pengetahuan

112 Jurnal Keperawatan Aisyiyah yang signifikan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang dengan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi normal. PEMBAHASAN Tabel 5 menggambarkan ada hubungan usia dengan status gizi balita dengan pvalue=0,005, dimana dari 5 (lima) ibu yang berusia >40 tahun, 4 orang mempunyai balita dengan status gizi abnormal. Sedang ibu yang berusia <40tahun yang mempunyai balita abnormal sejumlah 22 orang. Rentang usia terbanyak berada pada usia dewasa awal/muda baik ibu yang mempunyai balita dengan status gizi normal maupun kurang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh usia dewasa awal masih baik daya ingatnya dalam menerima informasi yang ditunjang dengan pendidikan sebagian besar adalah SMA (pendidikan tinggi). Masa dewasa (30-40 tahun) menurut Widayatun (2001) merupakan masa dimana terjadi tahap perkembangan antara lain masa pencapaian sukses, masa berprestasi dan masa evaluasi dengan standart ganda. Jadi pada masa tersebut sesorang matang dalam berfikir dan mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak. Menurut Hurlock (1999) umur dalam rentang ini merupakan masa dewasa madya dimana dalam rentang usia ini merupakan usia yang produktif dan belum terjadi penurunan daya ingat. Kemungkinan karena usia tersebut ibu sudah mempunyai anak lebih dari satu sehingga sudah mempunyai pengalaman dalam merawat anak sehingga memahami cara mempraktekkan pemberian gizi seimbang pada balitanya. Sedangkan ibu yang berusia <40 tahun kemungkinan disebabkan oleh daya ingat dan kemampuan fisiknya dalam merawat anak sudah mulai menurun sehingga memungkinkan tidak merawat anaknya secara maksimal. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sejumlah 71 orang (68,3%), dimana 47 ibu yang bekerja mempunyai balita dengan status gizi normal dan 24 ibu yang tidak bekerja mempunyai anak dengan status gizi abnormal. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan analisis Chi-Square Test p=0,005 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Septiana (2010) bahwa pola pemberian makan pendamping ASI yang dilihat dari tingkat konsumsi energi mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi balita usia 6 sampai 24 bulan, hal ini berarti tingkat konsumsi gizi yang mengandung sumber energi mempengaruhi status gizi anak balita. Ibu yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga biasanya memiliki pola asuh yang lebih baik terhadap tumbuh kembang balita daripada ibu dengan pekerjaan diluar rumah atau pekerjaan lain, dengan pola asuh yang baik maka ibu dapat melihat tumbuh kembang anak lebih baik, ibu lebih fokus dalam merawat dan mengasuh anak (Septiana, 2010). Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pekerjaan merupakan hal yang menyita waktu. Waktu yang tersita memungkinkan ibu kurang memperhatikan gizi anaknya, sedangkan ibu yang mempunyai waktu banyak (tidak bekerja) dan mempunyai balita dengan status gizi abnormal/ kurang kemungkinan disebabkan oleh pendidikan ibu yang kurang yaitu SD/SMP. Dimana ini sesuai dengan pendapat Kasmita (2000) di mana tingkat pendidikan ibu berpengaruh positif dengan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sehingga semakin tinggi pendidikan yang diperoleh ibu akan semakin mudah bagi seorang ibu untuk memahami informasi tentang gizi yang baik bila dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan lebih rendah (Yanti, Kurnila D. 2015). Mudahnya ibu dalam memahami informasi ini berdampak kepada perilaku ibu dalam memberikan makanan sehari-hari sehingga pemenuhan gizi pada balita terpenuhi. Begitu sebaliknya jika pendidikan ibu rendah maka perilaku dalam pemberian gizi tidak baik sehingga berpengaruh terhadap status gizi

Studi Komparatif Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang pada Balita Gizi Normal dan Kurang di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 113 balita. Rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang adalah 24,27 dengan standart deviasi 2,44, sedangkan untuk ibu balita gizi normal adalah 25,58 dengan standart deviasi 2,20. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value=0,012 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan pengetahuan yang signifikan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang dengan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi normal. Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa rata-rata pengetahuan ibu yang mempunyai balita gizi normal lebih tinggi daripada rata-rata pengetahuan ibu yang mempunyai balita gizi kurang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh Ibu yang mempunyai balita gizi normal ada yang berpendidikan Sarjana atau lulusan Perguruan Tinggi, rata-rata usia ibu yang mempunyai balita gizi normal adalah usia dewasa awal (<30 tahun). Ibu yang mempunyai pengetahuan kurang kemungkinan disebabkan oleh karena kurang minatnya ibu terhadap ilmu pengetahuan yang ada. Bila seseorang dapat menerima, merespon, menghargai terhadap suatu obyek atau pengetahuan, maka pengetahuan ibu akan bertambah dan berdampak buruk pada perilaku sehari-hari (Nurhidayati, 2008). Diperkuat dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, usia, pengalaman. Jika dihubungkan dengan pengetahuan tentang gizi seimbang maka usia yang masih dewasa awal memungkinkan ibu masih mempunyai semangat untuk mencari informasi tentang kesehatan anaknya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Chi-Square Test p=0,013 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia ibu dengan status gizi balita. 2. Chi-Square Test p=0,005 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi balita.. 3. p value=0,012 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan pengetahuan yang signifikan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang dengan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi normal. Petugas kesehatan seharusnya melakukan pendekatan khusus kepada ibu-ibu yang mempunyai balita gizi kurang/buruk untuk menggali faktor penyebabnya, sehingga jika diketahui bahwa faktor penyebabnya adalah pengetahuan maka petugas kesehatan dapat melakukan konseling secara intensif. Konseling secara khusus akan lebih mengenai sasaran daripada penyuluhan dengan jumlah audiensi secara besar. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dalam Menuju Gizi Baik Untuk Semua. Jakarta: Puslitbang Gizi dan Makanan Munawaroh, S. 2013. Upaya Peningkatan Kesehatan Keluaga dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Balita Gizi Kurang di Kabupaten Ponorogo. Penelitian Dosen Pemula Dibiayai Dikti Tahun 2013. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Nurhidayati. 2013. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan tingkat KEP pada balita di Puskesmas Banjarejo Kabuparen Madiun. Jurnal Keperawatan Akper 17 Karanganyar. Tahun 2013. Vol 1 No. 1 Sandi, Fery Putra. (2012). Hubungan antara

114 Jurnal Keperawatan Aisyiyah pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita. Jurnal Ilmu Kesehatan. Tahun 2012. Jilid 1 No. 1 Desember 2012 Septiana, Rika. (2010). Hubungan antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Status Gizi Balita Usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas GedongTengen Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Kesmas ISSN: 1978-0575. http://jogjapress.com/index. php/kesmas/article/view/1177 Diakses tanggal 1 November 2015. Sutriyanto. (2012). Revitalisasi Posyandu Atasi masalah Gizi. www. Tribunnews.com/ kesehatan/2012/02/17/revitalisasiposyandu-atasi-masalah-gizi. Diakses tanggal 8 November 2015. Yanti, Kurnila D. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi buru pada balita di Desa Kute Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Artikel ilmiah https://scholar.google.co.id/ scholar?q=penelitian+himawan+ 2006+tentang+ gizi&btng=&hl=id&as_ sdt=0%2c5&as_vis=1 Diakses 4 November 2015