JKA.2016;3(1): 107-114 ARTIKEL PENELITIAN STUDI KOMPARATIF PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG PADA BALITA GIZI NORMAL DAN KURANG DI WILAYAH PUSKESMAS SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO ABSTRAK Siti Munawaroh 1 Elmie Muftiana 2 Balita dengan gizi dibawah normal (gizi kurang dan buruk) masih terus menghantui dunia kesehatan. Orang beranggapan bahwa balita kurang gizi hanya terjadi pada keluarga miskin dan kurang pendidikan. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Banyak faktor yang menyebabkan balita kurang gizi, salah satunya adalah pengetahuan cara memberikan makanan yang benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian gizi seimbang pada balita status gizi normal dengan balita status gizi kurang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan populasinya adalah seluruh ibu balita dengan status gizi normal dan seluruh ibu balita yang mengalami gizi kurang di wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo dengan sampel yang memenuhi kriteria penelitian yaitu ibu yang mengasuh anaknya sendiri, balita yang mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat), datang ke posyandu saat penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah purposif sampling dengan jumlah sampel 78 ibu balita dengan status gizi normal dan 26 ibu balita dengan status gizi kurang. Analisa data dengan uji t independen untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel dengan tingkat kemaknaan p 0,05. Hasil penelitian didapatkan nilai analisa uji t p value=0,012 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan tentang pengetahuan gizi seimbang pada ibu balita gizi normal dengan ibu balita gizi kurang di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Kesimpulannya bahwa masih perlu adanya peningkatan pengetahuan pada ibu yang mempunyai balita agar status gizi balita terpenuhi. Peningkatan pengetahuan bisa dilakukan dengan pendidikan kesehatan melalui posyandu atau kegiatan masyarakat lainnya. Kata Kunci: pengetahuan ibu, gizi seimbang, balita gizi normal, balita gizi kurang Abstract Toddlers with below normal nutrition (less nutrition and worse) still go to haunt the world of health. People think that malnourished children only occur in poor families and lack of education. This assumption is not entirely true. Many factors cause malnourished children, one of them is the knowledge of how to give the right foods. This study aims to determine differences of mothers knowledge about the given of balanced nutrition in toddlers with a normal nutrition status and less nutrition status. This study used a descriptive correlation design which the population is the whole mothers toddlers with normal nutrition status and the whole mothers who experienced less nutrition in the Puskesmas Sukorejo of Ponorogo. The sample fulfilled the research criteria, mothers take care of their children their selves. Toddlers who have KMS (Kartu Menuju Sehat) come to Posyandu when the study is being done. The sampling technique used is purposive sampling with a sample of 78 mothers toddlers of normal nutrition status and 26 mothers toddlers of less nutrition status. The data analysis used an independent t test, it is to determine the differences between the two variables with a significance level of p 0.05. The result showed the value of analyzing t p test = 0.012 at 5% alpha seen significant differences about the knowledge of balanced nutrition between mothers toddlers of normal nutrition and less nutrition. The conclusion that there is still a need to increase mothers knowledge who have children that their nutrition status is fulfilled. Increased knowledge can be done by health education through the Posyandu or other community activities. Keywords: mother's knowledge, balanced nutrition, toddler normal nutrition, toddler less nutrition 1Fakultas Ilmu Kesehatan, 2Universitas Muhammadiyah Ponorogo 107
108 Jurnal Keperawatan Aisyiyah LATAR BELAKANG Pada masa balita terjadi perkembangan kemampuan bahasa, emosional dan intelegensia yang berjalan sangat cepat dan merupakan landasan tahap perkembangan selanjutnya, sehingga diperlukan gizi yang lebih banyak dari usia sebelumnya. Pemberian gizi yang seimbang merupakan faktor penentu pertumbuhan dan perkembangan balita, karena anak usia di bawah lima tahun merupakan periode pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan asupan gizi yang memadai. Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua sehingga berdampak pada perilaku dalam menyajikan makanan pada anaknya. Orang tua yang mempunyai pengetahuan gizi seimbang yang minimal memang akan mempengaruhi pertumbuhan balita. Gizi seimbang merupakan sari makanan yang dimakan dan dibutuhkan oleh tubuh. Apabila asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan maka dinamakan kurang gizi. Memang secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan makanan dan penyakit infeksi. Ketidakcukupan makanan itu salah satunya karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan ibu dalam menyediakan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Seorang anak balita dikatakan mengalami keadaan gizi buruk jika berat badannya 60 persen di bawah standar internasional yang dikembangkan oleh badan National Centre for Health Statistic, Centers for Disease Control, USA (NCHS) yang telah diakui oleh WHO. Sedangkan anak balita dikatakan mengalami gizi kurang bila berat badannya 70,80 persen di bawah standar WHONCHS. Menurut WHO, Indonesi tergolong sebagai negara dengan status gizi yang tinggi pada tahun 2004 yaitu 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia. Artinya 28,47% balita di Indonesia masuk dalam kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Hasil survai sensus nasional diketahui bahwa persentase balita yang bergizi baik sebesar 71,88% pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 turun menjadi 69,59%. Balita dengan gizi kurang/ buruk sebesar 25,82% pada tahun 2002 dan meningkat menjadi 28,17% pada tahun 2003. (Depkes RI, 2005). Hasil riset Kesehatan Dasar 2010 diketahui jumlah penderita gizi kurang/ buruk dikalangan anak balita mencapai 17%, sementara jumlah anak gemuk 14% (Sandi, 2012) Dari 39 juta jiwa penduduk Jawa Timur terdapat 7,1 juta jiwa berpenduduk miskin, dimana 5.000 balita mengalami kurang gizi (Imam Utomo, 2008 dalam Nurhidayati, 2008). Kota Madiun pada tahun 2007 terdapat 306 Balita yang menderita KEP dari keseluruhan yaitu 8.713 balita. Pada awal tahun 2008 kejadin KEP di Kota Madiun mengalami penurunan dari tahun 2007 yakni 272 balita yang mengalami KEP dari jumlah keseluruhan 8.490 balita (Nurhidayati, 2008). Data terbaru bulan Agustus 2013 di Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo terdapat 69 anak mengalami kurang gizi baik yang dibawah garis merah atau kuning dan 2T. Data bulan Maret 2015 jumlah balita yang tercatat terdapat 26 balita dengan masalah gizi yaitu dibawah garis kuning/merah. Hasil penelitian peneliti tahun 2013 yang dilakukan di wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo telah didapatkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang. Pendidikan kesehatan dengan cara memberikan penyuluhan yang dilanjutkan dengan pendampingan atau pemantau pemberian PMT (Munawaroh, 2013). Kekurangan gizi pada balita dapat terjadi dari tingkat ringan sampai berat yang terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu yang cukup
Studi Komparatif Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang pada Balita Gizi Normal dan Kurang di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 109 lama, dimana kadang orang tua tidak menyadari kalau anaknya terancam kekurangan gizi. Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan program nyata dalam mengatasi masalah gizi tersebut seperti mengolah data secara akurat dan tepat waktu untuk mengetahui kantongkantong daerah yang beresiko kena masalah gizi. Pelaksanaan program pemerintah menjadi solusi yang tepat untuk jangka panjang. Pemerintah mengambil langkah dengan memanfaatkan posyandu. Posyandu sebaiknya dimanfaatkan secara maksimal kegiatannya seperti penyuluhan, konseling, pemberdayaan keluarga (kadarzi), pemantauan, pemberian makanan tambahan, pemulihan, rujukan dan kegiatan terobosan lainnya (Sutriyanto, 2012).Kesadaran ibu tentang pentingnya makanan bergizi lebih penting ditingkatkan. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan populasinya adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dengan status gizi normal dan seluruh ibu yang mempunyai balita yang mengalami gizi kurang di wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Sampel penelitian adalah sebagian ibu yang mempunyai balita dengan status gizi normal dan seluruh ibu yang mempunyai balita yang mengalami gizi kurang di wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo.Teknik sampling yang digunakan adalah purposif sampel dengan kriteria penelitian yaitu ibu yang mengasuh anaknya sendiri, balita yang mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat), datang ke posyandu saat penelitian, ibu yang merawat balita sehari-hari. Jumlah sampel 78 ibu balita dengan status gizi normal dan 26 ibu balita dengan status gizi kurang. Penelitian diambil dari empat desa yang berada di wilayah Puskesmas Sukorejo yaitu Karanglo Lor, Gandu Kepuh, Prajekan dan Kedung Banteng. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan soal sejumlah 30 pertanyaan. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui status gizi balita. Alat ukurnya adalah timbangan dan meteran. Status gisi dilihat dari Umur dan Berat Badan. Data demografi dilakukan analisa dengan chi-square untuk mengetahui hubungan data demografi dengan status gizi balita. Analisa data untuk mengetahu perbedaan pengetahuan menggunakan uji t independen dengan tingkat kemaknaan p 0,05. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Umur Ibu yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dan Ibu yang Mempunyai Balita Gizi Normal di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Tahun 2015 Variabel Umur Ibu Balita Gizi Kurang Umur Ibu Balita Gizi Normal Mean Median 33,19 32 29,8 30 SD Minimal - Maksimal 6,5 21-45 4,48 20-42 Tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata umur ibu balita gizi kurang lebih banyak dari ibu balita gizi normal yaitu masingmasing 33,9 tahun dan 29,8 tahun Usia ibu balita gizi kurang minimal 21 tahun dan maksimal 45 tahun,sedangkan usia ibu balita gizi normal minimal 20 tahun dan maksimal 42 tahun.
110 Jurnal Keperawatan Aisyiyah Tabel 2. Distribusi Pendidikan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Normal Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, tahun 2015 Pendidikan Ibu Balita Gizi Kurang Balita Gizi Normal N % N % SD 2 7,7 4 5,1 SMP 6 23,1 25 32,1 SMA 18 69,2 44 56,4 Perguruan Tinggi 0 0 5 6,4 Total 26 100 78 100 Tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar pendidikan ibu balita gizi kurang dan ibu balita gizi normal adalah SMA yaitu masing-masing 18 responden (69,2%) dan 44 responden (56,4%). Tabel berikut dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar ibu balita gizi kurang dan ibu balita gizi normal tidak bekerja yaitu masingmasing 24 responden (92,3%) dan 46 responden (59%). Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Normal Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, tahun 2015 Pekerjaan Ibu Balita Gizi Kurang Balita Gizi Normal N % N % Bekerja 2 7,7 32 41 Tidak Bekerja 24 92,3 46 59 Total 26 100 78 100 Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Normal Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, tahun 2015 Variabel Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Pengetahuan Ibu Balita Gizi Normal Mean Median 24,27 24 25,58 26 SD Minimal - Maksimal 2,44 20-29 2,20 20-30 Tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang lebih rendah dari ibu balita gizi normal yaitu masing-masing 24,27 tahun dan 25,58 tahun Pengetahuan ibu balita gizi kurang minimal benar 20 soal dan maksimal 29 soal, sedangkan pengetahuan ibu balita gizi normal minimal benar 20 soal dan maksimal 30 soal.
Studi Komparatif Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang pada Balita Gizi Normal dan Kurang di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 111 Tabel 5. Hubungan Data Demografi Ibu dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo No Variabel Frekuensi Prosentase Usia (tahun) 1 Dewasa Awal &tengah (20-40) 2 Dewasa akhir (>40) 5 4,8 Pendidikan Hasil uji chi-square dengan status gizi balita 99 95,2 Uji chi-square test p=0,013 1 Rendah (SD dan SMP) 38 36,5 Uji chi-square test 2 Tinggi (SMA dan PT) 66 63,5 p=1,000 Pekerjaan 1 Tidak bekerja/irt 71 68,3 Uji chi-square test 2 Bekerja 33 31,7 p=0,005 Tabel 5 menunjukkan distribusi karakteristik reponden dan hasil uji homogenitasnya. Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah 20-40 tahun yaitu sejumlah 99 orang (92,5%). Hasil uji homogenitas dengan menggunakan analisis Chi-Square Test p=0,013 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia ibu dengan status gizi balita. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah SMA atau PT (pendidikan tinggi) yaitu sejumlah 66 orang (63,5%). Hasil uji homogenitas dengan menggunakan analisis Chi-Square Test p=1,000 (p>0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita.. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sejumlah 71 orang (68,3%). Hasil uji homogenitas dengan menggunakan analisis Chi-Square Test p=0,005 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Tabel 6 Distribusi Perbedaan Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Kurang dengan Ibu Yang Mempunyai Balita Gizi Normal Di Wilayah Puskesmas Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, tahun 2015 Pengetahuan Mean SD SE p value N Ibu Balita Gizi Kurang 24,27 2,44 0,479 0,012 26 Ibu Balita Gizi Normal 25,58 2,20 0,249 78 Rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang adalah 24,27 dengan standart deviasi 2,44, sedangkan untuk ibu balita gizi normal adalah 25,58 dengan standart deviasi 2,20. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value=0,012 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan pengetahuan
112 Jurnal Keperawatan Aisyiyah yang signifikan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang dengan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi normal. PEMBAHASAN Tabel 5 menggambarkan ada hubungan usia dengan status gizi balita dengan pvalue=0,005, dimana dari 5 (lima) ibu yang berusia >40 tahun, 4 orang mempunyai balita dengan status gizi abnormal. Sedang ibu yang berusia <40tahun yang mempunyai balita abnormal sejumlah 22 orang. Rentang usia terbanyak berada pada usia dewasa awal/muda baik ibu yang mempunyai balita dengan status gizi normal maupun kurang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh usia dewasa awal masih baik daya ingatnya dalam menerima informasi yang ditunjang dengan pendidikan sebagian besar adalah SMA (pendidikan tinggi). Masa dewasa (30-40 tahun) menurut Widayatun (2001) merupakan masa dimana terjadi tahap perkembangan antara lain masa pencapaian sukses, masa berprestasi dan masa evaluasi dengan standart ganda. Jadi pada masa tersebut sesorang matang dalam berfikir dan mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak. Menurut Hurlock (1999) umur dalam rentang ini merupakan masa dewasa madya dimana dalam rentang usia ini merupakan usia yang produktif dan belum terjadi penurunan daya ingat. Kemungkinan karena usia tersebut ibu sudah mempunyai anak lebih dari satu sehingga sudah mempunyai pengalaman dalam merawat anak sehingga memahami cara mempraktekkan pemberian gizi seimbang pada balitanya. Sedangkan ibu yang berusia <40 tahun kemungkinan disebabkan oleh daya ingat dan kemampuan fisiknya dalam merawat anak sudah mulai menurun sehingga memungkinkan tidak merawat anaknya secara maksimal. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sejumlah 71 orang (68,3%), dimana 47 ibu yang bekerja mempunyai balita dengan status gizi normal dan 24 ibu yang tidak bekerja mempunyai anak dengan status gizi abnormal. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan analisis Chi-Square Test p=0,005 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Septiana (2010) bahwa pola pemberian makan pendamping ASI yang dilihat dari tingkat konsumsi energi mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi balita usia 6 sampai 24 bulan, hal ini berarti tingkat konsumsi gizi yang mengandung sumber energi mempengaruhi status gizi anak balita. Ibu yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga biasanya memiliki pola asuh yang lebih baik terhadap tumbuh kembang balita daripada ibu dengan pekerjaan diluar rumah atau pekerjaan lain, dengan pola asuh yang baik maka ibu dapat melihat tumbuh kembang anak lebih baik, ibu lebih fokus dalam merawat dan mengasuh anak (Septiana, 2010). Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pekerjaan merupakan hal yang menyita waktu. Waktu yang tersita memungkinkan ibu kurang memperhatikan gizi anaknya, sedangkan ibu yang mempunyai waktu banyak (tidak bekerja) dan mempunyai balita dengan status gizi abnormal/ kurang kemungkinan disebabkan oleh pendidikan ibu yang kurang yaitu SD/SMP. Dimana ini sesuai dengan pendapat Kasmita (2000) di mana tingkat pendidikan ibu berpengaruh positif dengan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sehingga semakin tinggi pendidikan yang diperoleh ibu akan semakin mudah bagi seorang ibu untuk memahami informasi tentang gizi yang baik bila dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan lebih rendah (Yanti, Kurnila D. 2015). Mudahnya ibu dalam memahami informasi ini berdampak kepada perilaku ibu dalam memberikan makanan sehari-hari sehingga pemenuhan gizi pada balita terpenuhi. Begitu sebaliknya jika pendidikan ibu rendah maka perilaku dalam pemberian gizi tidak baik sehingga berpengaruh terhadap status gizi
Studi Komparatif Pengetahuan Ibu tentang Gizi Seimbang pada Balita Gizi Normal dan Kurang di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo 113 balita. Rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang adalah 24,27 dengan standart deviasi 2,44, sedangkan untuk ibu balita gizi normal adalah 25,58 dengan standart deviasi 2,20. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value=0,012 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan pengetahuan yang signifikan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang dengan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi normal. Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa rata-rata pengetahuan ibu yang mempunyai balita gizi normal lebih tinggi daripada rata-rata pengetahuan ibu yang mempunyai balita gizi kurang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh Ibu yang mempunyai balita gizi normal ada yang berpendidikan Sarjana atau lulusan Perguruan Tinggi, rata-rata usia ibu yang mempunyai balita gizi normal adalah usia dewasa awal (<30 tahun). Ibu yang mempunyai pengetahuan kurang kemungkinan disebabkan oleh karena kurang minatnya ibu terhadap ilmu pengetahuan yang ada. Bila seseorang dapat menerima, merespon, menghargai terhadap suatu obyek atau pengetahuan, maka pengetahuan ibu akan bertambah dan berdampak buruk pada perilaku sehari-hari (Nurhidayati, 2008). Diperkuat dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, usia, pengalaman. Jika dihubungkan dengan pengetahuan tentang gizi seimbang maka usia yang masih dewasa awal memungkinkan ibu masih mempunyai semangat untuk mencari informasi tentang kesehatan anaknya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Chi-Square Test p=0,013 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia ibu dengan status gizi balita. 2. Chi-Square Test p=0,005 (p<0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi balita.. 3. p value=0,012 berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan pengetahuan yang signifikan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi kurang dengan rata-rata pengetahuan ibu balita gizi normal. Petugas kesehatan seharusnya melakukan pendekatan khusus kepada ibu-ibu yang mempunyai balita gizi kurang/buruk untuk menggali faktor penyebabnya, sehingga jika diketahui bahwa faktor penyebabnya adalah pengetahuan maka petugas kesehatan dapat melakukan konseling secara intensif. Konseling secara khusus akan lebih mengenai sasaran daripada penyuluhan dengan jumlah audiensi secara besar. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dalam Menuju Gizi Baik Untuk Semua. Jakarta: Puslitbang Gizi dan Makanan Munawaroh, S. 2013. Upaya Peningkatan Kesehatan Keluaga dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Balita Gizi Kurang di Kabupaten Ponorogo. Penelitian Dosen Pemula Dibiayai Dikti Tahun 2013. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Nurhidayati. 2013. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan tingkat KEP pada balita di Puskesmas Banjarejo Kabuparen Madiun. Jurnal Keperawatan Akper 17 Karanganyar. Tahun 2013. Vol 1 No. 1 Sandi, Fery Putra. (2012). Hubungan antara
114 Jurnal Keperawatan Aisyiyah pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita. Jurnal Ilmu Kesehatan. Tahun 2012. Jilid 1 No. 1 Desember 2012 Septiana, Rika. (2010). Hubungan antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Status Gizi Balita Usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas GedongTengen Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Kesmas ISSN: 1978-0575. http://jogjapress.com/index. php/kesmas/article/view/1177 Diakses tanggal 1 November 2015. Sutriyanto. (2012). Revitalisasi Posyandu Atasi masalah Gizi. www. Tribunnews.com/ kesehatan/2012/02/17/revitalisasiposyandu-atasi-masalah-gizi. Diakses tanggal 8 November 2015. Yanti, Kurnila D. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi buru pada balita di Desa Kute Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Artikel ilmiah https://scholar.google.co.id/ scholar?q=penelitian+himawan+ 2006+tentang+ gizi&btng=&hl=id&as_ sdt=0%2c5&as_vis=1 Diakses 4 November 2015