Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi. intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath)

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Menurut Hanskins et al (2004)

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu upaya yang mendorong rumah sakit untuk

ABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR.

OBEDIENCE OF NURSE IN IMPLEMENTING STANDART OPERATING PROCEDURE OF INFUSION INSERTION WITH THE PHLEBITIS

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. (smeltzer, 2002). Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus menerus dan dalam

HUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI PADA ASPEK KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS DENGAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

HUBU GA KEPATUHA PERAWAT DALAM ME JALA KA SOP PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PHLEBITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN KEPATUHAN TERHADAP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF.DR.R.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI RUANG ANAK RSUD DR. R. SOETRASNO REMBANG

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nopia, Mahyudin, Yasir Haskas Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

TEHNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA ANAK DI RSUD ZAINOEL ABIDIN ACEH

PEMBERIAN OBAT MELALUI IV TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

HUBUNGAN LAMA PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI SMC RS. TELOGOREJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PLEBITIS DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN SPO PEMASANGAN INFUS OLEH PERAWAT PELAKSANA DI IRNA C NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA LOKASI PENUSUKAN INFUS DAN TINGKAT USIA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI IRNA BEDAH RSUD SELASIH KABUPATEN PELALAWAN. Neneng Fitria Ningsih S.Kep.M.

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN UKURAN DAN LETAK PEMASANGAN INTRAVENA CATHETER TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD UNGARAN

DAMPAK TERAPI INTRAVENA PADA BALITA BERDASAR VIP (VISUAL INFUSION PHLEBITIS) SCORE

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

HUBUNGAN LAMANYA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSU JEND. A. YANI METRO TAHUN 2013

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PENGARUH TEKNIK PENYUNTIKAN INTRAVENA DENGAN CARA MENGALIRKAN ALIRAN INFUS TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG PERAWATAN BOUGENVILE RSUD TOBELO

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

Pengaruh Lama Pemasangan Infus dengan Kejadian Flebitis pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit Dalam dan Syaraf Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

ERIYANTO NIM I

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

ABSTRAK. Kata kunci : tingkat pendidikan, masa kerja perawat, tindakan pemasangan infus sesuai standart operating procedure

HUBU GA LAMA PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PLEBITIS DI RSUD TUGUEJO SEMARA G ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION INTISARI. Devi Permatasari*

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes

PREVALENSI PHLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN INFUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Transkripsi:

Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene Sastriani STIKES MARENDENG ABSTRAK Pencegahan dan kontrol infeksi penting untuk menciptakan lingkungan pelayanan kesehatan yang aman bagi klien dan staf. Sebagai seorang perawat kita memiliki peran primer dalam pencegahan dan control infeksi dalam semua tatanan pelayananan kesehatan Resiko infeksi yang berhubungan dengan penggunaan alat intravascular tersebut dapat di kurangi dengan mengikuti mekanisme praktik pencegahan infeksi pada pemasangan misalnya : gunakan tehnik aseptic dan pengelolahan yang lebih baik jika alat sudah terpasang serta kepatuhan perwat dalam mengikuti standar operasional pemasangan yang telah di tentukan. Tujuan penelitian ini untuk Mengedentifikasi hubungan prosedur pemasanagan infuse dengan kejadian plebitis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dilakukan pemasangan infus di ruang instalasi rawat darurat dan merupakan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene, dengan tehnik pengambilan sampel secara menggunakan Purposive Sampling.besar sampel sebanyak 82 responden. Data diperoleh lembar Observasi. Analisis hubungan prosedur pemasangan infuse dengan kejadian phlebitis menggunakan uji statistic Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan prosedur pemasangan infuse dengan kejadian phlebitis dengan nilai p- 0,522 (α=< 0,05) (Hasil Fisher s Exact Test). Dari hasil penelitian ini di sarankan Diharapkan kepada penentu kebijakan dalam hal ini rumah sakit agar lebih giat dalam mengoptimalkan prosedur tetap rumah sakit khususnya dalam pelaksanaan pemberian terapi infus dalam rangka menurunkan angka kejadian phlebitis Kata kunci : Prosedur pemasangan infus dan Plebitis Latar Belakang Pencegahan dan kontrol infeksi penting untuk menciptakan lingkungan pelayanan kesehatan yang aman bagi klien dan staf. Mutu asuhuan keperawatan salah satunya adalah pada peningkatan kepatuhan perawat terhadap SOP sehingga mutu pelayanan rumah sakit salah satu indikatornya adalah penurunan angka infeksi nasokomial. Resiko infeksi yang berhubungan dengan penggunaan alat intravascular tersebut dapat di kurangi dengan mengikuti mekanisme praktik pencegahan infeksi pada pemasangan misalnya : gunakan tehnik aseptic dan pengelolahan yang lebih baik jika alat sudah terpasang.(linda dkk,2004). Penilaian ( Intravenous Nurses Society ) menjelaskam bahwa mutu asuhuan keperawatan salah satunya adalah pada peningkatan kepatuhan perawat terhadap SOP sehingga mutu

Prosiding Seminar dan Poster Ilmiah FDI DPD-Sulbar 2016 pelayanan rumah sakit salah satu indikatornya adalah penurunan angka infeksi nasokomial. di negara berkembang standar kejadian infeksi nasokomial minimal 5 %. Sekitar 20 juta dari 40 juta pasien dirawat dirumah sakit di Amerika Serikat telah dilaporkan menerima pengobatan intra vena, Angka flebitis karena kateterisasi intra vena dilaporkan sebanyak 41,8% oleh Maki dan Ringer (1991), 64,7 % oleh Komanco dan Sucuoglu (1992), 62% 0leh Ludgren, Jorfeldt, dan Ek (1993), 67,2% oleh Karadeniz, Kutlu, Tatlisumak, dan Ozbakkaloglu (2003). Hasil Penelitian Asrin (2006), yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian flebitis di Rumah Sakit Purbalingga. data yang di dapatkan 74 pasien dengan 17 yang mengalami flebitis (22,9%), kesimpulan hasil penelitian ini disimpulkan faktorfaktor yang mempengaruhi terjadi flebitis adalah jenis, ukuran dan bahan kateter, lama waktu pemasangan pemelihan tempat insersi, jenis ukuran penutup dan tempat penusukan dan faktor paling dominan adalah lama pemasanagan kateter. Widori (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap Pemasangan Infus Di Ruang Rawat inap RSUD Padang Panjang menujukkan bahwa ada hubungan antara motivasi, sarana dan prasarana, kepemimpinan dan insentif dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan infus. Indonesia tahun 2010 jumlah kejadian phlebitis pasien rawat inap menurut distribusi peny akit sistem sirkulasi darah, berjumlah 744 orang atau17,11% ( DepKes RI, 2008). Data dari RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo sendiri yang merupakan rumah sakit rujukan di Makassar menyebutkan bahwa kejadian infeksi nosokomial pada trimester III tahun 2009 sebesar 4,4 %. Untuk jenis infeksi nosokomial yang terbanyak diderita adalah jenis flebitis sebesar 5,20 % pada bulan Januari-Juni di tahun 2009. Data yang diperoleh dari rekam medic Rumah Sakit Umum Majene yaitu tidak ditemukannya infeksi nasokomial seperti halnya kejadian phlebitis akan tetapi berdasarkan hasil wawacancara dengan beberapa perawat mereka menyampaikan bahwa dalam pemasangan infuse mereka tidak menjalankan sesuai SOP karena mereka menganggap SOP membutuhkan waktu yang lama sehingga mereka memutuskan rantai SOP. Selain itu perawat juga masih terbebani pekerjaan lain yang cukup menyita waktu. Berdasar latar belakang ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan prosedur pemasangan infus dengan kejadian plebhitis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dilakukan pemasangan infus di ruang instalasi rawat darurat dan merupakan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene. Analisa data univariat dan bivariat dengan menggunakan tehnik Chi-Square. ISBN: 978-602-60838-0-7 51

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat a. Karakteristik demografi Setelah dilakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Kab Majene di peroleh responden dengan karakterisrik sebagai berikut: 1) Karakteristik responden berdasarkan Umur Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Kab Majene No. Umur n % 1. 20-29 tahun 28 34,1 2. 30-39 tahun 15 18,2 3 40-49 tahun 11 13,4 4 50-60 tahun 28 34.1 Jumlah 82 100 Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 82 responden umur responden lebih besar pada umur 20-29 dan 50-60 tahun yang masing-masing sebanyak 28 responden (34,1%), umur 30-39 sebanyak 15 orang 65,2% dan pada umur 31-40 sebanyak 8 orang dengan nilai persentase 34,8%. 2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 5.2

Prosiding Seminar dan Poster Ilmiah FDI DPD-Sulbar 2016 Berdasarkan tabel 5.2 di dapatkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada jenis kelamin lakilaki sebanyak 47 (57,3%) dan terendah pada jenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang responden (42,7%). b. Karakteristik variabel yang Diteliti Sebaran variabel penelitian yaitu: Sebaran variabel penelitian yaitu prosedur pemasanagan infus dengan kejadian plebitis dapat di lihat pada tabel berikut: 1) Distribusi frekuensi responden berdasarkan prosedur pemasangan infus Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 82 jumlah responden yang sesuai standar prosedur pemasanagn infus sebanyak 13 responden (17,9%) dan tidak sesuai pada prosedur pemasangan infus sebanyak 69 responden (84,1%). 2) Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kejadian plebitis di rumah sakit umum Kab Majene. ISBN: 978-602-60838-0-7 53

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 82 responden, responden yang mengalami plebitis yaitu sebanyak 25 responden (30,5%), dan tidak mengalami plebitis sebanyak 57 responden (69,5%). 2. Analisis Bivariat a. Distribusi hubungan prosedur pemasangan infus dengan kejadian plebitis Tabel 5.5 menunjukkan bahwa diketahui responden yang mendapatkan prosedur pemasangan infus sesuai SOP sebanyak 13 responden, yang mengalami plebitis sebanyak 5 responden (4,0%) dan tidak mengalami plebitis sebanyak 8 responden (9,0%). Responden yang mendapatkan prosedur pemasangan infus yang tidak sesuai SOP sebanyak 69 responden dengan kejadian plebitis sebanyak 20 responden (21,0%) dan tidak plebitis 49 responden (48,0%). Hasil analisis Chi-Square menunjukkan nilai kemaknaan (p=0,522) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan prosedur pemasangan infus dengan kejadian plebitis di Rumah Sakit Umum Kab Majene.

Prosiding Seminar dan Poster Ilmiah FDI DPD-Sulbar 2016 PEMBAHASAN Hasil penelitian ini di dapatkan responden yang mendapatkan prosedur pemasangan infus sesuai dengan SOP 13 responden dan tidak mengalami plebitis sebanyak 57 pasien, sedangkan pasien yang mendapatkan prosedur pemasangan infus yang tidak sesuai dengan SOP sebanyak 69 pasien dan yang mengalami plebitis sebanyak 25 pasien. Menurut peneliti penyebab terjadinya plebitis tidak hanya terletak pada kepatuhan perawat pada prosedur pemasangan infus tetapi letak atau lokasi penusukan infus salah satu penyebab terjadinya plebitis. Hasil penelitian ini didapatkan jumlah pasien plebitis yang sesuai SOP pemasangan infus sebanyak 5 orang dan sebanyak 49 pasien yang tidak mengalami plebitis tetapi tidak mendapatkan prosedur pemasangan infuse sesuai SOP. Menurut peneliti plebitis bisa saja terjadi jika tehnik penusukan perawat dalam hal pemasangan infuse tidak sesuai derajat dan letak yang berada pada daerah fleksi. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Nurma Irawati (2014), yang berjudul Gambaran pemasangan infuse yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian Plebitis di rumah sakit Dr sudirman Mangun Sudarso Wonogiri menunjukkan Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan infuse dengan kejadian plebitis, sedangkan peneilitian yang dilakukan oleh Sri (2013), menunjukkan hasil ada pengaruh Tehnik pemasangan infus dengan kejadian Plebitis Hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji Chi Square pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara teknik pemasangan infus terhadap kejadian plebitis dengan pengaruh yang cukup kuat. Berdasarkan hasil analisis korelasi koefisien kontingensi menunjukkan bahwa teknik pemasangan infus memberikan kontribusi sebesar 23% terhadap kejadian plebitis dan sisanya 77% dipengaruhi oleh variabel lain. Plebitis adalah infeksi pada pembuluh darah balik (vena) yang disebabkan oleh iritasi kimia, mikroorganisme maupun mekanik. Hal ini dikarakteristikkan dengan adanya kemerahan, bengkak, panas dan rasa nyeri di sekitar daerah penusukan infus atau sepanjang vena.oleh karena itu perlu di ketahui Plebitis bisa disebabkan oleh kateter atau iritasi kimiawi zat aditif dan obat-obatan yang diberikan secara intravena ( seperti : pemberian obatan yang hipertonic ). Hal ini didukung pula dengan yang dikemukakan oleh (Darmawan, 2008) yang mengatakan bahwa Plebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kateter intravena. Penempatan kateter pada area fleksi lebih sering menimbulkan kejadian plebitis, oleh karena pada saat ekstremitas digerakkan kateter yang terpasang juga akan ikut bergerak ISBN: 978-602-60838-0-7 55

sehingga menyebabkan trauma pada dinding vena. Penggunaan ukuran kateter yang besar pada vena kecil juga dapat mengiritasi dinding vena dan phlebitis juga bisa disebabkan karena pemberian obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran juga merupakan faktor kontribusi terhadap plebitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara prosedur pemasangan infus sesuai SOP dengan kejadian phlebitis, yang berarti bahwa tingkat kejadian plebitis tidak mendasar pada prosedur pemasangan infus dalam hal ini SOP yang telah di tetapkan akan tetapi perawat juga seharusnya lebih bisa mengetahui letak dan jenis kateter yang baik pada saat pemasangan infus, karena berdasarkan hasil observasi peneliti pasien yang mendapatkan prosedur pemasangan infus yang sesuai SOP ada yang mengalami phlebitis itu dikarenakan letak pemasangan kateter infus berada pada daerah yang fleksi. Hal ini berarti bahwa semakin baik teknik pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat, maka semakin kecil pula resiko kejadian plebitis yang akan dialami oleh pasien dan semakin buruk teknik pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat, maka semakin besar pula resiko kejadian plebitis. Hal ini dapat dipahami bahwa selain kepatuhan perawat dalam hal prosedur pemasangan infus yang sesuai dengan SOP merupakan hal yang sangat penting, pengetahuan dalam hal peletakkan posisi kateter infuse juga merupakan komponen pendujung meminimalkan kejadian plebitis. KESIMPULAN 1. Dari 82 pasien pada saat penelitian yang mendapatkan prosedur pemasangan infus sesuai SOP sebanyak 13 pasien (30,5%) dan tidak sesuai SOP sebanyak 69 pasien ( 84,1%) 2. Dari 82 pasien yang mengalami plebitis pada saat dilakukan penelitian di RSUD Kab. Majene adalah sebanyak 25 pasien (30,5) dan tidak plebitis sebanyak 57 pasien (69,5%). 3. Tidak terdapat hubungan prosedur pemasangan infus dengan kejadian plebitis di Rumah Sakit Umum Kab Majene. SARAN 1. Rumah Sakit Diharapkan kepada penentu kebijakan dalam hal ini rumah sakit agar lebih giat dalam mengoptimalkan prosedur tetap rumah sakit khususnya dalam pelaksanaan pemberian terapi infus dalam rangka menurunkan angka kejadian plebitis. 2. Perawat Diharapkan kepada perawat pelaksana agar dapat melaksanakan prosedur tetap rumah sakit terutama terkait dengan pemberian terapi infus. 3. Peneliti Selanjutnya Disarankan untuk mengembangkan variabel penelitian dengan menggunakan group Kontrol dan variabel mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian plebitis sehingga informasi yang diperoleh dapat saling melengkapi.

Prosiding Seminar dan Poster Ilmiah FDI DPD-Sulbar 2016 DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 2012 faktor-faktor y ang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Diunduh dari www.aminuddin.com pada tanggal 10 Mei 2015 Aprilin. 2011. hubungan perawatan infus dengan terjadiny a phlebitis di Puskesmas Krian Sidoarjo Diunduh dari www.aprilin 011. @gmail com pada tanggal 10 Mei 2015 Arikunto, suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Bina Rupa Aksara Asrin.2006. Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian flebitis di Rumah Sakit Purbalingga. Diunduh dari www.asri@gmail.com pada tanggal 10 Mei 2015 Brunner dan suddart,2002. Keperawata medical bedah Volume 2. Jakarta: EGC Darmadi. 2008. Penyebab dan Cara Mengatasi Pelebitis. Diunggah dari www.iyan@otsuka. Com.id pada tanggal 28 Mei 2015 Dougherti L. 2010. Akses Vena Sentral: Perawatan dan Tata Laksana. Jakarta: Erlangga Hidayat,A. A 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Hinlay. 2006. Terapi Intravena pada Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta: Nuha Medika Kusyati,Dkk.2013.Laboratorium Keperawatan Dasar.Jakarta:EGC Lienda,Dkk.2014.Panduan Pencegahan Infeksi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Notoadmojo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Perry,Potter.2010.Fundamental Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika Perry anne griffin, potter, patricia A dan. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, proses praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC Selleya C. Bawelle, J. S. V. 2010. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap Rsud Liun Kendage Tahuna. Diunduh dari www.selleya-.bawelle@com pada tanggal 10 Mei 2015 Sri.Irma. 2013 pengaruh antara teknik pemasangan infus terhadap kejadian plebitis di Rumah Sakit Tim penyunting SOP,2013. Standar operasional prosedur pemasangan infuse.rsud Majene ISBN: 978-602-60838-0-7 57