ANALISIS PENGARUH DWELLING TIME TERHADAP PENDAPATAN (Studi pada PT. Terminal Petikemas Semarang tahun )

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan

PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE

BAB I Pendahuluan. Tahun 2015 merupakan tahun diimplementasikanya Asean Economic

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2015

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pesawat Polonia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

JUL LI ,43. senilai US$ juta. 327,07 ribu. senilai. ton atau. Ekspor. negeri yang. perdagangan luar 16,63

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2017

ANALISIS RISIKO KEGIATAN BONGKAR MUAT SEBAGAI KOMPONEN DWELLING TIME DI PELABUHAN

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

MANAJEMEN OPERASIONAL DI PELABUHAN NUSANTARA KENDARI THE OPERATIONAL MANAGEMENT IN KENDARI AT NUSANTARA PORT

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN I E X P O R T , , , , ,5 1, , ,3-14,32

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

PENGARUH IMPOR DAN NILAI TUKAR TERHADAP INVESTASI LANGSUNG ASING DI INDONESIA (Studi pada Bank Indonesia Periode Kuartal I 2006 Kuartal IV 2013)

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 18 Agustus 2017 Hal Disetujui: 21 September 2017

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2015

Pengaruh Peningkatan Volume Produksi Dan Peningkatan Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan yang memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km 2 yang terdiri dari wilayah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2014

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2017

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2016

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2017

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MARET 2017

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MEI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH DWELLING TIME TERHADAP PENDAPATAN (Studi pada PT. Terminal Petikemas Semarang tahun 2011-2015) Raka Argiansyah Arya Narindra Mochammad Al Musadieq Supriono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang rakanarindra@gmail.com ABSTRACT This paper seek to analyze dwelling time that influence to the income of PT. Terminal Petikemas Semarang in 2011-2015 periods. Dwelling time has 3 steps of process such as Pre clearance, customs clearance, and post clearance. This research used a explanatory research and quantitative method. The result of this research is indicated that there is a positive significant impact of Pre clearance, customs clearance, and post clearance to the port income. It means that the longer Pre clearance, customs clearance, and post clearance the higher of charge stack that included in port income. It happened because of progressive charge where it was different between period to another period. Keywords: Dwelling time, Pre clearance, custom clearance, post clearance, Port income. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dwelling time berpengaruh terhadap pendapatan pada PT. Terminal Petikemas Semarang pada tahun 2011-2015. Dwelling time terdiri atas 3 proses yakni Pre clearance, customs clearance, dan post clearance. Penelitian ini menggunakan analisis explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif signifikan dari Pre clearance, customs clearance, dan post clearance terhadap Pendapatan pelabuhan. Pengaruh positif signifikan yang dimaksud berarti semakin lama Pre clearance, customs clearance, dan post clearance maka biaya penumpukkan akan semakin besar serta berujung pada meningkatnya pendapatan pelabuhan. Hal ini dikarenakan penerapan tarif penumpukkan secara progresif dimana penumpukkan dari masa ke masa mengalami peningkatan tarif perhari. Kata Kunci: Dwelling time, Pre clearance, custom clearance, post clearance, Pendapatan Pelabuhan. 51

TEU'S PENDAHULUAN Dwelling time merupakan waktu yang dihitung mulai dari suatu peti kemas (kontainer) dibongkar dan diangkat (unloading) dari kapal sampai peti kemas tersebut meninggalkan terminal melalui pintu utama (World Bank, 2011). Dwelling time memiliki 3 tahapan yang telah diklasifikasi oleh pihak terminal yakni pre clearance, customs clearance, dan post clearance. Dwelling time atau yang dalam bahasa Indonesia merupakan waktu tunggu, menjadi salah satu faktor bagaimana siklus perputaran penumpukkan yang berdampak pada pendapatan pada suatu terminal. Saat ini, tingkat dwelling time yang dihadapi oleh beberapa pelabuhan di Indonesia cukup tinggi. Rata-rata dwelling time di Indonesia adalah kisaran 5 hingga 7 hari. Hal ini sangat lama dibandingkan dengan dwelling time di beberapa negara seperti Singapura yang hanya 1,5 hari, Hong Kong 2 hari, Australia 3 hari, Port Klang di Malaysia 4 hari, dan Leam Chabang di Thailand 5 hari (Artakusuma, 2012). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama dari dwelling time yakni, kapasitas lahan penumpukan, fasilitas bongkar muat yang digunakan oleh masing masing operator terminal, tingkat kepadatan akan arus bongkar muat peti kemas yang dilayani, dan sebagainya. Tingginya waktu tunggu bongkar muat pelabuhan di Indonesia berimbas ke sektor perekonomian negara. Industri dalam negeri yang berkonsentrasi ekspor ke luar negeri akan cenderung menemui hambatan dalam hal tingkat produktivitasnya. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan bahwa saat ini biaya logistik di Indonesia sangat tinggi. Hal tersebut dikhawatirkan menghambat laju pertumbuhan ekonomi yang tahun ini ditargetkan 5,7% (www.industri.bisnis.com). Hal ini juga dilihat dari volume arus petikemas yang masuk maupun keluar dari PT. Terminal Petikemas Semarang yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 Arus Petikemas TPKS 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 1 : Volume arus petikemas di PT. Terminal Petikemas Semarang Sumber: PT. Terminal Petikemas Semarang (2016) Gambar 1 menjelaskan bahwa adanya peningkatan arus petikemas yang melalui PT. Terminal Petikemas Semarang dari tahun ke tahunnya. Semakin meningkatnya permintaan masyarakat yang berdampak pada meningkatnya aktivitas bongkar muat dari tahun ke tahun memaksa pihak terminal harus bisa melakukan rancangan yang mampu menciptakan siklus barang yang stabil atau tidak tersendat. Keberadaan dwelling time di sisi lain juga mempengaruhi pendapatan pelabuhan khususnya pada sektor operasional. Hal ini disebabkan karena dwelling time memiliki dampak pada masa penumpukkan dan juga pengenaan biaya akan penggunaan alat-alat berat guna memindahkan peti kemas dari titik awal ke titik yang lain untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penumpukan dan penggunaan alat berat merupakan salah satu faktor pemasukan yang diterima pelabuhan. Berdasarkan peningkatan arus petikemas serta tingginya dwelling time di Indonesia khususnya PT. Terminal Petikemas Semarang maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Dwelling Time terhadap Pendapatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan adanya pengaruh antara Dwelling Time dengan Pendapatan pada PT. Terminal Petikemas Semarang. KAJIAN PUSTAKA Dwelling Time Pada konteks kepelabuhanan, dwelling time merupakan waktu yang dihitung mulai dari suatu peti kemas (kontainer) dibongkar dan diangkat (unloading) dari kapal sampai peti kemas tersebut meninggalkan terminal melalui pintu utama (World Bank, 2011). Secara umum, komponen waktu tunggu (dwelling time) ini terbagi menjadi 3 52

tahapan, yakni: pre clearance, customs clearance, dan post clearance. Pre Customs Clearance merupakan tahapan awal dimana mulai proses penghitungan waktu antara tibanya kapal dan penyerahan surat Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada pihak Bea Cukai untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya. Customs clearance merujuk pada waktu dari penyerahan PIB hingga penerimaan izin. Tahapan ini lebih didominasi oleh pertanggungjawaban pihak Bea Cukai yang melakukan pengklasifikasian barang menjadi beberapa jalur, pemeriksaan dokumen serta pemeriksaan fisik apabila diperlukan. Post customs clearance merupakan waktu dimana mulai dari penerimaan izin Bea Cukai hingga meninggalkan lokasi pelabuhan. Tahapan ini status dari petikemas sudah telah selesai melakukan pemeriksaan serta sudah bisa untuk dikeluarkan dari tempat penumpukkan. The sorter the dwell time the more efficient the performed operation and vice versa (MERCKX, 2005:5). Pernyataan tersebut mengutarakan bahwa semakin singkatnya masa dwell time maka kinerja dari operasional akan cenderung lebih efisien dan begitu juga sebaliknya. Pendapatan Menurut Baridwan (2014:29) merumuskan pengertian pendapatan adalah suatu aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama adan usaha. Pendapatan pelabuhan merupakan segala aktivitas yang dimana yang mengakibatkan adanya aliran masuk ataupun menciptakan peningkatan pada aktiva oleh suatu bidang usaha khususnya pelabuhan. Sasono (2012:27) mengemukakan bahwa tarif jasa pelayanan jasa pelabuhan terdiri dari tarif pelayanan jasa kapal, tarif pelayanan jasa barang, tarif pelayanan jasa penumpang, tarif pelayanan jasa alat, dan tarif pelayanan jasa kepelabuhanan lainnya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Explanatory research merupakan penelitian yang bertujuan untuk menelaah kausalitas antar variabel yang menjelaskan suatu fenomena tertentu (Zulganef, 2008:11). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana. Regresi linear sederhana dapat digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2009:270). Analisis regresi linear sederhana, selain digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel, juga dapat menunjukan arah hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel independen. Persamaan umum regresi linier sederhana dalam penelitian ini adalah: Y = a + b X + e Keterangan: Y : Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a : Konstanta, yaitu besarnya nilai Y ketika nilai X=0 b : Perubahan nilai Y apabila terjadi perubahan nilai X. X : Variabel independen e : Kesalahan prediksi (error) HASIL PENELITIAN Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh variabel bebas, yaitu Pre clearance, customs clearance, dan post clearance (X) terhadap variabel terikat yaitu Pendapatan Pelabuhan (Y). Hasil perhitungan koefisien regresi dengan menggunakan software SPSS V.16 diperoleh persamaan model regresi yaitu Y = 3,255E10 + 1,933E9 X Uji t Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji t dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari dwelling time (X) terhadap Pendapatan Pelabuhan (Y). Adanya pengaruh positif tersebut dapat dikatakan bahwa apabila semakin lama dwelling time maka pendapatan pelabuhan akan meningkat, khususnya pada sisi biaya penumpukkan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien dwelling time sebesar 1,933E9 dengan nilai sig.t sebesar 0,04 kurang dari taraf signifikansi yang ditentukan (α=0,05). Berdasarkan Uji t yang telah dilakukan, maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Dwelling Time (X) terhadap Pendapatan Pelabuhan (Y) dapat diterima. Pembahasan Nilai rata-rata variabel Pre clearance, customs clearance, dan post clearance mulai bulan 53

Jan-11 Mei-11 Sep-11 Jan-12 Mei-12 Sep-12 Jan-13 Mei-13 Sep-13 Jan-14 Mei-14 Sep-14 Jan-15 Mei-15 Sep-15 Hari Jan-11 Jun-11 Nov-11 Apr-12 Sep-12 Feb-13 Jul-13 Des-13 Mei-14 Okt-14 Mar-15 Agu-15 Pendapatan (dalam Miliar) Januari 2011 sampai dengan Desember 2015 adalah 5,47 hari. Rata rata Pre clearance, customs clearance, dan post clearance dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 tampak fluktuasi dikarenakan kondisi lingkungan serta volume petikemas. Rata-rata Pre clearance, customs clearance, dan post clearance pada tahun 2011 ialah 6.07 hari, pada tahun selanjutnya mengalami sedikit peningkatan dengan nilai rata-rata 4.35. Nilai rata-rata Pre clearance, customs clearance, dan post clearance dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 terus mengalami penurunan dengan nilai rata-rata Pre clearance, customs clearance, dan post clearance tahun 2013 ialah 4,73 hari, tahun 2014 yaitu sebesar 5.75 hari, dan tahun 2015 dengan nilai rata-rata 6.42 hari. Pre clearance, customs clearance, dan post clearance 10 8 6 4 2 0 Gambar 2: Grafik Pre clearance, customs clearance, dan post clearance 2011-2015 Sumber: Data diolah oleh peneliti (2016) Naik turunnya waktu pada Pre clearance, customs clearance, dan post clearance tidak bisa ditetapkan oleh pihak pelabuhan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingginya volume impor yang menimbulkan antrian pada proses pemeriksaan, tidak berfungsinya sistem 24 jam pada proses pemeriksaan, kondisi cuaca, kesiapan importir, dll. Pada ketiga tahapan dwelling time tersebut rata-rata memiliki porsi masing-masing. Pada tahapan pre clearance memiliki porsi tertinggi. Hal ini bukan dikarenakan rendahnya produktivitas yang dimiliki oleh pihak pelabuhan melainkan lamanya proses pemeriksaan pada tahap customs clearance sehingga petikemas yang telah ditumpuk (pada tahap pre clearance) harus terpaksa mengantri jadwal pemeriksaan. Kurangnya totalitas dari pihak bea cukai (dalam tahap custom clearance) dalam melakukan tanggung jawabnya menjadi kendala yang sering dieluhkan. Kendalakendala tersebut antara lain; keterbatasan jumlah sumber daya manusia, tidak bekerja selama 24 jam sedangkan proses bongkar muat bekerja 24 jam, dan kurangnya infrastruktur yang memadai. 70 60 50 40 30 20 10 0 Pendapatan Pelabuhan Gambar 3: Pendapatan PT. Terminal Petikemas Semarang Sumber: Data diolah oleh peneliti (2016) Pada gambar 3 terlihat bahwa Pendapatan pelabuhan mengalami tren positif walaupun sesekali mengalami penurunan yang cukup tinggi. Nilai tertinggi terjadi pada bulan Mei 2015 dan nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2011. Ratarata Pendapatan Pelabuhan tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 adalah Rp. 43.113.866.216. Pendapatan pelabuhan memang cenderung dibandingkan dengan produktivitas pelabuhan dimana semakin tingginya produktivitas yang dimiliki akan memperoleh pendapatan yang sebanding. Pendapatan pelabuhan dari bulan ke bulan memang cenderung mengalami fluktuatif yang sifatnya acak atau tidak menentu. Hal ini dikarenakan tidak menentunya jumlah petikemas impor yang masuk melalui PT. Terminal Petikemas Semarang. Agenda-agenda tertentu juga menjadi salah satu faktor tidak menentunya pergerakan aktivitas impor seperti Hari Lebaran dimana aktivitas bongkar muat harus dihentikan untuk beberapa hari yang menyebabkan produktivitas menurun, Tahun Baru China yang berakibat liburnya aktivitas dari China, dan agenda-agenda lain. Produktivitas tersebut cenderung meningkat dari tahun ke tahun dikarenakan jumlah ekspor maupun impor yang melalui PT. Terminal Petikemas Semarang selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan uji t, nilai positif yang di dapatkan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh MERCKX. MERCKX berpendapat bahwa dwelling time berpengaruh pada kapasitas penumpukkan serta biaya penumpukkan. Semakin lama dwelling time pada suatu pelabuhan menyebabkan menurunnya kapasitas lahan penumpukkan yang tersedia. Pihak pelabuhan dalam hal ini memiliki solusi yakni dengan 54

menerapkan tarif progresif pada setiap masanya agar diharapkan petikemas yang telah menumpuk agar cepat dikeluarkan daripada dikenakan biaya penumpukkan yang cenderung meningkat dari hari ke hari. Biaya penumpukkan ini merupakan salah satu dari unsur total pendapatan keseluruhan. Berdasarkan hasil wawancara Rizal Ramli selaku mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia mengatakan bahwa semakin lamanya dwelling time maka biaya penumpukkan yang dikeluarkan oleh pengusaha akan semakin besar (www.kompasiana.com). Hal ini dikarenakan penerapan tarif yang berbeda dari masa pertama hingga ketiga yang pada setiap masa memiliki perhitungan secara progresif yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi, peneliti mendapatkan hasil yang serupa. Semakin lama dwelling time yang ada memberikan dampak pada biaya operasional penumpukkan yang semakin besar serta berujung pada pendapatan pelabuhan. Menurut laporan keuangan yang ada, biaya operasional penumpukkan ini memberikan porsi sebesar kurang lebih 12% dari total pendapatan. Hal ini menduduki posisi ketiga setelah pendapatan bongkar muat dan lift off/on. Pihak PT. Terminal Petikemas Semarang juga berpendapat seperti halnya Merckx bahwa dwelling time jelas mempengaruhi pendapatan pelabuhan. Akan tetapi pemerintah berupaya untuk menekan lamanya dwelling time di seluruh pelabuhan Indonesia. Hal ini dikarenakan walaupun dengan semakin lamanya dwelling time akan meningkatkan pendapatan pelabuhan khususnya biaya penumpukkan tetapi hanya berimbas sebesar 12% dari total pendapatan. Pendapatan pelabuhan di sisi lain memiliki porsi pemasukkan yang lebih besar yakni sebesar 68% pada sektor bongkar muat dari total pendapatan yang diperoleh. Pihak pelabuhan berasumsi bahwa dengan singkatnya dwelling time akan menciptakan perputaran arus ekspor impor yang lebih baik/lancar sehingga mampu meningkatkan volume ekspor impor. Meningkatnya volume ekspor impor jelas akan meningkatkan penggunaan infrastruktur serta alatalat berat dalam aktivitas bongkar muat yang tercatat pada biaya operasi kapal serta operasi lapangan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan pelabuhan pada PT. Terminal Petikemas Semarang. Penelitian ini menggunakan Pre clearance, customs clearance, dan post clearance (X) sebagai variabel bebas dan Pendapatan Pelabuhan (Y) sebagai variabel terikat. Berdasarkan perhitungan pada analisis linier sederhana yang dilakukan pada penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa: 1. Keberadaan Pre clearance, customs clearance, dan post clearance pada PT. Terminal Petikemas Semarang berada pada kisaran 6 hari. Hal ini dianggap pada level yang wajar dikarenakan keterbatasan sumber daya yang ada. Hal ini sudah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yang pernah mencapai titik 9 atau 10 hari. Akan tetapi pemerintah masih berupaya menekan dwelling time untuk meningkatkan produktivitas pelabuhan tidak hanya pada sisi penumpukkan melainkan pada sisi operasi kapal dan lapangan. 2. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yakni Pre clearance, customs clearance, dan post clearance (X) terhadap Pendapatan Pelabuhan (Y) peneliti menggunakan pengujian t. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Pre clearance, customs clearance, dan post clearance (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pendapatan Pelabuhan (Y) sebesar 7%. Hal ini memiliki arti bahwa semakin lamanya dwelling time maka pendapatan pelabuhan akan meningkat khususnya dari sisi biaya penumpukkan. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ialah beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun pihak-pihak lain: 1. PT. Terminal Petikemas Semarang sebagai perusahaan bongkar muat mampu bekerja dengan baik dengan pihak pihak yang berkaitan guna memberi kelancaran arus petikemas serta menekan tingginya dwelling time; 2. Importir sebagai pengguna jasa agar lebih meningkatkan kinerja dalam penyelesaian dokumen agar mampu mengurangi dwelling time petikemas; 3. Penambahan infrastruktur yang memadai sehingga mampu mengoptimalkan produktivitas serta ketersediaan lahan yang ada. DAFTAR PUSTAKA Artakusuma, Afif. (2012).Analisis Import Container Dwelling Time Di Pelabuhan Peti 55

Kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok, Jakarta. Jurnal teknik Institut Teknologi Bandung. Aulia, Tamara. (2011). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pengguna Jasa PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Terminal Petikemas Di Makassar. Skripsi Universitas Hassanudin Makassar. ASEAN Secretariat. (2015). ASEAN Economic Community Blueprint 2025. Jakarta: ASEAN secretariat. Ball, Donald A. et all. Alih bahasa oleh Syahrizal Noor. (2011). International Business (ed9). Jakarta: Salemba Empat. Baridwan, Zaki. (2004). Intermediate Accounting (ed8). Yogyakarta: BPFE. Basuki, dkk. (2015) Analisis Risiko Kegiatan Bongkar Muat Sebagai Komponen Dwelling Time Di Pelabuhan. Jurnal teknik perkapalan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Fuaidah, Nadhifatul. (2014).Analisis Biaya Transaksi Pada Pengeluaran Petikemas Impor. Skripsi pada Universitas Brawijaya Malang. Gidado, Usman. (2015) Consequences Of Port Congestion On Logistics And Supply Chain In African Ports. Jurnal transportasi laut dan kemaritiman, Vol.5, No.6. Kontour, Ronny. (2003).Metode Penelitian. Jakarta: CV Teruna Grafica Kramadibrata, Soedjono. (2002). Perencanaan Pelabuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. MERCKX, Filip. (2005).The Issue Of Dwell Time Charges To Optimize Container Terminal Capacity. Jurnal Transportasi dan Ekonomi Regional. Universitas Antwerp Belgia. Sarjono, Haryadi. dkk. (2011). SPSS Vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi Untuk Riset. Jakarta: Salemba empat. Sasono, Herman Budi. (2012). Manajemen Pelabuhan Dan Realisasi Ekspor Impor. Yogyakarta: CV Andi. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi. World Bank. (2001). Why Cargo Dwell Time Matters In Trade. Washington D. C. World Bank. (2011). Economic Premise. www.worldbank.org/economicpremise. Diakses 3 Januari 2015. Zulganef. (2008). Metode Penelitian Sosial Dan Bisnis (ed1). Yogyakarta: Graha Ilmu Rizkikurniadi, Fajar Prasetya. (2014). Studi Pengurangan Dwelling Time Petikemas Impor Dengan Pendekatan Simulasi.Tugas akhir pada Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Sanusi, Anwar. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis (ed4). Jakarta: Salemba Empat. 56