LKS MATEMATIKA BERBASIS ICT UNTUK MEMFASILITASI SISWA BERPIKIR KRITIS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN LKS BERBASIS ICT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP RSBI

MAKALAH SIMPOSIUM NASIONAL PENELITIAN DAN INOVASI PENDIDIKAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Materi Garis dan Sudut dengan Pendekatan Inquiry Berbantuan Software Wingeom

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

P - 64 KEMAMPUAN SPASIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA DENGAN MEDIA GEOGEBRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2.

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG-GANTING KABUPATEN TANAH DATAR.

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMPN 11 KOTA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

Information Literacy Kunci Sukses Pembelajaran Di Era Informasi. Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 1 ISSN

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

Tika Nurpitasari 23, Suharto 24, Arika Indah Kristiana 25

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat memang tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

IMPLEMENTASI MODUL FISIKA SMP MATERI POKOK GERAK DENGAN MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH SUATU UPAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada buku pedoman pengembangan silabus matematika Sekolah Menengah

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

PROSIDING ISBN :

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

Transkripsi:

LKS MATEMATIKA BERBASIS ICT UNTUK MEMFASILITASI SISWA BERPIKIR KRITIS P-20 Siti Rokhmah Sitti Maesuri Patahuddin Mohamad Nur Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa ABSTRAK Kemampuan berpikir kritis adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh siswa di era perkembangan internet yang pesat. Hal ini berimplikasi pada pentingnya peran guru dan perangkat pembelajaran dalam memfasilitasi siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Makalah ini memaparkan aspek-aspek berpikir kritis dari LKS matematika berbasis ICT yang dikembangkan peneliti di Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa. Kata kunci: LKS berbasis ICT, internet, website matematika berbahasa Inggris,berpikir kritis, RSBI. Pendahuluan Salah satu butir Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) SMP/SMPLB, yaitu menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif (Permendiknas No. 23/2006). Hal ini menjadi salah satu dasar dikembangkannya LKS berbasis ICT yang memfasilitasi perkembangan berpikir kritis siswa. Menurut Traherne yang dikutip oleh Johnson (2002), bahwa tak ada yang lebih mudah dari berpikir, demikian juga tidak ada yang lebih sulit dari berpikir dengan baik. Ini mengindikasikan bahwa berpikir kritis bukanlah hal yang mudah bagi setiap orang dan oleh karena itu berpikir kritis perlu ditumbuhkembangkan sejak kecil. Menurut Johnson (2002: 100) bahwa: Critical thinking is a clear, organized process used in such mental activities as problem solving, decision making, persuading, analyzing Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 325

assumptions, and scientific inquiry. Criticl thinking is the ability to reason in an organized way. It is the ability to systematically evaluate the quality of one s own reasoning and that of others. Jadi orang yang berpikir kritis adalah orang yang menggunakan proses yang jelas, terorganisasi dalam kegiatan-kegiatan mental misalnya dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses mempengaruhi orang lain, manganalisis asumsi-asumsi, dan dalam melakukan inkuiri yang bersifat ilmiah. Berpikir kritis merupakan kemampuan mengajukan alasan secara terorganisasi, dan sekaligus kemampuan untuk mengevaluasi secara sitematis kualitas dari penalaran yang dilakukan baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain. Johnson menjelaskan bahwa berpikir kritis memungkinkan siswa mendeteksi kebenaran dalam kejadian-kejadian dan informasi yang mereka terima setiap hari. Berpikir kritis merupakan proses yang sistemetatis yang memungkinkan siswa memformulasikan dan mengevaluasi apa yang mereka percayai atau pernyatanpernyataan mereka. Berpikir kritis merupakan yang terorganisir yang memungkinkan mereka mengevaluasi bukti-bukti, asumsi-asumsi, logika, atau bahasa yang mendasari pernyatan yang dibuat oleh orang lain. Johnson juga menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam dan pemahaman tersebut memungkinkan seseorang melihat ide-ide yang mendasari ide-ide yang memberi arah dalam kehidupan seharihari kita. Pemahaman menyampaikan makna di balik suatu kejadian. Sedangkan kemampuan berpikir kritis menurut Mulyanto (2008) adalah kemampuan membuat kesimpulan dan menilai keaslian serta kebenaran sesuatu dengan beradasarkan pada pengetahuan yang telah dimiliki. Selain itu menurut Halpen (dalam Achmad 2007), menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Sejalan dengan hal itu, Anggelo (dalam Achmad 2007) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 326

menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Begitu kompleknya kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk dapat berpikir kritis, maka dalam era teknologi yang sangat pesat ini, pengembangan kemampuan berpikir siswa perlu dikembangkan sejak dini. Hal ini perlu di dukung oleh guru yang berkompeten dan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan untuk menfasilitasi perkembangan berfikir kritis siswa. Makalah ini secara khusus akan menganalisis aspek-aspek berpikir kritis dari LKS matematika berbasis ICT yang telah dikembangkan peneliti di Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa. Metode Penelitian Penelitian pengembangan LKS berbasis ICT mengacu pada model pengembangan Fenrich (1997), meliputi fase analysis, planning, design, development, implementation, evaluation and revision. Tetapi tahap implementasi belum dilakukan. Pengembangan ini dilaksanakan bulan Oktober November 2009 dan diujicobakan pada tiga siswa kelas VII RSBI SMP Al Hikmah Surabaya pada tanggal 30 Oktober 2009. Ujicoba dilaksanakan di ruang laboratorium IPA yang mempunyai koneksi internet Wifi. Pada fase analisis peneliti mencari dan mereviu website-website pembelajaran matematika, mencermati isi kurikulum matematika SMP dan kembali mereviu websitewebsite pilihan yang telah ditelusuri sebelumnya yang sesuai dengan kurikulum tersebut. Selanjutnya peneliti menetapkan segitiga dan segi empat sebagai materi yang akan dikembangkan dalam LKS berbasis ICT serta menentukan website-website matematika berbahasa Inggris yang bersesuaian. Pada tahap perencanaan dilakukan perancangan skenario pembelajaran, perencanaan rinci tentang aktifitas siswa, identifikasi alat dan sarana penunjang pembelajaran seperti komputer/laptop, jaringan internet, dan printer. Tahap selanjutnya adalah perancangan LKS berbasis ICT, yaitu mengintegrasikan website matematika berbahasa Inggris untuk membantu siswa mencapai tujuan Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 327

belajar matematika dan memfasilitasi siswa untuk mencapai SKL yang sesuai dengan kurikulum. Pada fase development dilakukan telaah atau evaluasi terhadap LKS berbasis ICT beserta perangkat pelengkapnya (Kunci LKS, Lembar Penlaian beserta kuncinya, kit alat dan bahan serta vocabulary list). Instrumen utama adalah Tim Peneliti dengan menggunakan diary penelitian. Pada saat pelaksanaan ujicoba, Tim Peneliti yang dibantu oleh seorang pengamat mengumpulkan data menggunakan catatan lapangan, camcorder dan kamera. Data lain juga bersumber dari hasil kerja siswa pada ketiga LKS dan angket respon siswa. Data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Catatan pengamatan dianalisis untuk mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan maksud penelitian seperti yang telah disebutkan. Video pada dasarnya digunakan untuk mengecek ketepatan catatan atau melengkapinya, misalnya mencermati cara tim peneliti memfasilitasi mereka, mengecek kembali aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa. Kelebihan video ini adalah kejadian-kejadian yang terekam dapat diputar berkali-kali sehingga membantu peneliti dalam proses analisis khususnya dalam membuat interpretasi pada data yang telah dikumpulkan. Pembahasan Dalam penelitian pengembangan ini, LKS yang diujicobakan sebanyak tiga. LKS 01 tentang klasifikasi segitiga, LKS 02 tentang mengkonstruksi segitiga dan LKS 03 tentang luas persegi panjang dan jajargenjang. Dalam makalah ini peneliti membatasi pada analisis aspek berpikir kritis. Berikut akan dideskripsikan bagian dari LKS dan salah satu website yang memfasilitasi siswa berpikir kritis. Aspek berpikir kritis LKS Pada kegiatan hands on activity LKS 01 siswa diminta membuat beberapa model segitiga yang berbeda dengan menggunakan stik kayu yang disediakan. Siswa mampu membuat berbagai macam bentuk segitiga dengan jenis yang terbatas (segitiga sama kaki, segitiga sama sisi dan segitiga siku-siku). Akan tetapi mereka belum banyak Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 328

mengetahui mathematics vocabulary terkait materi segitiga tersebut. Guru sebagai fasilitator membimbing siswa dalam melakukan investigasi, seperti melakukan tanya jawab seputar perbedaan masing-masing segitiga yang mereka buat. Mereka menjelaskan bahwa perbedaannya ada pada panjang sisi (sama atau tidak) dan besar sudutnya (sama atau berbeda). Berdasarkan penjelasan dan tulisan pada sticky notes, mereka belum bisa menentukan karakteristik segitiga tersebut dalam bahasa Inggris dengan benar. Sebagai contoh, siswa menyebut sama kaki dengan same feet, siku-siku dengan 90 degrees, dan sama sisi dengan same angles. Contoh hasil kerja siswa tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Hasil kerja siswa pada Kegiatan 1 LKS 01 Pada LKS 02 siswa diminta menempatkan titik C sehingga terbentuk segitiga siku-siku dan segitiga sama kaki ABC jika diberikan ruas garis AB, di mana AB menjadi salah satu sisi dari segitiga tersebut. Awalnya siswa hanya dapat membuat masing-masing satu jenis segitiga. Setelah dibimbing oleh guru, seperti bisakah kamu membuat segitiga siku-siku dan sama kaki yang lain? dan berapa banyak segitiga siku-siku dan sama kaki yang bisa kamu buat?, akhirnya siswa mampu membuat berbagai macam (lebih dari 4) bentuk, baik segitiga siku-siku maupun segitiga sama kaki. Hasil kerja siswa tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Dalam kegiatan ini salah satu siswa, disetujui oleh dua siswa lain, mengatakan bahwa segitiga yang mungkin terbentuk tak hingga banyaknya. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 329

Gambar 2. Berbagai macam segitiga siku-siku yang dibuat salah satu siswa Sedangkan pada LKS 03, siswa diminta mendemonstrasikan cara membuat persegi panjang dari model jajargenjang yang terbuat dari kertas karton. Awalnya ada siswa yang beranggapan bahwa untuk membuat persegi panjang dari jajargenjang harus memotong jajargenjang tersebut menjadi dua bagian yang sama. Akan tetapi setelah mencoba sendiri membuat persegi panjang dari berbagai macam bentuk jajargenjang, siswa tersebut menyimpulkan bahwa tidak harus memotong jajargenjang menjadi dua bagian yang sama untuk membuat sebuah persegi panjang tergantung dari bentuk jajargenjang tersebut. Seperti tampak pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar 3. Hasil demonstrasi siswa membentuk persegi panjang dari sebuah jajargenjang Pada akhir kegiatan siswa dapat menyimpulkan bahwa jika jajargenjang dapat dibentuk menjadi persegi panjang maka luas jajargenjang tersebut sama dengan luas persegi panjang yang dibentuk sehingga rumus luas jajargenjang sama dengan rumus luas persegi panjang sama dengan panjang kali lebar. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 330

Contoh website memuat aspek berpikir kritis Banyak sekali sumber-sumber belajar matematika yang telah tersedia melalui internet, termasuk materi yang dapat digunakan untuk memacu berpikir kritis siswa. Beberapa contoh seperti yang digunakan dalam LKS berbasis ICT yang dikembangkan oleh tim peneliti. Namun demikian hal yang perlu disadari bahwa materi-materi yang telah tersedia itu dapat tidak berarti atau tidak bermanfaat dalam membangun berpikir kritis siswa, misalnya siswa hanya sekedar membacanya tanpa ada upaya untuk mengeksplorasi lebih jauh apa yang dibacanya atau tanpa keingintahuan siswa pada materi yang disajikan melalui internet tersebut. Pendampingan guru atau arahan guru dalam mengoptimalkan internet sebagai alat belajar sangat diperlukan. Sebagai contoh, pada website illumination, ketika pengguna internet mengunjungi http://illuminations.nctm.org/activitydetail.aspx?id=142, halaman web yang muncul adalah seperti pada Gambar 4 berikut. Di bawah judul Triangle Classification, terdapat pertanyaan dimana titik C seharusnya ditempatkan sehingga terbentuk segitiga sikusiku ABC, dan segitiga lainnya. Gambar 4. Tampilan awal http://illuminations.nctm.org/activitydetail.aspx?id=142 Di bawah subjudul Exploration, pengguna internet dapat mengeklik Show Randon Triangle, hasilnya akan muncul gambar segitiga dengan ukuran sisi dan sudut-sudutnya diberikan, seperti terlihat pada Gambar 5. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 331

Selanjutnya siswa dapat dengan bebas menggerakkan titik C ke segala arah (yaitu 360 derajat) dan bersamaan dengan itu, ukuran setiap sudut maupun sisi juga diberikan pada layar. Dengan demikian siswa dapat mengamati kapan salah satu sudut segitiga menjadi 90 derajad. Gambar 5. Tampilan website ketika Show Random Triangle diklik Hal yang menarik dari website ini adalah, ketika siswa mengunjungi website ini, petunjuk pada Instruction atau pun pertanyaan pada sub judul Exploration tidak tampak. Hal ini baru tampak jika pengguna mengeklik tanda tambah pada kedua subjudul tersebut, seperti tampak pada Gambar 6 berikut. Petunjuk-petunjuk tersebut dapat dimanfaatkan guru dalam mempersiapkan dirinya menfasilitasi belajar siswa dengan internet atau membantu guru dalam memacu siswa berpikir kritis. Dengan demikian, hal-hal yang tidak positif yang mungkin terjadi dapat dihindari misalnya siswa mengeklik tanpa ada arah yang jelas atau tanpa pemikiran yang cermat. Meskipun pada kegiatan internet pada saat-saat tertentu, siswa tentunya perlu diberi kesempatan untuk mengeksplorasi internet secara lebih bebas. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 332

Gambar 6. Tampilan website ketika Instructions dan Exploration diklik Kelebihan lain dari website tersebut adalah tersedianya animasi yang dapat dimanfaatkan siswa untuk menjelaskan bahwa tak terhingga banyaknya segitiga sikusiku yang dapat terbentuk. Dengan adanya Show/Hide buttons, dimungkinkan bagi para pengguna untuk menunjukkan alasan rasional mengapa banyak sekali kemungkinan menempatkan titik C tersebut. Pada Gambar 7, tampak segitiga hijau yaitu segitiga siku-siku dan dua garis sejajar. Bilamana titik C ditempatkan di sebarang tempat di sepanjang dua garis lurus (garis hijau) tersebut, maka salah satu sudut segitiga tersebut 90 derajad. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 333

(a) (b) Gambar 7. Tampilan website ketika Show/Hide buttons diklik Lebih jauh, siswa dapat mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan lain, misalnya letak garis AB di ubah. Hal ini dimungkinkan karena titik A dan titik B dapat digerakkan secara bebas, sehingga bisa tampak gambar lain, misalnya pada Gambar 7a (sebelum titik A atau B digeser) dan Gambar 7b (setelah titik A atau B digeser) di atas. Simpulan dan Saran LKS berbasis ICT yang dikembangkan dengan pertimbangan aspek berpikir kritis ternyata pada pelaksanaan ujicoba aspek tersebut muncul. Sumber utama ide LKS ini ditemukan dari website matematika berbahasa Inggris yang penulis belum temukan dalam buku-buku paket matematika yang telah beredar. Banyak sumber belajar yang tersedia di internet yang dapat digunakan guru dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Salah satu contohnya telah dideskripsikan dalam makalah ini, dan masalah-masalah dalam website tersebut belum ditemukan dalam buku paket. Kelebihan lain dibandingkan dengan buku, pada website ini disiapkan gambar yang dapat dimanipulasi oleh siswa untuk meyakinkan banyaknya segitiga yang dapat dikonstruksi pada situasi yang diberikan. Dengan menggunakan website, pembelajaran menjadi lebih dinamis dan siswa dapat lebih mudah memperoleh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 334

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis. Retrieved October, 2009, from http://researchengines.com/1007arief3.html. Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen (Mei 2007). Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional (SMP-SBI). Retrieved 16 September 2009. from http://www.scribd.com/doc/19318295/skl-smp-sbi-semua-mapel. Johnson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning. Corwin Press, Inc. California. Mulyanto, A. (2008). Tuntutan di Era Krisis: Pembiasaan Berpikir Kritis dengan Pembiasaan membaca Kritis. Retrieved October, 2009, from http://www.fkipuninus.org/index.php/artikel-fkip-uninus-bandung/artikel-pendidikan/58. NCTM. (2009). Triangle Classification. Retrieved October, 2009, from http://illuminations.nctm.org/activitydetail.aspx?id=142. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 335