Evaluasi Layanan Perpustakaan

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA STANDARISASI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh : Aries Hamidah

Perpustakaan umum kabupaten/kota

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

Perpustakaan perguruan tinggi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Perpustakaan umum kabupaten/kota

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

Mengukur Kualitas Perpustakaan Sekolah Menggunakan :

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Perpustakaan sekolah merupakan unit kerja dilingkungan sekolah yang

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN

BAB II PROFIL PERPUSTAKAAN USU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

PENTINGNYA PERPUSTAKAAN DI PERGURUAN TINGGI OLEH: IKHWAN, S.Sos.,M.M. Pustakawan Madya UNRAM

Perpustakaan sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah

STANDAR PERPUSTAKAAN. Tanggal: 31 Juli Lampiran Surat Keputusan Ketua STMIK KHARISMA Makassar Nomor: Tanggal:

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan sejumlah perangkat personalia, gedung, koleksi, serta anggarannya

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA PENGANTAR. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU):

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI. Penilaian Dokumen Perorangan. Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :...

PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM : INOVASI KEGIATAN DAN IMPAK

Standar Pengabdian Masyarakat STIKES HARAPAN IBU

Persiapan Perpustakaan Sekolah dalam Menghadapi Akreditasi Perpustakaan 1. Oleh. Heri Abi Burachman Hakim, SIP 2

Perpustakaan sekolah

Perpustakaan sekolah SNI 7329:2009

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI

Taman Perpustakaan Cengkareng Arsitektur Hijau

PERLUASAN GEDUNG LANTAI I PERPUSTAKAAN USU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PADANGSIDIMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1. oleh: Abdul Rahman Saleh 2

ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun, Indonesia telah mengalami banyak perkembangan,

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR... TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENILAIAN AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Juli 2011 BAN-PT

PENILAIAN AIPT. Skor AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Bobot (dalam %) 90

Draft. Sistem dan Standar Mutu Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarkat

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iis Naeni Sabila, 2013

BAB III GAMBARAN UMUM UPT PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii RANGKUMAN EKSEKUTIF viii TIM PENYUSUN EVALUASI DIRI.. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH. A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara Abstrak

PERAN FASILITAS PERPUSTAKAAN TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN DI BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PROVINSI SULAWESI UTARA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan sifat dan golongan, Perpustakaan secara umum terbagi menjadi dua

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN

AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

SOP PROSES PENJAMINAN MUTU PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB IV GAMBARAN UMUM UPT PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan di Perguruan Tinggi, perlu didukung

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

Dalam kajian pengembangan SDM Perpustakaan IPB dengan menggunakan. analisis beban kerja, telah dilakukan beberapa tahap kegiatan, yaitu sebagai

DAFTAR ISI. KATAPENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN...1 BAB IIKEANGGOTAAN... 2 BAB IIIHAK DAN KEWAJIBAN... 3 BAB IVPELAYANAN...

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan Koleksi Modul 3

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

SNI 7496:2009. Standar Nasional Indonesia. ICS Badan Standardisasi Nasional 1!!J'Ii!I'I)

STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERPUSTAKAAN JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNM UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PENGUNJUNG

INSTRUMEN AKREDITASI MINIMUM PEMBUKAAN PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OTOMASI PERPUSTAKAAN

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL

AKREDITASI PROGRAM STUDI DOKTOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BUKU STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Manajemen Perpustakaan Khusus 1. Arif Surachman 2

*Coretlah jawaban yang anda anggap tidak perlu ** Beri tanda silang ( X ) pada jawaban anda pilih

Transkripsi:

Evaluasi Layanan Perpustakaan Teguh Yudi Cahyono Abstrak : Penilaian kegiatan layanan perpustakaan adalah segala usaha, tindakan atau proses untuk menentukan kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program layanan perpustakaan. Bidang-bidang yang dapat digunakan untuk pengevaluasian layanan perpustakaan, yaitu : anggaran, koleksi, gedung dan fasilitas, keterjangkauan dan ketersediaan, pemeliharaan dan pelestarian, keterpakaian koleksi serta mutu layanan. Kata Kunci : Evaluasi, Layanan, Perpustakaan Pendahuluan Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) sering diibaratkan sebagai jantungnya Perguruan Tinggi (the heart of university), maka keberadaannya harus ada agar dapat memberikan layanan kepada sivitas akademika sesuai dengan kebutuhan. Dalam melaksanakan pengelolaan perpustakaan diperlukan penilaian atau evaluasi sesuai Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Perguruan Tinggi (SNI 7330.2009). Penilaian atau evaluasi merupakan langkah penting dalam pengelolaan perpustakaan. Tanpa penilaian, perpustakaan tidak dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program layanan yang telah direncanakan. Penilaian program layanan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program layanan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain keberhasilan program layanan dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat melalui kegiatan penilaian. Berdasarkan SNI anggaran perpustakaan sekurang-kurangya 5% dari total anggaran lembaga di luar belanja pegawai. Penilaian kegiatan layanan perpustakaan adalah segala usaha, tindakan atau proses untuk menentukan kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program layanan perpustakaan dengan mengacu kepada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program yang dilaksanakan. Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan perpustakaan adalah mengacu pada terpenuhi 1

atau tidak terpenuhinya kebutuan pemustaka dan stake holder untuk memperoleh kebutuhan informasi dari perpustakaan. Penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan perpustakaan yang dilaksanakan. Dengan penilaian dapat diketahui sejauh mana keberhasilan layanan perpustakaan dan dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangankan program layanan selanjutnya. Bidang-bidang yang dapat digunakan untuk pengevaluasian layanan perpustakaan, yaitu : anggaran, koleksi, gedung dan fasilitas, keterjangkauan dan ketersediaan, pemeliharaan dan pelestarian, keterpakaian koleksi serta mutu layanan. Evaluasi Anggaran Munawar (2006) menjelaskan evaluasi adalah penilaian yang dilakukan terhadap anggaran yang telah disusun dan mengetahui seberapa besar penyimpangan yang telah terjadi dapat ditelusuri sampai kepada para pelaksana anggaran yang bertanggung jawab. Menurut Ginting (2009 : 31), evaluasi anggaran menunjuk pada luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan dan digunakan dalam evaluasi kinerja mereka. Pentingnya aspek evaluasi anggaran diterapkan dalam rangka untuk melakukan prospektif yang berkaitan dengan hasil evaluasi dan tindak lanjut dari penggunaan anggaran yang dikelola oleh pimpinan. Hasil evaluasi juga diharapkan mampu memberikan informasi tentang perimbangan anggaran, alokasi anggaran dan berbagai pengawasan subsidi anggaran yang digunakan untuk perpustakaan. Hasil evaluasi mengenai anggaran juga perlu ditinjau berdasarkan penanganan masalah atas layanan yang ada. Selama ini evaluasi atas penggunaan anggaran berdampak positif untuk mempengaruhi hasil kegiatan penganggaran yang teralokasikan sesuai dengan besarnya pemberian anggaran dan penilaian tentang hasil bagi dari kegiatan pengelolaan. Mengevaluasi dari setiap kegiatan penganggaran mempunyai efek positif terhadap kemampuan manajemen perpustakaan dalam menilai, memanfaatkan dan mengelola anggaran yang diterapkan secara terencana, terarah dan tersusun sesuai dengan kinerja pengelolaan yang tepat sasaran dan tepat waktu, sehingga anggaran tidak ada yang terlambat cair dan mudah dimanfaatkan dan digunakan untuk kegiatan kinerja 2

perpustakaan. Apabila evaluasi dilakukan secara terencana dengan pengawasan yang terukur, akan berdampak terhadap kinerja perpustakaan dalam pengelolaan anggaran. Seperti disebutkan dalam Undang-undang perpustakaan, Bab X pasal 39 (1) Pendanaan perpustakaan menjadi tanggung jawab penyelenggara perpustakaan. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran perpustakaan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Untuk pelaksanaannya tergantung dari masing-masing lembaga sehingga perolehan dana dapat dijabarkan berasal dari : APBN, APBD/DIPA, APB SENDIRI (INTERN), Yayasan, Donatur, Sponsorship, dan Masyarakat. Lebih lanjut pada pasal 40 menyebutkan bahwa : (1) Pendanaan perpustakaan didasarkan pada prinsip kecukupan dan berkelanjutan. (2) Pendanaan perpustakaan bersumber dari: (a) anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah; (b) sebagian anggaran pendidikan; (c) sumbangan masyarakat yang tidak mengikat; (d) kerja sama yang saling menguntungkan; (e) bantuan luar negeri yang tidak mengikat; (f) hasil usaha jasa perpustakaan, dan/atau (g) sumber lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan dalam pengelolaan dana perpustakaan dilakukan secara efisien, berkeadilan, terbuka, terukur, dan bertanggung jawab.(pasal 41). Berdasarkan SNI anggaran perpustakaan sekurang-kurangya 5% dari total anggaran lembaga di luar belanja pegawai. Evaluasi Koleksi Perpustakaan melakukan evaluasi koleksi dengan tujuan : Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan realistis berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada; Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran pengadaan koleksi berikutnya; Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap keadaan koleksi. Survei untuk mendapatkan data persepsi pemustaka tentang kecukupan koleksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu data yang sangat berguna dalam program evaluasi koleksi. Hanya perlu diperhatikan objektivitas dari pemustaka dalam menilai kecukupan koleksi dalam memenuhi kebutuhannya. Jangan sampai ketidaktahuan pemustaka dalam mencari informasi di perpustakaan mengakibatkan 3

penilaian kurangnya koleksi untuk memenuhi kebutuhan akan informasinya. Lemahnya sistem temu kembali bisa mengakibatkan seolah-olah koleksi perpustakaan itu tidak bisa memenuhi kebutuhan pemustaka. Perlu juga diketahui latar belakang pemustaka, mengapa mengatakan positif atau negatif tentang koleksi. Tentunya pemustaka yang sudah sering menggunakan perpustakaan akan memberikan pendapat yang lebih obyektif dibandingkan dengan pemustaka yang baru atau bahkan tidak pernah menggunakan perpustakaan. Namun demikian bukan berarti bahwa pemustaka atau calon pemustaka yang demikian pendapatnya tidak perlu didengar. Penentuan responden secara acak tentunya akan memasukkan semua unsur dalam populasi pemustaka, termasuk pemustaka potensial (belum menjadi pemustaka). Perlu juga ada pertanyaan bagi pemustaka potensial mengapa mereka tidak menjadi pemustaka perpustakaan, apakah karena koleksinya tidak memenuhi kebutuhan mereka, ataukah karena mereka tidak mengetahui apa yang ada di koleksi perpustakaan? Tujuan evaluasi koleksi dapat dibagi menjadi dua kategori luas, yaitu internal dan eksternal. Evaluasi koleksi bagi internal dapat dilakukan untuk memberikan informasi tentang kebutuhan pengembangan koleksi. Pertanyaan yang dapat dijawab seperti: cakupan subjek koleksi, kedalaman koleksi, bidang koleksi yang kuat dan lemah, masalah yang ada dalam program dan kebijakan pengembangan koleksi dll. Selain itu evaluasi koleksi untuk internal dapat memberikan informasi bagi kebutuhan anggaran, misalnya anggaran untuk memperkuat koleksi yang lemah dan memelihara koleksi yang sudah kuat. Evaluasi koleksi Eksternal adalah untuk: 1) kebutuhan institusi, dan 2) kebutuhan di luar organisasi. Untuk kebutuhan institusi lokal pertanyaan yang dapat diajukan adalah: apakah kinerja perpustakaan rendah, sedang atau di atas rata-rata? Apakah anggaran yang diminta untuk koleksi perpustakaan wajar? Apakah rasio biaya dengan manfaat baik? dan sebagainya. Sedangkan bagi kebutuhan di luar organisasi adalah untuk menyediakan data bagi kelompok akreditasi, lembaga pemberi dana, jaringan, konsorsium, program kerjasama dan lembaga donor tentang kebutuhan koleksi. 4

Evaluasi Gedung dan Fasilitas Gedung atau ruang perpustakaan merupakan tempat khusus yang dirancang sesuai dengan fungsi perpustakaan sehingga berbeda dengan perancangan gedung atau ruang perkantoran pada umumnya. Untuk itu dalam merencanakan gedung atau ruangan sebaiknya melibatkan pengelola perpustakaan. Letak gedung atau ruang sebaiknya di lokasi yang strategis dan aksesebel (mudah dijangkau). Bab IX pasal 38 UU No. 43 tahun 2007 menyebutkan bahwa : (1) Setiap penyelenggara perpustakaan menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan standar nasional perpustakaan. (2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimanfaatkan dan dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan SNI, perpustakaan harus menyediakan ruang sekurang-kurangnya 0,5 m 2 untuk setiap mahasiswa, dengan penggunaan untuk areal koleksi seluas 45% yang terdiri dari ruang koleksi buku, ruang multimedia, ruang koleksi majalah ilmiah. Sedangkan ruang pengguna seluas 30% yang terdiri dari ruang baca dengan meja baca, meja baca berpenyekat, ruang baca khusus, ruang diskusi, katalog komputer, meja sirkulasi, tempat penitipan tas dan toilet. Ruang staf perpustakaan seluas 25% terdiri dari ruang pengolahan, ruang penjilidan, ruang pertemuan, ruang penyimpanan buku yang baru diterima, dapur dan toilet. Evaluasi Keterjangkauan dan Ketersediaan Keterjangkauan layanan perpustakaan menitikberatkan pada prinsip pemenuhan hak dan keadilan untuk memperoleh layanan bagi semua pemustaka tanpa terkecuali. Keterjangkauan juga mencakup faktor kenyamanan dalam pemberian layanan. Keterjangkauan ini dapat disiasati dengan membuat layanan perpustakaan digital (koleksi juga berformat digital) untuk area yang lebih luas. Sedangkan yang dimaksudkan ketersediaan adalah ketersediaan layanan perpustakaan sesuai dengan standar. Dari segi layanan perpustakaan, memiliki keberagaman layanan yang sangat luar biasa. Ada lembaga 5

perpustakaan yang lengkap sarana dan prasarananya. Ketersediaan layanan perpustakaan harus tetap dalam koridor sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Ketersediaan lebih bermakna kualitatif, sementara pemerataan dan peningkatan akses lebih kuantitatif. Ketersediaan ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan informasi berkualitas bagi pemustaka. Selain itu, ketersediaan juga memiliki makna tersedia dalam kualitas yang memadai, dalam arti perpustakaan yang hanya sebagai gudang buku saja. Itulah sebabnya ukuran ketersediaan lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan ukuran pemerataan dan peningkatan akses layanan. Menurut Sutarno (2006, 25) tujuan ketersediaan koleksi perpustakaan adalah untuk memenuhi kebutuhan pemustaka yang akan dilayani sehingga pemustaka senang memanfaatkan koleksi. Untuk pemerataan dan peningkatan akses layanan, manajemen perpustakaan harus dapat menyediakan layanan merata untuk semua pemustaka. Untuk itu, manajemen perpustakaan memfasilitasi ruang belajar mandiri sebagai tempat belajar pemustaka. Manajemen perpustakaan dapat memprediksi pemerataan dan akses layanan pemustaka dengan menghitung berapa jumlah semua pemustaka yang sudah memperoleh layanan perpustakaan dibandingkan dengan total semua semua pemustaka. Standar yang digunakan untuk menentukan apakah kualtias layanan perpustakaan sudah baik atau belum adalah APK 85%. Jika angka ini sudah tercapai, maka itu berarti manajemen perpustakaan sudah dapat memberikan layananan perpustakaan yang baik untuk pemustakanya. Sudah tentu angka 85% ini lebih bersifat kuantitatif, karena hanya menghitung jumlah pemustaka yang sudah memanfaatkan layanan perpustakaan. Perhitungan ini sama sekali tidak melihat apakah koleksi dan fasilitas yang disediakan perpustakaan mencukupi secara kualitas. Ketersediaan layanan dinilai lebih penting dibandingkan dengan angka partisipasi kasar (APK). 6

Evaluasi Pemeliharaan dan Pelestarian Pengertian pelestarian bahan pustaka yang dikemukakan oleh International of Federation Library Association (IFLA) dan ditetapkan sebagai Pedoman Pelestarian oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, mencakup 3 aspek, yaitu : 1. Semua aspek usaha untuk melestarikan bahan-bahan, cara-cara untuk pengelolaan, keuangan, sumberdaya manusia pelaksananya, metode, dan teknik-teknik penyimpanan bahan pustaka; 2. Semua kebijakan dan kegiatan yang bersangkutan dengan pengawetan atau konservasi, yaitu cara-cara khusus untuk melindungi bahan-bahan pustaka demi kelestarian bahan- bahan pustaka tersebut; 3. Semua langkah untuk mempertimbangkan dan melaksanakan pemugaran atau restorasi, yaitu cara-cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan-bahan pustaka yang rusak. Pada dasarnya inti dari pelestarian bahan pustaka yaitu untuk melestarikan kandungan informasi intelektual maupun fisik asli suatu koleksi. Pelestarian fisik biasanya dilakukan dalam rangka menghemat tempat, dan juga untuk menyelamatkan fisik asli dokumen dari seringnya penggunaan oleh pemustaka dengan cara mengalihkan bentuknya. Sedangkan pelestarian kandungan informasi biasanya dilakukan untuk bahan pustaka yang mempunyai nilai khusus, misalnya nilai sejarah, nilai keindahan, nilai ekonomis, dan juga karena sifatnya yang langka. Sedangkan konservasi adalah teknik yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran. Konservasi dalam perpustakaan adalah perencanaan program rutin yang dapat dikembangkan untuk menangani koleksi perpustakaan agar tetap dalam keadaan baik dan siap pakai (Perpustakaan Nasional, 1995:2). Kegiatan Preservasi dan Konservasi seharusnya tidak hanya sebatas perbaikan saja tetapi bisa juga melakukan pencegahan, seperti dengan melakukan pemeriksaan koleksi perpustakaan secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan, mengatur sirkulasi udara, dan mengatur penyusunan bahan perpustakaan di dalam rak/lemari, pemasangan alat 7

pembersih udara (AC), dan menyimpan koleksi perpustakaan dalam kotak pelindung. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca baik langsung maupun tidak langsung harus dihalangi dengan gorden atau filter yang dapat mengurangi radiasi ultraviolet, misalnya dengan menggunakan UV filter film yang direkatkan pada kaca, Penataan bahan perpustakaan di rak lemari dilakukan dengan baik dan benar, dengan menggunakan cara standar sehingga bahan perpustakaan dapat berdiri dengan tegak, dan dalam penyusunan di rak jangan terlalu padat sehingga ada sirkulasi udara. Ukuran bahan perpustakaan dengan rak lemari diusahakan harus sesuai, sehingga tidak terjadi kerusakan bahan perpustakaan. Evaluasi Keterpakaian Koleksi Kohn (2013:88) dalam Detria Pinda Fransiska, berpendapat bahwa metode evaluasi koleksi berbasis keterpakaian koleksi berfokus pada permintaan pemustaka. Permintaan ini berasal dari data sirkulasi yang berasal dari dalam perpustakaan sendiri maupun yang berasal dari luar perpustakaan yang biasa disebut dengan silang layan atau Inter Library Loan. Menurut Jain (1969:245) metode yang digunakan untuk melihat keterpakaian koleksi ada dua, metode yang pertama adalah dengan memilih sampel buku dari total koleksi di perpustakaan. Setelah itu mengecek tentang pemakaian koleksi tersebut yang dicacat oleh perpustakaan. Metode yang kedua adalah metode yang menggunakan semua populasi menjadi sampel penelitian. Selain mencacat pemakaiannya peneliti juga akan mencacat karakteristik yang dimiliki oleh koleksi. Karakteristiknya berupa subjek dan umur buku saat berada di perpustakaan. Masih menurut Jain (1969:248,249) pemakaian koleksi untuk pemakaian ditempat, indikator checklist meliputi (1) nomor klasifikasi, (2) volume koleksi (jika ada), (3) nomor eksemplar dari koleksi (jika ada), (4) tanggal dari peminjaman koleksi. Jumlah yang digunakan (diversity of software pachage used) menujukkan tentang sejauh mana ketergantungan pemustaka terhadap koleksi yang ada di perpustakaan. Dalam pemanfaatan koleksi, pemustaka tidak hanya datang untuk meminjam koleksi namun juga untuk menggunakan koleksi di tempat. 8

Evaluasi Mutu Layanan Setiap perpustakaan dapat menetapkan prinsip, mengidentifikasi dan memilih indikator kinerja yang sesuai dengan keunikan populasi pemustaka dan lingkungan lembaga induknya. Indikator tersebut harus sejalan dengan misi lembaga induk dan memberikan kontribusi terhadap efektifitas lembaganya. Kemudian, perpustakaan mengembangkan hasil yang terukur secara spesifik apa yang bisa dilakukan oleh pemustaka sebagai hasil dari indikator kinerja layanannya. Selanjutnya, dilakukan pengukuran terhadap hasil, baik kuantitatif maupun kualitatif. Bukti yang dikumpulkan dari proses pengukuran akan menunjukkan tingkat keberhasilan, dan data tersebut dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan layanan secara berkesinambungan. Di Indonesia ada beberapa standar yang dipublikasikan yang dapat dirujuk diantaranya adalah yang dimuat di dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 2004. Buku ini mencantumkan standar: tugas dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi, landasan hukum, struktur organisasi, dana, karyawan, koleksi, layanan, promosi perpustakaan, gedung dan fasilitas, evaluasi kinerja perpustakaan, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (Depdiknas 2004). Telah disebutkan pula oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT 2012), dalam borang/isian terdapat sejumlah elemen yang berkaitan dengan kinerja perpustakaan seperti antara lain dalam Standar 4: Sumber Daya Manusia memuat tentang kualifikasi pustakawan; Standar 5: Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik memuat tentang kompetensi lulusan; dan Standar 6: Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, dan Sistem Informasi yang memuat tentang koleksi/pustaka, sistem informasi, dan publikasi dosen. Selain itu, untuk bukti pendukung diperlukan daftar pustaka yang relevan dengan program studi, dan petunjuk pemanfaatan sistem informasi perpustakaan. Badan Standarisasi Nasional (BSN) juga telah mempublikasikan beberapa standar nasional Indonesia (SNI) untuk bidang perpustakaan dan berkaitan perpustakaan yang berjumlah 32 judul (BSN, 2012). BSN dalam SNI 7330:2009 mencantumkan sepuluh standar untuk perpustakaan perguruan tinggi yaitu standar: (1) koleksi, (2) 9

pengorganisasian materi perpustakaan, (3) pelestarian materi perpustakaan, (4) sumber daya manusia, (5) layanan perpustakaan, (6) penyelenggaraan perpustakaan, (7) gedung, (8) anggaran, (9) teknologi informasi dan komunikasi, dan (10) kerjasama perpustakaan. Selain itu, Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan mengamanatkan lingkup standar nasional perpustakaan meliputi standar: koleksi, sarana dan prasarana, pelayanan, penyelenggaraan, dan pengelolaan. Selain itu, Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan mengamanatkan lingkup standar nasional perpustakaan meliputi standar: koleksi, sarana dan prasarana, pelayanan, penyelenggaraan, dan pengelolaan. ACRL dalam standarnya yang terbaru telah menetapkan sembilan prinsip/standar yaitu: (1) efektifitas institusi, (2) nilai-nilai profesional, (3) peran kependidikan, (4) penemuan (discovery), (5) koleksi, (6) ruang, (7) manajemen/administrasi, (8) personil, dan (9) hubungan eksternal. Standar ini dirancang untuk memandu perpustakaan akademik dalam meningkatkan dan mempertahankan perannya sebagai mitra dalam pendidikan mahasiswa, mencapai misi institusi induknya, dan memposisikan perpustakaan sebagai garda terdepan dalam pengukuran dan perbaikan berkelanjutan di perguruan tinggi. SNI 7330:2009 selain mendeskripsikan sejumlah peran atau fungsi yang dilakukan oleh sebuah perpustakaan, juga mencantumkan beberapa metrik yang dapat dijadikan sebagai ukuran perkembangan perpustakaan antara lain seperti berikut : (1) Melanggan minimal satu judul majalah ilmiah untuk setiap program studi pada program diploma dan sarjana, dan dua judul untuk program pascasarjana (Standar 5) (2) Penambahan koleksi sekurang-kurangnya 2% dari total jumlah judul atau minimal dua ratus judul per tahun dipilih mana yang paling besar (Standar 5). (3) Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan dihitung berdasarkan perbandingan 1 pustakawan, 2 tenaga teknis perpustakaan, dan 1 tenaga administrasi (Standar 8). (4) Jam buka perpustakaan minimal 54 jam per minggu (Standar 9). (5) Menyediakan ruang minimal 0,5 m2 untuk setiap mahasiswa (Standar 11). 10

(6) Perbandingan areal ruang koleksi, pengguna, dan staf masing-masing seluas 45%, 30%, dan 25% (Standar 11) (7) Anggaran minimal 5% dari total anggaran perguruan tinggi di luar belanja pegawai (Standar 12). Perpustakaan memungkinkan pemustaka untuk menemukan informasi dalam semua bentuk/format melalui penggunaan teknologi dan pengorganisasian pengetahuan yang efektif. Sejumlah indikator kinerja untuk penemuan yaitu: (1) Perpustakaan mengorganisasikan informasi untuk penemuan dan akses yang efektif. (2) Perpustakaan mengintegrasikan akses sumber daya perpustakaan ke dalam web institusi dan portal informasi lainnya. (3) Perpustakaan mengembangkan panduan sumber daya sebagai petunjuk dan berbagai titik entri terhadap informasi. (4) Perpustakaan membuat dan memelihara situs perpustakaan dan arsitektur sistem yang memasukkan semua sumber daya dan memfasilitasi akses dari titik awal sesuai pilihan pemustaka. (5) Perpustakaan memiliki infrastruktur teknologi yang mendukung model penemuan informasi dan sumber daya yang berubah-ubah. (6) Perpustakaan menyediakan bantuan pemustaka melalui berbagai platform untuk membantu pemustaka mendapatkan informasi. Pada akhirnya, evaluas mutu layanan akan mencapai Kualitas Total Layanan yaitu : a. Kepuasan Stake Holder Perpustakaan Stake Holder yang menentukan tingkat kualitas yang diharapkan, spesifikasi, jenis layanan dan sebagainya. Pemustaka dalam arti yang luas bukan saja pengunjung/pelanggan perpustakaan, tetapi semua pihak yang terkait, misalnya badan yang menaungi perpustakaan, mitra kerja, sponsor bahkan dengan penerbit/pedagang buku. b. Respek terhadap Setiap Orang Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam organisasi. Setiap orang dipandang sebagai individu yang memiliki bakat, kemampuan, kreatifitas dan kepribadian yang unik, Karena karakteristik tersebut maka pelibatan dan partisipasi setiap orang dalam organisasi sangat penting. 11

c. Manajemen berdasarkan Fakta Manajemen kontemporer bekerja tidak berdasarkan perasaan dan kebiasaan yang terjadi, tetapi harus memiliki data yang komprehensif. Data diperoleh dari fakta yang terjadi di lapangan. Dengan data tersebut selanjutnya diolah sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi. d. Perbaikan berkesinambungan Agar sukses dan mampu bertahan, sebuah organisasi harus selalu melakukan perbaikan. Perbaikan dilakukan terus menerus karena kualitas bersifat dinamis. Perilaku dan preferensi pemustaka juga mengalami perubahan. Prinsip hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin menjadi perilaku seluruh level di organisasi. (Saputro, 2009: 18-19). Penutup Bidang-bidang yang dapat digunakan untuk pengevaluasian layanan perpustakaan, yaitu : anggaran, koleksi, gedung dan fasilitas, keterjangkauan dan ketersediaan, pemeliharaan dan pelestarian, keterpakaian koleksi serta mutu layanan. Evaluasi koleksi bagi internal dapat dilakukan untuk memberikan informasi tentang kebutuhan pengembangan koleksi. Sedangkan bagi kebutuhan di luar organisasi adalah untuk menyediakan data bagi kelompok akreditasi, lembaga pemberi dana, jaringan, konsorsium, program kerjasama dan lembaga donor tentang kebutuhan koleksi. Evaluasi gedung dan fasilitas diwujudkan dalam bentuk merencanakan gedung atau ruang dengan melibatkan pengelola perpustakaan. Untuk pemerataan dan peningkatan akses layanan, manajemen perpustakaan harus dapat menyediakan layanan merata untuk semua pemustaka. Evaluasi pelestarian bahan pustaka diwujudkan dalam kegiatan melestarikan kandungan informasi intelektual maupun fisik asli suatu koleksi. Metode evaluasi koleksi berbasis keterpakaian koleksi berfokus pada permintaan pemustaka. Evaluasi Mutu Layanan Perpustakaan mengacu pada buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) serta Badan Standarisasi Nasional (BSN) bidang perpustakaan. 12

Daftar Rujukan Depdiknas, R. I. 2004. Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Edisi Ketiga. Fransiska, Detria Pinda. 2014.Evaluasi Keterpakaian Koleksi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ginting, Hartika, Sari. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Perangkat Daerah Di Pemerintahan Kabupaten Karo. Tesis. USU IFLA Recommendations Concerning the International Standarizations of Library Statistics. Diakses pada pukul 22.00 WIB tanggal 09 Desember 2016 Dari http://portal.unesco.org/en/ev.phpurl_id=13086&url_do=do_top IC&URL_SECTION=201.html Jain, A. K., 1969. Sampling and Data Collection Methods for a Book-Use Study. Chicago : The University of Chicago Press. Martoadmojo, Karmidi. 1993. Pelestarian Bahan Pustaka.Jakarta:Universitas Terbuka Munawar. 2006. Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang. Simposium Nasional Akuntansi. Tesis Tidak untuk dipublikasikan. UGM. Yogyakarta Saputro, Erland Cahyo. 2009. Analisis kepuasan pemustaka terhadap kualitas layanan perpustakaan studi kasus di perpustakaan stain Surakarta. Sutarno. 2006.Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto Yulia, Yuyu. 2012. Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas Terbuka. 13