117 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa Kowani sebagai federasi merupakan persatuan dari beberapa organisasi perempuan yang bertujuan menyatukan kepentingan dan cita-cita dalam memperbaiki nasib dan derajat perempuan Indonesia yang bergerak diberbagai bidang, seperti dibidang sosial, politik, ekonomi dan budaya. Kowani dibentuk pertama kali dengan nama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) pada tahun 1928 atas tindak lanjut dari Organisasi Budi Utomo sebagai organisasi pemuda pertama di Indonesia yang membangkitkan semangat juang pemuda Indonesia termasuk PPPI di dalamnya. Pada masa Orde Lama, Kongres Wanita Indonesia melakukan beberapa kali kongres dari tahun 1928 hingga tahun 1966 Kowani telah melaksanakan 14 (empat belas) kali kongres yang menghasilkan beberapa tujuan penting untuk kepentingan wanita seperti mendesak dibuatnya Undang-Undang Perkawainan. Pergerakan Kowani pada masa Orde Lama dibagi kedalam dua periode yaitu pada masa menjelang kemerdekaan dan pada masa Demokrasi Liberal. Pergerakan Kowani pada masa menjelang kemerdekaan terwujud dalam organisasi-organisasi wanita yang ditujukan pada usaha-usaha perjuangan, baik digaris belakang dengan mengadakan dapur umum dan pos-pos Palang Merah,
118 maupun digaris depan dengan nama satu badan perjuangan maupun tergabung dengan organisasi-organisasi lain. Pada masa Demokrasi Liberal pergerakan Kowani tergambar kedalam kongres-kongres yang dilakukan oleh Kowani itu sendiri. Pada periode ini menunjukkan timbulnya organisasi-organisasi wanita di berbagai bidang, politik maupun non-politik, sekuler maupun berdasarkan agama, organisasi menurut profesi, menurut asal etnik, perkumpulan setempat maupun dalam kalangan internasional, dimana anggota-anggotanya menggabungkan diri atas kemauan sendiri. Pada masa Orde Baru Kowani melakukan beberapa kali Kongres, selain itu organisasi-organisasi perempuan Indonesia menjadi organisasi fungsional. Organisasi perempuan pada masa ini merupakan organisasi yang beranggotakan istri-istri pegawai dengan kegiatan yang mengarah pada kesejahteraan keluarga menengah atas berbeda dengan zaman sebelum kemerdekaan yang memunculkan banyak organisasi perempuan bukan organisasi isteri. Keberadaan dan aktivitas perempuan dalam organisasi adalah sebagai manusia merdeka, sebagai pribadi dan bukan karena mereka sebagai istri dari suami tertentu. Oleh karena itu, organisasi perempuan sebelum kemerdekaan bersifat mandiri. Munculnya organisasi istri dianggap mengaburkan citra kemandirian perempuan atau menambah kesan ketergantungan perempuan. Dalam periode Orde Baru, pola ketergantungan perempuan makin tampak dalam perkembangan organisasi istri Dharma Wanita yang dibuat oleh pemerintah, yang sangat dominan keberadaannya di masyarakat. Hal ini didukung
119 oleh politik yang mengharuskan semua istri pegawai negeri (dan pegawai negeri perempuan) wajib mendukung organisasi ini. Jabatan istri dalah organisasi, dikaitkan dengan jabatan suami. Organisasi ini sejalan dengan organisasi istri TNI, Polri, dengan kedudukan istri dikaitkan erat dengan kedudukan atau pangkat suaminya. Pola ini mendapat dukungan politik melalui GBHN. Peremuan diberi peran utama dan harus bertanggung jawab dalam penyelenggaraan rumah tangga. Adanya organisasi-organisasi isteri ini dianggap suatu kemunduran dalam pergerakan wanita, karena kelompok-kelompok ini umumnya kurang menegaskan perjuangannya kearah perbaikan nasib wanita, melainkan lebih menitik beratkan aspek membantu suami agar berhasil dalam lapangan pekerjaannya juga karena kedudukan istri dalam organisasi tergantung kepada kedudukan suami dalam jawatan. Banyaknya bermunculan organisasi-organisasi perempuan baru di samping kondisi politik masa Orde Baru cenderung menghilangkan tujuan utama dari pergerakan perempuan yaitu untuk memperbaiki kedudukan perempuan. Namun, dengan adanya Orde Baru, keterlibatan kaum perempuan lebih kepada membantu pemerintah dalam memperjuangkan pembangunan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi wanita pada masa Orde Baru ini memang semakin meningkat, meluas dan semakin menonjol di segala bidang termasuk organisasi Kowani. Perkembangan ini semua bisa terjadi karena semakin meluasnya kesempatan pendidikan serta akses terhadap sumber daya dari hasil perjuangan pergerakan kaum perempuan di masa sebelumya dan usaha membantu program pemerintah itu sendiri.
120 Organisasi-organisasi yang ada pada masa Orde Baru tidak menunjukkan tujuan umumnya yaitu meninggikan derajat wanita melainkan nampak adanya perbedaan dibandingkan dengan dahulu ketika masa Orde Lama. Organisasiorganisasi wanita makin mengutamakan kepentingan masyatakat dan keperluan Negara serta perhatian mengenai kedudukan dan hak wanita menjadi berkurang sehingga tampak bahwa pergerakan wanita Indonesia tidak menonjolkan tuntutan feminismenya, sebab perkembangan dalam sejarah dimana sejak semula pergerakan wanita berdasarkan perjuangan pada cita-cita memerdekakan bangsa dan kemudian membantu pemerintah serta pembangunan nasional. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh Kowani sebagai payung organisasi Wanita di Indonesia pada masa Orde Lama maupun pada masa Orde Baru, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Peran Kowani pada masa Orde Lama dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Kowani untuk kepentingan masyarakat umum dengan tujuan utama untuk membantu menciptakan Kemerdekaan Indonesia. Pada bidang sosial, dengan mengurus keluarga tawanan perang, keluarga korban perjuangan. Kowani pun pada saat itu berperan sebagai pembimbing untuk organisasi-organisasi anggota khususnya dengan mengadakan seminar-seminar dan lokakarya-lokakarya seperti yang berhubungan dengana kehidupan wanita. Peran kowani dalam bidang budaya diantaranya adalah mencoba merubah paradigma masyarakat tentang peran wanita. Maksudnya adalah Kowani sebagai perkumpulan wanita yang bertujuan untuk menyampaikan dan mengusahakan
121 aspirasi wanita mencoba untuk merubah paradigma berfikir masyarakat Indonesia umumnya mengenai wanita. Peran kowani dalam bidang ekonomi diantaranya adalah memperbanyak hasil produksi. Dalam hal ini peran Kowani untuk meningkatkan hasil produksi adalah dalam hal bantuan kepada petani untuk pemberdayaan hasil pertanian dan memperbanyak koperasi pemakai dan bank-bank koperasi. Pada bidang politik, partisipasi anggota Kowani pada saat itu mulai banyak dibahas pada Kongres Perempuan Indonesia ke-v. Dalam kongres ini dibahas khususnya mengenai hak untuk dipilih dan duduk dalam lembaga perwakilan. Pemerintah Kolonial Belanda saat itu, memberikan hak perempuan untuk dipilih dan duduk dalam dewan kota (Gementeraad) di berbagai daerah. Kegiatan-kegiatan Kowani dalam berbagai bidang yang dilakukan pada masa Orde Lama pada dasarnya merupakan usaha dalam rangka menghadapi penindasan dari bangsa asing untuk menuju kemerdekaan Indonesia. Misalnya dalam bidang sosial didirikannya study fonds atau bea-siswa dengan nama Seri- Dharma dengan tujuan membantu para gadis yang tidak mampu untuk bersekolah, ditanamkan pengertian agar perempuan Indonesia dapat menjadi Ibu Bangsa yang berarti dapat menumbuhkan dan mengembangkan generasi yang lebih sadar akan rasa kebangsaan. Peranan Kowani berdasarkan hasil wawancara dengan Sekertaris Jenderal Kowani Ir.Endang W. Rama Boedi, Msc bahwa pada masa Orde Baru dan reformasi, peranan perempuan pada masa itu semakin signifikan, terutama dalam menyangga program pembangunan. Pada bidang sosial, bisa dilihat dari program
122 Keluarga Berencana dan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), misalnya angka kematian ibu (AKI) serta angka kematian bayi dan balita (AKB) bisa ditekan berkat peran serta kaum ibu, mendorong disahkannya UU Pornografi. Peran kowani dalam bidang ekonomi salah satunya adalah mendorong kegiatan ekonomi, antara lain, melalui Koperasi Wanita Indonesia (Kopwani), yang didirikan pada tanggal 25 Mei 1975. Bidang budaya diantaranya melestarikan nilai seni dan budaya daerah, meningkatkan jati diri bangsa dengan melestarikan nilai-nilai Pancasila disegala aspek kehidupan dalam mengantisipasi pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan budaya nasional. Selain itu, peran Kowani dalam bidang politik pada masa Orde Baru dibagi menjadi dua. Pertama, pada kelembagaan dimana Kowani mendorong anggota-anggotanya untuk bisa berpolitik dan merekomendasikan anggotaanggota Kowani untuk masuk dalam kancah perpolitikan. Membantu upaya pemunculan para calon perempuan pada posisi politik ditataran legislatif dan eksekutif. Kedua, peran anggota atau personal Kowani yaitu ketika salah satu anggota Kowani atau perwakilan Kowani masuk dalam kancah perpolitikan mereka membantu mensosialisasikan ide tentang perlunya partisipasi aktif perempuan dalam pembangunan, selain itu juga membantu para calon poitik dari anggota Kowani untuk bisa masuk sebagai perwakilan suara dari perempuan.