LATAR BELAKANG, TUJUAN, FUNGSI DAN SOSIALISASI PENGELOLAAN AIR PADA KELOMPOK MITRA CAI DUSUN MEKARSARI DESA NAGARATENGAH CINEAM TASIKMALAYA A. Latar Belakang Masalahan Warga penduduk Dusun Mekarsari sehari-harinya bermatapencaharian pokok sebagai pengelola sektor pertanian darat dan sawah, kendati ada pula yang menjadi buruh tani dan kuli bangunan. Berdasar kepada sumber yang tersedia, sangat jarang warga yang menjadi pegawai negeri sipil, polisi atau tentara, sekalipun ada, jumlahnya hanya dalam hitungan satu sampai tujuh orang. Dalam menjalankan aktivitas pertaniannya di sawah, para petani sangat membutuhkan air, karena air sebagai penunjang utama dalam bertani mengelola sawah. Hanya saja, dalam pengamatan kami di lapangan, ternyata air yang mereka butuhkan, menjadi kendala utama petani dalam melaksanakan aktivitas mengelola sawah, demikian pula dalam perikanan. Kendala ini muncul terutama ketika masa musim kemarau tiba, dan ironisnya, ketika musim hujanpun, air menjadi kendala pula, mengingat sistem pengelolaan air belum dikelola secara baik, sehingga ketika hujan deras selokan airnya meluap dan sangat membahayakan tanaman padi dan keamanan ikan di kolam. Sejak tahun 1950-an, warga Dusun Mekarsari sudah memiliki bendungan, warga setempat menyebutnya dengan istilah Dawuan Cirungking, karena dawuan tersebut dibangun dialiran sungai Cirungking. Langkah selanjutnya, dari dawuan 1
2 tersebut untuk menyalurkan air ke lokasi persawahan yang luasnya sekitar 3 Ha, dibuatlah parit atau selokan (solokan), dengan panjang 1,5 Km. Untuk membiayai pemeliharaan selokan, dalam musyawarah di Kelompok Mitra Cai Mekarsari direncanakan anggaran biaya (RAB) yang dananya dipungut dari para petani yang lahan sawah dan kolamnya diairi dari selokan tersebut. Mereka dikenai biaya dengan menggunakan rumusan ONTA, artinya satu ons padi untuk satu bata sawah atau kolam. Jadi bagi petani yang mempunyai luas lahan sawah 100 bata maka harus menyerahkan padi untuk biaya pemeliharaan parit sekitar 100 ons padi atau 10 kg padi. Keberadaan perjalanan air dari bendungan melalui selokan sampai ke pesawahan dan kolam terkadang tidak selamanya lancar, terutama ketika dimusim kemarau panjang. Sebagai langkah untuk mengatasinya, kelompok Mitra Cai mengambil inisiatif untuk membuat jadwal pembagian penyaluran air untuk ke sawah dan ke kolam, dan yang sudah permanen dijalankan, adalah siang hari air untuk mengairi sawah, dan malam hari untuk mengairi kolam. Kendati pengaturan sudah dibuat, kenyataannya masih sering terjadi perebutan air yang mengarah kepada adu mulut yang bisa jadi pemicu kepada lahirnya kontak fisik. Berdasar kepada kondisi tersebut di atas, kami merasa prihatin dan kemudian mencoba ikut ambil bagian dalam pengelolaan air tersebut. Dalam ambil bagian pada pengelolaan air tersebut, diantaranya kami Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP UNSIL mengadakan MOU dengan pemerintah Dusun Mekarsari yang ada dilingkungan Desa Nagaratengah Kecamatan Cineam Tasikmalaya. Berlandaskan kepada MOU tersebut, kami diantaranya berkontribusi: (1) melakukan sosialisasi
3 kepada warga mengenai tata cara pemeliharaan selokan; (2) menyampaikan prinsif-prinsif pendistribusian air secara adil merata dalam usaha mereka mengelola pertanian sawah dan pemeliharaan ikan di kolam; (3) menyampaikan teknik pengelolaan magemen keuangan pemeliharaan dawuan dan seloka. Di samping itu, kami sampaikan pula tujuan, fungsi dan kegunaan Mitra Cai sebagai wahana pengelola dawuan/bendungan dan selokan tersebut. B. Tujuan Dalam kaitan dengan tujuan pengelolaan air ini, kami kepada warga Dusun Mekarsari yang ada di bawah organisasi Mitra Cai, sebelumnya menyampaikan Pengertian dasar dari tujuan yang hendak dicapai oleh kegiatan kelompok Mitra Cai diantaranya: 1. Pengelolaan saluran air yang tepat guna serta epektif dan efisien; 2. Pendistribusian air yang adil serta merata, dan terhindar dari perselisihan; 3. Pengelolaan saluran air agar tetap terjaga kelancarannya. C. Fungsi Dalam kaitan dengan fungsi pengelolaan air yang ada di bawah organisasi Mitra Cai diantaranya sebagai berikut: 1. Musim hujan parit atau selokan sering kali tidak mampu menampung luapan air yang bersumber dari sungai Cirungking, yang terkadang menghancurkan pematang parit. Untuk itu, agar parit tidak mengalami kerusakan yang vatal
4 dan tetap berfungsi, maka dibuat saluran-saluran pembuangan air agar air kembali lagi ke aliran sungai; 2. Musim kemarau agar parit terjaga dan berfungsi keutuhan penyaluran airnya, maka perlu adanya penambalan-penambalan terhadap lubang-lubang yang bocor karena gangguan kepiting dan yang lainnya. D. Sosialisasi Sebelum petani anggota kelompok Mitra Cai diajak untuk berkontribusi dalam pengelolaan parit atau saluran air, kepada mereka dilakukan sosialisasi mengenai peraturan pemerintah desa dalam hal pengelolaan air yang sinkron dengan aturan yang dirumuskan oleh kelompok Mitra Cai. Dalam prakteknya, mengelolaan air ini tidak menghilangkan tata cara pengelolaan yang sudah mentradisi di dusun Mekarsari, artinya pola-pola pengelolaan tradisional tetap dipertahankan selama tidak bertentangan dengan peraturan desa (perdes). E. Geografi Lokasi tempat kami melakukan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) yaitu di Dusun Mekarsari, Desa Nagaratengah, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya. Dusun Mekarsari letaknya sebelah timur ibu kota kecamatan Cineam, dengan jarak tempuh dari ibu kota kabupaten kurang lebih 57 km. Dusun Mekarsari warga penduduknya sangat religius dan masih mempertahankan tradisi gotong royong. Jumlah penduduknya ada 579 jiwa yang tersebar di 5 ke-
5 RT-an, yaitu RT 6, 7, 8, 9 dan 10. Lokasi dawuan dan parit dimana kami melakukan PPM berada di RT 8, 9 dan 10. Keadaan alam Dusun Mekarsari sangat subur dan disekitarnya dipagari perbukitan yang menghijau sebagai potensi sumber mata air yang mengalir dan meresap di sungai Cirungking. Dari sungai Cirungking ini, air kemudian disalurkan ke selokan untuk mengairi sawah dan kolam. Perlu pula diketahui, bahwa masih ada sebagian kecil warga memanpaatkan air selokan ini untuk mandi serta sarana kebutuhan peribadatan. Keadaan ini yang menjadi keprihatinan kami, mengingat masih ada warga yang belum menikmati air bersih untuk penunjang peribadatan.