BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. menandakan jumlah lansia dari tahun ke tahun akan bertambah. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi penduduk dunia. Hasil pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA DI DESA SIDOSARI KECAMATAN KESESI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. hidup penduduk Indonesia merupakan salah satu negara yang. angka kesakitan karena penyakit degeneratif (Kemenkes RI, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah Eksperimen Kuasi Pretest-Posttest Design.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup (UHH) penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata adalah 70 tahun dan jumlah lanjut usia (Lansia) diperkirakan mengalami kenaikan dari 542 juta jiwa pada tahun 1995 menjadi 1,2 milyar jiwa pada tahun 2025 (World Health Organitation, 2014). Di Indonesia pada tahun 2010 sampai 2014 penduduk lanjut usia meningkat sebesar 1.694.200 jiwa dengan rata-rata UHH 70,7 tahun (WHO, 2014; Data Statistik Indonesia, 2014). Presentasi jumlah lansia diatas 60 tahun yang paling banyak di Indonesia adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan UHH 74,3 tahun (BPS, 2013). Di wilayah DIY, kabupaten yang paling banyak jumlah lansianya adalah Kabupaten Bantul dengan presentasi peningkatan 10% pertahun (Badan Pusat Statistik DIY, 2011). Menjadi tua (Menua) adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan merupakan bagian dari proses tumbuh kembang manusia baik secara biologis maupun psikologis. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses alamiah tubuh yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan komulatif 1

2 berupa penurunan daya tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013). Proses menua dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada individu yang memasuki usia lanjut. Perubahan-perubahan tersebut berupa perubahan fisik, psikologis dan sosial dimana satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Perubahan fisik yang dapat diamati berupa rambut kepala memutih, kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput, gigi mulai lepas (ompong), penurunan fungsi penglihatan, pendengaran dan daya tahan tubuh serta keterbatasan gerak akibat penurunan fungsi anggota gerak tubuh. Pada perubahan psikologis, antara lain perasaan tidak berguna, mudah sedih, insomnia, stress, depresi, anxietas, dimensia, delirium dan umumnya terjadi penurunan fungsi kognitif (Purbowinto & Kartinah, 2012). Selain itu, lansia juga mengalami perubahan sosial dimana lansia kehilangan peran diri baik dalam keluarga maupun masyarakat, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai (Prasetya, 2010). Menurut Erickson (1963) dalam Padila (2013), individu yang sukses melampaui tahap lanjut usia akan beradaptasi dengan baik dengan menerima berbagai perubahan dan keterbatasan yang dimilikinya serta bertambah bijak menyikapi proses kehidupan yang dialaminya. Berbagai perubahan dan keterbatasan yang terjadi pada proses penuaan, mengakibatkan lansia sangat rentan mengalami masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami lansia adalah depresi. The National Old people s Walfare Council di Inggris dalam Azizah (2011) menyatakan bahwa penyakit atau gangguan nomor

3 satu yang terjadi pada lansia adalah depresi. Di Indonesia sendiri, depresi pada lansia masih belum terdata dengan baik karena masih berfokus pada masalah kesehatan fisik saja. Hal ini dapat dilihat dari masalah kesehatan lansia yang menjadi nomer satu di Indonesia yaitu penyakit-penyakit sistem pernapasan (Azizah, 2011). WHO (2010) mendefinisikan depresi sebagai suatu ganguan atau kekacauan mental yang ditandai dengan suasana hati tertekan, hilangnya kesenangan atau minat, merasa bersalah, gangguan tidur dan makan serta penurunan konsentrasi. Lansia dapat terlihat sedih, menangis, cemas, sensitife atau paranoid, merasa tak berguna lagi, hilang minat dan sulit berkonsentrasi (Noorkasiani & Tamher, 2012). Prevalensi depresi pada usia lanjut umumnya adalah 25 50 % (Kaplan, 2010). Di komunitas, angka kejadian depresi pada lansia adalah 2 44 % (Stanley & Beare, 2007). Diperkirakan 40% depresi pada usia lanjut tidak terdiagnosis karena gambaran depresi pada usia lanjut berbeda dengan usia yang lebih muda dan akan bertambah dengan bertambahnya usia lansia (Stanley & Beare, 2007; Tied, 2010). Jika hal ini tidak ditangani maka depresi dapat memperpendek harapan hidup dengan mencetuskan dan memperburuk kemunduran fisik, kepuasan dan kualitas hidup, menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia, serta peningkatan ide bunuh diri dan angka bunuh diri (Stanley & Beare, 2007; Zhou et al, 2014; Abe et al, 2012; Aihara et al, 2010). Selain itu juga dapat memperparah episode depresi, mempengaruhi emosi, menurunkan fungsi kognitif,

4 memperlambat proses penyembuhan penyakit, menurunkan fungsi sosial (Blazer, 2003 cit in Barcelos et al, 2010; Normala, 2014). Semakin buruk tingkat keparahan depresi, maka semakin buruk tingkat kesehatan dan status fungsional lansia (Zhou et al, 2014). Upaya penanggulangan depresi dapat dilakukan dengan terapi farmaka dan psikoterapi. Terapi farmaka menggunakan obat-obat anti depresan yang memberikan mempengaruhi terhadap hormon-hormon yang dapat mempengaruhi depresi (Azizah, 2011). Psikoterapi yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala depresi pada lansia antara lain terapi musik, terapi tertawa, terapi kognitif, terapi reminiscence dan terapi brain gym atau lebih dikenal dengan senam latih otak (Purbowinto & Kartinah, 2013; Iting et al, 2012; Kismanto & Setiyawan, 2014; Putra, 2014 dan Prasetya, 2010). Senam latih otak berguna untuk melatih otak sehingga otak tetap bekerja dan aktif dengan latihan fisik melalui gerakan-gerakan sederhana tubuh (Denisson, 2009). Kegiatan senam latih otak dapat meningkatkan aliran darah ke otak sehingga meningkatnya persediaan oksigen di otak yang dapat mempertahankan organ agar tetap sehat (Yanuarita, 2012). Selain itu, gerakan-gerakan dari senam otak akan merelaksasi otak (menghilangkan pikiran-pikiran negatife, iri dengki dan lain lain), menstimulus koordinasi kedua belah otak (memperbaiki pernafasan, stamina, melepaskan ketegangan, mengurangi dan kelelahan) dan membantu melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang perhatian dan kurang konsentarsi) (Prasetya, 2010). Latihan fisik tersebut sangat disarankan

5 bagi lansia yang mengalami depresi sebagai salah satu terapi non farmaka, karena secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami depresi dan mencegah depresi pada lansia (Tavares et al, 2014; Aihara et al, 2010). Studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Aji Yuswo Dusun Ngebel Tamantitro Kasiahan Bantul didapatkan 80 orang lansia yang aktif mengikuti posyandu selama bulan oktober sampai desember 2014. Hasil skor Geriatric Depression Scale (GDS) dari lansia tersebut di temukan bahwa 40 % dari total lansia mengalami depresi ringan dan 2,5 % dari total lansia mengalami depresi sedang, dimana angka kejadian depresi tersebut sudah tinggi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian Pengaruh Senam Latih Otak (Brain Gym) terhadap Tingkat Depresi pada Lansia di Posyandu Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh latihan senam latih otak (brain gym) terhadap tingkat depresi pada lansia di Posyandu Aji Yuswa Dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh senam latih otak terhadap tingkat depresi pada lansia di Posyandu Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasikan skor & tingkat depresi lansia sebelum dilakukan senam otak pada kelompok kontrol. b. Mengidentifikasikan skor & tingkat depresi lansia sebelum dilakukan senam otak pada kelompok intervensi. c. Mengidentifikasikan skor & tingkat depresi lansia sesudah dilakukan senam otak pada kelompok kontrol. d. Mengidentifikasikan skor & tingkat depresi lansia sesudah dilakukan senam otak pada kelompok intervensi. e. Mengetahui efektifitas senam otak terhadap skor & tingkat depresi pada lansia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Sebagai masukan terhadap ilmu pengetahuan khususnya yang berhubugan dengan depresi pada lansia dan senam latih otak.

7 2. Bagi penulis Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis karya tulis ilmiah. 3. Bagi masyarakat Diharapkan masyarakat di Dusun Ngebel mampu mengaplikasikan senam latih otak untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai landasan teori bagi penelitian selanjutnya. E. Penelitian Terkait Berdasarkan pengetahuan peneliti, melalui penelusuran jurnal, peneliti belum menemukan penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu tentang pengaruh senam otak terhadap tingkat depresi lansia. Namun ada beberapa penelitian yang hampir serupa yang pernah dilakukan seperti berikut : 1. Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta (2014) oleh Setiawan. Metode yang digunaan adalah quasi eksperimen dengan desain pre and post test without control. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia dengan nilai

8 signifikan sebelumnya 9,15 dan sesudahnya 15,85 dengan selisih 6,7 (p value < 0,05). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pada hal variabel, yaitu fungsi kognitif sebagai variable bebas. Selain itu instrument penelitian ini menggunakan MMSQ, yang berlokasi di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta serta metode penelitain quasi eksperimen dengan desain pre and post test tanpa kelompok kontrol dan sampel yang digunakan merupakan lansia demensia. Persamaannya penelitian terletak pada variable terikatnya yaitu senam otak. 2. Pengaruh Senam Otak Terhadap Daya Ingat pada Lansia dengan Dimensia di Desa Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan (2013) oleh Ardiyanto. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experiments design dengan one group pretest-posttest tanpa kelompok kontrol. Hasil penelitian yang dilakukan adalah ada pengaruh senam otak terhadap daya ingat pada lansia dengan demensia di desa Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan dengan nilai p<0,05 dengan selisih 2,66. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pada hal variabel, yaitu pengaruh senam otak sebagai variable terikat dan daya ingat sebagai variable bebas. Selain itu perbedaannya terletak pada instrument penelitian, pada penelitian ini menggunakan MMSQ, lokasi pada penelitian ini di Desa Sidosari, Kec. Kesesi, Kab. Pekalongan serta metode penelitian yang digunakan yaitu pre experiments dengan one group pretest-posttes tanpa

9 kelompok kontrol. Persamaannya terletak pada variable terikatnya yaitu senam otak. 3. Pengaruh Terapi Kognitif dan Senam Latih Otak Terhadap Tingkat Depresi dengan Harga Diri Rendah pada Klien Lansia Dipanti Tresna Werdha Bakti Yuswanatar Lampung (2010) oleh Prasetya. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasy exsperiments desain pre-post test with control group. Hasil penelitian ini didapat tingkat depresi menurun lebih bermakna pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi kognitif dengan senam otak dibanding kelompok yang hanya mendapat terapi kognitif dengan selisih 1,18 poin (p value < 0,005). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pada hal variabel, yaitu pengaruh terapi kognitif dan senam otak sebagai variable terikat dan lansia tingkat depresi dengan harga diri rendah sebagai variable bebas. Selain itu perbedaan lokasi penelitian tersebut berada Di Panti Tresna Werdha Bakti Yuswanatar Lampung, dengan populasi lansia sebanyak 105 orang serta teknik pemilihan sample dengan purposive sampling. Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut terdapat pada metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen dengan desain pre and post test with control group. Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut depresi pada lansia terdapat pada hasil penelitian yang ingin melihat pengaruh senam latih otak terhadap depresi lansia.