BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR KABUPATEN TEGAL

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

Kesehatan Lingkungan. Website:

Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dan upaya penyehatan lingkungan yang setinggitingginya(

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) ADVOKASI,ORIENTASI, PEMICUAN, DAN DEKLARASI STBM

IRGSC Policy Brief. Menuju Pembangunan Sanitasi yang Berkelanjutan: Pembelajaran dari Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Tugas Akhir- RE091324

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP NASIONAL PEMANTAUAN KENAIKAN REALISASI APBD DAN EVALUASI RAD-AMPL KAB/KOTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK RUMAH DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II KABUPATEN SRAGEN

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat pengaruh antara penerapan metode Community Led Total Sanitation

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

Oleh : Suharno ABSTRAK

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

DITINGKATKAN Permenkes RI No. 3 tahun 2014 tentang STBM

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program Millenium Development Goals (MDGs) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMANTAUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI KABUPATEN BOYOLALI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan menurut WHO, kesehatan lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948) Permasalah kesehatan lingkungan yang ada di Indonesia adalah mengenai Buang Air Besar Sembarangan. Menurut data WHO pada tahun 2010 Indonesia adalah negara kedua yang memiliki angka Buang Air Besar Sembarang (BABS) terbesar di dunia setelah India. Sebesar 1,1 milyar orang atau 17% penduduk dunia masih buang besar di area terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan terdapat di 10 negara yaitu India (58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%). Menurut laporan Join Monitoring Program (JMP) WHO/Unicef, sekitar 55 juta penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (WHO, 2010). Hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan penggunaan fasilitas buang air besar, rerata nasional perilaku buang air besar di

jamban adalah (82,6%). Lima provinsi dengan presentase tertinggi rumah tangga yang berperilaku benar dalam buang air besar diantaranya DKI jakarta (98,9%), DI Yogyakarta (94,2%), Kepulauan Riau (93,7%), Kalimantan Timur (93,7%) dan Bali (91,1%). Sedangkan lima provinsi terendah diantaranya Sumatera Barat (29,0%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33.6%). Di Sumatera Utara rumah tangga yang memiliki tempat pembuangan tinja memiliki presentase 32,9% sudah mencakup daerah perkotaan dan pedesaan termasuk wilayah kabupaten Dairi, Kecamatan Siempat Nempu Hulu (Kemenkes, 2014). Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian besar rumah tangga di Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 84,4%, plengsengan sebesar 4,8%, cemplung/cubluk/lubang dengan lantai sebesar 3,7%. Berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja, berdasarkan hasil Riskesdas 2013, sebesar 66% rumah tangga di Indonesia menggunakan tangki septik sebagai pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang menggunakan Saluran Pembuangan Akhir Limbah (SPAL) sebesar 4%, kolam/sawah sebesar 4,4%, sungai/danau/laut sebesar 13,9%, lubang tanah sebesar 8,6%, pantai/tanah lapang/kebun sebesar 2,7% (DepkesRI, 2013). Perilaku buang air besar sembarangan akan berakibat pada menurunnya tingkat kesehatan seseorang. Masalah paling menonjol karena masalah perilaku buang air besar sembarangan ini adalah serangan diare. Menurut data WHO (2015), 88 persen angka kematian anak akibat diare disebabkan kesulitan mengakses air bersih dan keterbatasan sistem sanitasi. Selain itu, sanitasi yang

buruk dan BABS memperbesar risiko terganggunya pertumbuhan fisik anak sehingga tidak optimal pada usianya (WHO,2015). Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per 1.000 penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000 penduduk (Kajian Morbiditas Diare 2012). Data riskesdas tahun 2007 mengungkapkan kasus diare ini 66 persen lebih tinggi terjadi di lingkungan yang melakukan BABS di area perumahan yang memiliki toilet pribadi (Riskesdas,2007). Dalam penanggulangan permasalahan sanitasi, pemerintah Indonesia sebenarnya telah melakukan berbagai upaya. Salah satu program Departemen Kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 (Depkes RI, 2014). Upaya sanitasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air

rumah tangga dengan aman. Menurut Kepala Balitbangkes, Tjandra Yoga Aditama jumlah Desa STBM (sanitasi total berbasis masyarakat) termasuk stop BAB sembarangan pada tahun 2014 mencapai 19.100 desa dari target 20.000 tahun 2014 (Permenkes,2014). Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kecamatan yang menjalankan program STBM. Pelaksanaan STBM di Dairi sejak bulan Juli 2014. Kegiatan dimulai dengan pemicuan di masing-masing desa yang ada di kecamatan Siempat Nempu Hulu. Pada awal bulan Desember 2014 telah dilaksanakan verifikasi di satu kecamatan siempat Nempu hulu dan dari hasil verifikasi tersebut dinyatakan bahwa Kecamatan Siempat Nempu Hulu sudah 100% bebas dari BuangAir Besar Sembarangan (Kecamatan SBS). Berdasarkan hasil tersebut, pemerintah Kabupaten Dairi memberanikan diri untuk melaksanakan deklarasi kecamatan SBS serta di provinsi Sumatera Utara dan Kecamatan pertama di Wilayah Sumatera. Deklarasi stop buang air besar sembarang (SBS) dilaksanakan di Desa Silumboyah pada 13 Juni 2015 yang di hadiri oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M(K). (Puskesmas Killometer 11, 2015). Pelaksanaan program Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM ) di kabupaten Dairi yang mencakup pilar Stop Buang Air Besar sembarangan untuk mewujudkan status bebas dari Buang Air besar Sembarang melalui Aksi berak di jamban keluarga (BERJAGA). BERJAGA merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah sanitasi khususnya masalah BAB di sembarang tempat di kabupaten Dairi. Aksi BERJAGA di Kecamatan

Siempat nempu Hulu telah berhasil terlihat dari masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dan buang air besar di jamban (Instruksi Bupati Dairi No.188.55/4028/2014). Desa pangaribuan berada di Kecamatan Siempat Nempu Hulu dan merupakan satu desa yang telah dinyatakan ODF (Open Defecation free) di wilayah Sumatera. Desa Pangaribuan yang terdiri dari tiga dusun telah mampu menghilangkan kebiasaan BAB sembarangan dengan cara penyediaan jamban keluarga yang dilakukan oleh masyarakat tanpa bantuan pemerintah. Data dinas kesehatan kabupaten Dairi menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Pangaribuan kecematan Siempat nempu Hulu Kabupaten Dairi sudah seluruhnya mempunyai jamban di rumah masing-masing. Sebanyak 218 KK memiliki jamban sehat permanen, 87 KK memiliki jamban semi sehat permanen. (Dinkes Kab.Dairi, 2015). Jenis jamban yang digunakan oleh masyarakat desa Pangaribuan yaitu sebanyak 218 KK menggunakan jamban leher angsa dan 87 KK menggunakan jamban cubluk. Jenis jamban yang digunakan masyarakat ini sangat membutuhkan pemeliharaan yang baik. Masyarakat Pangaribuan telah memiliki kesadaran untuk memiliki jamban keluarga akan tetapi kurang memiliki pengetahuan,sikap, tindakan untuk pemeliharaan jamban. Permasalahan utama yang timbul adalah perilaku masyarakat di Desa Pangaribuan masih kurang terhadap pemeliharaan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan sehingga jamban tidak dikelola dengan baik. Jamban yang dimiliki tidak semuanya menunjukkan kalau tergolong jamban sehat, karena ada beberapa

rumah yang memiliki jamban namun keadaannya jauh dari kata bersih, karena tergolong jamban sederhana. Pemeliharaan jamban yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat adalah dengan cara menyikat lantai dan klosetnya dengan menggunakan sikat WC (Puskesmas kilometer 11, 2015). Berdasarkan data diatas, peneliti ingin melihat lebih jauh bagaimana pengetahun, sikap dan tindakan masyarakat serta pemeliharaan jamban keluarga pasca Program Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarang (SBS) di desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi. Penelitian ini difokuskan kepada Perilaku Masyarakat Terhadap Pemeliharaan Jamban Keluarga di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memelihara kesehatan lingkungan terutama dari segi hal pemeliharaan jamban yang sehat, bagi masyarakat Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi. 1.2 Rumusan Masalah Desa pangaribuan merupakan desa yang telah dinyatakan bebas dari buang air besar sembarangan dan setiap keluarga telah memiliki jamban keluarga di rumah masing-masing. Jenis jamban yang digunakan adalah jamban sehat permanen dan jamban semi sehat permanen yang sangat membutuhkan pemeliharaan jamban yang baik agar memenuhi syarat sebagai jamban sehat. Permasalah dari penelitian ini adalah bagaimana perilaku masyarakat tentang buang air besar di jamban serta pemeliharaan jamban keluarga pasca program

sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pemeliharaan jamban keluarga dan perilaku masyarakat buang air besar pasca program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan,sikap dan tindakan) masyarakat tentang buang air besar di jamban pasca program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016. 2. Untuk melihat Gambaran pemeliharaan jamban keluarga pasca program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk menjadi desa yang bebas dari buang air besar sembarangan dan upaya yang dilakukan agar tetap menjadi desa yang bebas dari buang air besar sembarangan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi puskesmas dalam rangka peningkatan kesehatan lingkungan. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat dapat dijadikan bahan masukan dalam pemeliharaan jamban yang sehat. 3. Penelitian ini juga dapat memberi manfaat kepada mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam memberi informasi tentang perilaku masyarakat buang air besar di jamban dan pemeliharaan jamban. 4. Menjadi dasar yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitianpenelitian selanjutnya. 5. Bagi peneliti Sebagai proses belajar dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (USU) Medan.