BAB I PENDAHULUAN. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk Coping Stres Setiap Ibu Yang Memiliki Anak Berkebutuhan. berasal dari kata Cope yang secara bahasa berarti

BAB I PENDAHULUAN. individu tentunya akan mengalami tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memicu stres (stresor) yang mengancam dan mengganggu kemampuan. Istilah Stres berasal dari kata stringere yang mempunyai arti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. yang didambakan. Berbagai harapan sempurna mengenai anak pun mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

1 Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ia miliki, baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horisontal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pekerjaan merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan stress. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. harapan tersebut bisa menjadi kenyataan. Sebagian keluarga memiliki anak yang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menyebutkan bahwa kondisi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian. Dalam

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang supportif dan kondusif termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. di

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. impian setiap orang. Ketikamenikah, tentunya orang berkeinginan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erna Victoria Noli, 2014

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Tetapi harapan tersebut tidak selalu dapat terwujud. Kenyataan bahwa anak yang dimiliki tidaklah sama dengan anak-anak lain pada umumny, Anak yang dimiliki ternyata spesial dibandingkan anak-anak lainnya. Hal inilah yang tidak bisa dihindari oleh orang tua manapun. Beberapa orang tua memunculkan reaksi bervariasi atas kehendak Tuhan tersebut, bahwa anaknya mengalami gangguan. 1 Dalam hal ini bisa dikatakan Anak berkebutuhan khusus (ABK). Menurut Gearheart dalam Skripsi yanng ditulis oleh Rr. Rahajeng Berlianingtyas Bethayana, mendefinisikan anak dengan kebutuhan khusus sebagai anak yang memerlukan persyaratan pendidikan yang berbeda dari ratarata anak normal, dan untuk belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas, dan materi khusus. Sedangkan Mangunsong sendiri mengartikan anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal : ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait 1 Aminah Permata Ummu Hanifah,kebermaknaan hidup pada orang tua dengan anak retardasi mental dimalang, (Malang : Skripsi UIN Malang, 2009), hlm.18 1

lainnya, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal. 2 Jadi arti Anak berkebutuhan khusus adalah seorang anak yang memerlukan layanan dan perhatian khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Ada beberapa faktor penyebab anak berkebutuhan khusus, yaitu sebelum kelahiran seperti faktor genetik, infeksi kelahiran atau usaha pengguguran. selama proses kelahiran seperti proses kelahiran yang lama atau prematur dan setelah kelahiran seperti kekurangan nutrisi, terinfeksi penyakit ataupun keracunan. 3 Ibu merupakan figur mulia yang berhati lembut dan tulus. Kasih sayang yang ditawarkan tak terbatas sepanjang masa.kata Ibu merupakan sebutan kata penghormatan untuk orang tua perempuan. Ibu juga seorang pendamping yang kuat bagi ayah untuk selalu menyemangati jika anggota keluarga yang lain sedih. jadi ibu merupakan sosok sentral yang lebih dekat dengan emosi anak dan lebih tahu kehidupan anak-anaknya. Keberadaan ibu menjadi titik utama dalam mendidik dan memberi bimbingan yang dibutuhkan anak, terutama ibu yang memiliki Anak berkebutuhan khusus. Tentu cara pemberian bimbingan dan 2 Rr. Rahajeng Berlianingtyas Bethayana,Deskripsi Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus disekolah Inklusi, (Yogyakarta:Skripsi Program S1 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2007). 3 Kiky Lestari dan Anisah Zakiah, Kunci Mengendalikan Anak dengan ADHD, (yogyakarta: Familia, 2012), hlm. 3-4.

pendidikan berbeda dengan ibu yang memiliki anak normal. Untuk ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus(abk) akan lebih intensif dalam merawat mereka. Ketika mengetahui anaknya berbeda dengan anak-anak lainnya, seringkali orang tua menunjukkan reaksi emosional tertentu. Terdapat beberapa reaksi emosional yang biasanya dimunculkan orang tua. Orang tua hendaknya memahami dan menyadari emosi-emosi yang dialaminya, sehingga orang tua dapat mengelolanya secara efektif. Beberapa reaksi emosional tersebut antara lain shock, penyangkalan dan merasa tidak percaya, sedih, perasaan terlalu melindungi atau kecemasan, perasaan menolak keadaan, perasaan tidak mampu dan malu, perasaan marah, serta perasaan bersalah, dan berdosa atas apa yang terjadi pada anak. 4 Menurut Hardman dan Mangunsong dalam Jurnalnya Nurul Hidayati, mengatakan Memiliki anak yang berkebutuhan khusus mempengaruhi ibu, ayah, dan semua anggota keluarga dengan cara yang bervariasi. Orang tua disamping harus menghadapi dinamika psikologis mereka sendiri juga harus menghadapi berbagai tuntutan eksternal. Menghadapi respon masyarakat bukanlah hal yang mudah. Masyarakat terkadang dapat bereaksi tidak sepantasnya atau bahkan kejam pada anak yang berkebutuhan khusus. 5 Demikian pula dalam Al Qur an telah memberikan peringatan berikut ini : 4 Safaria Triantoro, Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005), Hlm. 18-24 5 Nurul Hidayati,dukungan sosial bagi keluarga anak berkebutuhan khusu, Insan. Vol 13. No 1, 2011, hal.2

Artinya : Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar. (QS.al- Anfal ayat 28). 6 Ayat tersebut diatas, menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak mereka. Itulah sebabnya setiap orang tua hendaklah benar-benar bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah SWT. Akan tetapi pengasuhan dalam merawat anak berkebutuhan khusus dapat membuat ibu untuk mengalami Stres. Menurut Lazarus, Stres merupakan sebuah gejala yang timbul akibat adanya kesenjangan antara realita dan idealita, antara keinginan dan kenyataan, antara tantangan dan kemampuan, antara peluang dan potensi. 7 Secara Psikologis, seseorang yang mengalami stres akan mencari jalan keluar untuk mengatasi perasaan-perasaan yang menekannya, seperti halnya pada ibu yang memiliki ABK mereka berupaya untuk mengatasi stres yang terjadiakibat kelelahan mengawasi atau memberi bimbingan anak, timbulnya kekhawatiran-kekhawatiran pada anak, shock dengan ketunaan yang dialami anak, serta bingung cara merawat dengan ketunaan yang dimiliki anak. dalam kondisi tertentu, situasi-situasi yang dinilai mengandung stressor dapat mengakibatkan respon-respon negatif baik secara fisik maupun emosional. Tentunnya mereka tidak akan membiarkan hal itu berlarut-larut. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Hal inilah yang dinamakan Coping Behavior. 6 QS.al-Anfal ayat 28 7 Musbikin,Kiat-kiat Sukses Melawan Stres, (Surabaya:Jawara,2005),hlm.67

Menurut Lazarus, Coping menunjukkan pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dalam penelitian ini, coping stres mengacu pada suatu upaya yang dilakukan individu untuk mengurangi, mentoleransi, atau mengatasi stres yang ditimbulkan oleh sumber stres yang dianggap membebani individu. 8 Menurut Lazarus ada 2 strategi Coping yang digunakan untuk merespon situasi stres yaitu usaha pemecahan masalah(problem Focused Coping) dan pengaturan emosi(emotion Focused Coping). Menurut Stanton menyatakan bahwa Problem Focused Coping adalah usaha untuk melakukan sesuatu yang kontruktif guna mengubah situasi stres. Selanjutnya Stanton mengungkapkan Emotion Focused Coping adalah suatu usaha untuk menata reaksi emosi terhadap kejadian stressor. Coping yang berpusat pada emosi merupakan cara yang cukup baik, dimana individu mencoba merasakan perasaan-perasaan yang positif, menyenangkan, dan dengan berfikir optimis atas peristiwa-peristiwa yang buruk. 9 Lebih lanjut menyatakan bahwa usaha coping umumnya dianggap lebih sukses jika bisa mereduksi kegelisahan psikologis dan indikatornya, seperti detak jantung, denyut nadi atau gejala lainnya. Kriteria kedua dari coping yang sukses adalah seberapa cepat orang dapat kembali keaktifitas normal seharihari. Apabila coping bisa mengembalikan kesituasi semula, maka dapat dikatakan coping itu sukses. Terakhir, dan yang paling umum, coping dinilai 8 Taylor, et. All., Psikologi Sosial,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2009),hlm.550 9 Ibid,hlm.550

berdasarkan efektifitasnya dalam mengurangi tekanan psikologis, seperti kecemasan dan depresi. 10 Dalam hal mengurangi tekanan psikologis, kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain adalah hal yang bermanfaat tatkala individu mengalami stres, dan sesuatu yang sangat efektif terlepas dari strategi mana yang dilakukan untuk mengatasi stres. 11 Hal ini karena berhubungan dengan orang lain merupakan sumber dari rasa nyaman ketika individu merasa tertekan. Kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain disebut dengan dukungan sosial. SLB Nurul Ikhsan merupakan lembaga pendidikan swasta dibawah Dinas Pendidikan yang berdiri sejak tahun 2011 di Jl. Tambangan RT 02 / RW 02 Desa Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur, yang memiliki luas Tanah 989 M2 dan Luas Bangunan 143 M2. Sedangkan Untuk proses belajar mengajarnya SLBNI memiliki 8 kelas. Setiap kelas dihuni oleh beberapa anak yang memiliki ketunaan bervariasi seperti anak B(tunarungu), anak C(tunagrahita), anak D(tunadaksa), anak G(tunaganda), anak Autis, dan anak down syndrome. 12 Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa banyak hal yang sangat mungkin terjadi pada ibu yang berpengalaman memiliki ABK. Stressor yang dialami setiap ibu akan memberi kesan berbeda,tentu,juga dengan perbedaan bentuk coping yang digunakan untuk mengurangi tekanan fisik dan psikologis mereka. Hal inilah yang membuat peneliti ingin menggali lebih dalam dan 10 Ibid,hlm.551 11 Baron, &Byrney,Psikologi Sosial,(Jakarta:Erlangga,2005),hlm.244 12 DiPapan Profil dan Visi Misi Sekolah SLB Nurul Ikhsan, Tahun Pelajaran 2015-2016

komprehensif mengenai bagaimana stres yang dialami setiap ibu yang memiliki ABK dan bagaimana bentuk Coping Stres yang digunakan dalam menghadapi atau mengurangi tekanan itu. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka penulis membatasi Fokus Penelitiannya,sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk Coping Stres pada setiap ibu yang memiliki Anak berkebutuhan khusus di SLB Nurul Ikhsan? 2. Apa saja yang menjadi sumber Stres yang dialami ibu yang memiliki Anak berkebutuhan khusus di SLB nurul ikhsan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bentuk Coping Stres pada setiap ibu yang memiliki Anak berkebutuhan khusus di SLB Nurul Ikhsan. 2. Untuk mengetahui sumbersstres yang dialami ibu yang memiliki Anak berkebutuhan khusus di SLB nurul ikhsan. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Mampu menjadi referensi ilmiah mengenai manfaat Coping Stres pada ibu yang miliki ABK. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Psikolog, untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya ibu yang memiliki ABK tentang bentuk-bentuk Coping Stres.

b. Bagi dunia kedokteran, untuk memberikan pemahaman yang baik pada pasien ibu yang memiliki ABK bahwa Coping Stres yang tepat akan memberi manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup ibu dan ABK. c. Bagi masyarakat, untuk senantiasa terlibat dalam proses penyembuhan ibu dengan cara memberikan motivasi, penghargaan dan kata-kata positif agar ibu senantiasa mempertahankan Coping Stres yang tepat. E. Penegasan Istilah Supaya persoalan yang dibicarakan yang dibicarakan dalam penelitian yang berjudul Ccoping Stres pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus(abk) di SLB Nurul Ikhsan desa Ngadiluwih kecamatan ngadiluwih kabupaten kediri, maka untuk memberikan penjelasan dan pemahaman, penulis memberi penegasan istilah sebagai berikut: 1. Coping berasal dari kata Cope yang secara bahasa berarti menanggulangi/ menguasai. Sedangkan menurut istilah, menangani suatu masalah menurut suatu cara; sering kali dengan cara menghindari, melarikan diri dari/ mengurangi kesulitan dan bahaya yang timbul. 13 2. Stres berasal dari kata Stringere yang mempunyai arti ketegangan, dan tekanan. Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. 14 3. Menurut Gearheart dalam Skripsi yanng ditulis oleh Rr. Rahajeng Berlianingtyas Bethayana, mendefinisikan anak dengan kebutuhan khusus sebagai anak yang memerlukan persyaratan pendidikan yang berbeda dari 13 Kartini Kartono,Dali Gulo,Kamus Psikologi,(Bandung:Pionir Jaya,2000), hlm.488 14 Teguh Wangsa,Menghadapi stres dan Depresi: Seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia,(Yogyakarta:Tugu Publisher,2009),hlm.15

rata-rata anak normal, dan untuk belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas, dan materi khusus. 15 F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembaca dalam memahami maksud dan isi pembahasan, berikut ini peneliti kemukakan sistematika skripsi yang terdiri dari: Bagian Awal, yang terdiri dari : halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran, transliterasi dan abstrak. Bagian utama (inti) terdiri dari: Bab I Pendahuluan,yang meliputi: (a) Konteks Penelitian, (b) Fokus Penelitian, (c) Tujuan Penelitian, (d) Kegunaan Penelitian, (e) Penegasan Istilah, (f) Sistematika Pembahasan. Bab II merupakan Tinjauan Pustaka, terdiri dari: (a) Pembahasan tentang Stres, yang terdiri dari; Pengertian Stres, Sumber-sumber Stresor, Faktor yang Mempengaruhi terhadap Stres, Penilaian terhadap Stres dan Indikasi Stres, (b) Pembahasan tentang Coping, yang terdiri dari; Pengertian Coping,Bentuk-bentuk Coping Stres, Aspek-aspek dari Bentuk Coping, Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Coping Stres, dan Proses Terjadinya Coping,(c) Pembahasan tentang Anak Berkebutuhan Khusus(ABK), yang terdiri dari; Pengertian ABK, Kelompok-kelompok ABK, ABK dislb Nurul Ikhsan Ngadiluwih-Kediri dan Coping Stres Ibu yang Memiliki ABK. 15 Rr. Rahajeng Berlianingtyas Bethayana,Deskripsi Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus disekolah Inklusi, (Yogyakarta: Skripsi. Program S1 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2007)

Bab III: Metode Penelitian, terdiri dari; Rancangan Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Analisa Data, Pengecekan Keabsahan Temuan, dan Tahap-tahap Penelitian. Analisis Data. Bab IV: Hasil Penelitian, terdiri dari; Deskripsi Data, Temuan Penelitian, Bab V: Pembahasan. Bab VI: Penutup, yang terdiri dari; Kesimpulan dan Saran. Bagian akhir, terdiri dari Daftar Rujukan, Lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan dan daftar riwayat hidup.