BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Isi media merupakan suatu bentuk kontruksi realitas sosial. Media massa sebagai sarana dari komunikasi massa melakukan kontruksi terhadap pesan-pesan yang disampaikan berupa tulisan-tulisan, gambar dan suara, atau symbol-simbol lain melalui proses penyeleksian dan manipulasi tertentu sesuai dengan keinginan atau pun ideologi seseorang. Dari sebuah kontruksi realitas sosial yang ditampilkan oleh media menimbulkan sebuah representasi makna dari setiap orang atau sekelompok orang. Representasi merupakan salah satu aspek yang berperan dalam membentuk kebudayaan. Representasi bekerja secara berkesinambungan dengan identitas, regulasi budaya, konsumsi, dan produksi. Kata representasi secara literal bermakna penghadiran kembali atas sesuatu yang terjadi sebelumnya, memediasi, dan memainkannya kembali. 1 Konsep ini sering digunakan untuk menggambarkan hubungan antara teks media dengan realitas karena representasi merupakan salah satu praktik penting dalam pembentukan makna. Dalam pembentukan makna pada seseorang atau kelompok tak terlepas dengan adanya suatu tanda dan simbol. Tanda merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk memaknai sesuatu yang lain. Tanda dapat bentuk kata, tulisan 1 John Hartley,.Communications, Cultural dan Media Studies :The Concept 3 rd Edition. Yogyakarta: Jalasutra.2004 hal 256 1
2 dan gambar. Sedangkan simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau objek, dalam arti yang tepat simbol dapat dipersamakan dengan citra (image) dan menunjuk pada suatu realitas. Dari pembuatan tanda yang menyimbol kan sesuatu terbentuk makna yang merupakan hasil interaksi dinamis antara tanda, interpretant dan simbol, makna secara historis ditempatkan dan mungkin akan berubah seiring dengan perjalanan waktu. Seseorang atau kelompok mempunyai gagasan dan pola pikir yang berbedabeda terhadap makna yang ditampilkan media. Memaknai langsung tentang isi dari tampilan media yang tampak oleh panca indra disebut juga dengan makna denotative. Dengan arti lain makna denotatife adalah makna yang sesungguhnya atau gambaran dari suatu tanda sesuai dengan yang terlihat. Sedangkan memaknai isi pesan media dengan menghubungkan nilai-nilai dari ideologi dan kontruksi budaya yang ada disebut dengan makna konotatif 2. Media massa sebagai pemberi informasi dan kontrol sosial dalam berbagai aspek-aspek kehidupan, salah satunya di bidang politik. Komunikasi politik dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau symbolsimbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik. 3 Oleh sebab itu, media massa saat ini mulai dari cetak (Koran, majalah, baliho dll), 2 Alex Sobur,.Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya 2004 hal 71 3 Henry Subiakto & Rachmah Ida,.Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta : Kencana.2012 hal 17
3 elektronik (televisi, radio, internet ) di penuhi dengan pesan yang mengadung politik seperti sosialisasi, sindiran, pencitraan, bahkan pesan untuk menjatuhkan lawan politikwalupun tidak semua media komunikasi berpolitik. Hal ini dilakukan karena media massa mempunyai kekutan untuk dapat mengubah suatu gagasan dan makna dengan menampilkan program-program sehingga khlayak mempunyai prespektif atau makna yang sesuai dengan apa yang ditampilkan oleh media. Dalam industri pertelevisian, saat ini muncul bermacam program-program dari stasiun televisi yang menampilkan bagaimana potret situasi politik yang sedang berlangsung. Setiap stasiun televisi mempunyai strategi dalam membuat program tv yang kemas dengan berbagai jenis acara sehingga program itu dapat menarik minat penonton (audience). Salah satuya adalah MNC TV, televisi yang dahulunya bernama TPI ini membuat program yang bernama Wayang Kampung Sebelah (WKS). MNC TV menampilkan realitas politik dengan media yang sangat menarik yaitu dengan menampilkan pertunjukan wayang. KesenianWayang sudah ada lebih dari 3000 tahun silam di Indonesia yaitu sekitar abad ke-15 4.Pertunjukkan wayang semula merupakan upaca keagamaan atau upacara yang berhubungan dengan kepercayaan untuk memuja Hyang dikerjakan diwaktu malam hari dengan mengambil cerita-cerita dari leluhur nenek moyangnya atau menggambarkan tokoh para leluhur, legenda kepala suku, lambat laun hilang 4 Sri Mulyono,.Wayang, Asalusul, Filsafat, dan Masa Depannya. Jakarta : Haji Masagung. 1978 hal. 1
4 dengan citra dewa-dewa Hindu dari daratan India yaitu cerita tentang Ramayana dan Mahabharata 5.Dalam perjalananya wayang kemudian berkembang menjadi media hiburan, syiar agama pada masa periode islam maupun pesan politik dan media komunikasi massa pada masa kolonial dan paska kemerdekaan.cerita wayang yang sering menceritakan dewa-dewa dan kepercayaan Animesme membuat wayang menjadi kesenian yang sangat spiritual serta sangat sakral.penggambaran karakter pada tokoh wayang dibentuk dengan penuh makna sehingga pembentukan dan pembuatan setiap tokoh wayang tidak sembarangan. Wayang adalah wewayangan ngaurip (cerminan jiwa dan karakter manusia). Sebagai uangkapan seni, bentuk atau figure natural manusia digayakan atau distilasasi menjadi pipih sehingga kehilangan bentuk trimatra (tiga dimensi)- nya 6. Perkembangan ilmu teknologi dan perkembangan zaman membuat adanya sebuah budaya baru atau yang dikenal dengan budaya popular. Budaya populer adalah seperangkat ide, perspektif, sikap, gambaran dan fenomena lain, yang menurut consensus umum berada dalam lingkaran mainstream (arus utama) dari budaya yang ada 7. Dengan adanya budaya populer, Kesenian budaya wayang yang dulunya bersifar sepiritual dan sakral menjadi sebuah wayang yang mempunyai wajah baru dan konsep dengan bentuk tokoh yang sudah modern dan cerita yang lebih menghibur masyarakat seperti pertujukan Wayang Kampung Sebelah. Wayang Kampung Sebelah (WKS) adalah sebuah perkembangan yang 5 Sri Mulyono,.Wayang, Asalusul, Filsafat, dan Masa Depannya. Jakarta : Haji Masagung. 1978 hal 56 6 Heru S Sudjarwo, Sumari & Undung Wiyono. Rupa & Karakter Wayang Purwa.Jakarta : Kaki Langit Kencana. 2010 hal 15 7 Henry Subiakto & Rachmah Ida,.Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi Jakarta: Kencana2012 hal 124
5 positif dalam budaya wayang di Indonesia. Dengan gagasan baru dan konsep baru dalam kesenian wayang merupakan suatu bentuk melestarikan dan mengembangkan minat masyarakat Indonesia untuk mencintai seni dan budaya asli Indonesia sehingga seni dan budaya tidak punah serta selalu ada untuk di nikmati juga di banggakan. Program Wayang Kampung Sebelah adalah program yang berjenis variety show, tayang pada hari sabtu dan minggu jam 23.00 WIB. Dalam program ini menampilkan pertunjukan wayang klasik : yakni menggunakan kelir (bahan kain ) dan lampu namun memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan itu antara lain pada lakon dan cerita yang tidak lagi menceritakan kisah Ramayana dan Mahabrata tapi WKS mengangkat kisah dari fenomena kehidupan nyata yang di alami masyarakat Indonesia dari segi sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Wayang Kampung Sebelah berdiri dan berkembang di Kota Surakarta dengan dalang Ki Jlitheng Suparman. Jenis wayang yang dipertunjukan adalah wayang kulit konteporer karna penciptaan tokoh-tokoh dan karakter di WKS seperti halnya masyarakat kampung yang plural, terdiri dari penarik becak, bakul jamu, preman, pelacur, pak RT, pak lurah, hingga pejabat negara. Nama Karakter di WKS di antaranya Kampret, Karyo, Lurah Somad, Eyang Sidik Wacono, Hansip Sodrun dan Silvy. Program ini disajikan secara menghibur dalam bentuk komedi melalui candaan, tingkah laku, serta karakter karakter dari tokoh, program ini juga memberikan edukasi dan pesan moral dalam kehidupan social, sehingga mempunyai ciri khas dan daya tarik penonton untuk menonton program Wayang Kampung Sebelah. Dalam setiap episode atau pertunjukan program ini
6 menayangkan lakon pewayangan yang terjadi di dalam sebuah desa bernama desa Bangun Jiwo, dalam desa tersebut menceritakan kisah realitas kehidupan masyarakat sekarang dengan sindiran-sindiran yang lahir dari cerita dan tokoh wayang yang secara langsung atau tidak langsung mencerminkan bagaimana potret politik dan keadaan sosial yang terjadi di Indonesia. WKS merupakan bentuk kritikan sosial dan pembelajaran politik serta budaya sehingga Wayang Kampung Sebelah merukapakan wayang yang mempunyai nilai Adiluhung. Karakter-karakter pada tokoh Wayang Kampung Sebelah mempunyai keunikan tertentu baik dari segi bentuk wajah, postur tubuh, gaya bicara, watak, tingkah laku dan ciri khas lainnya yang seolah-olah menggambarkan tokoh politik dan keadaan politik di Indonesia. Karna dari itu, peneliti ingin membuat penelitian lebih dalam mengenai makna yang terjadi terhadap potret komunikasi politik pada karakteristik tokoh dalam program Wayang Kampung Sebelah di MNC TV. Tokoh pada program ini merupakan suatu symbol yang mempunyai makna dan makna tersebut dapat diartikan melalui sebuah penelitian sehingga dapat mengetahui, memahami dan mendeskripsikan arti atau maksud dari pesan yang disampaikan baik dari aspek social maupun dari aspek politik. 1.2 Fokus Penelitian Fokus pada penelitian ini adalah menginterpretasikan makna dari karakter tokoh wayang per wayang dari karakter tokoh Lurah Somad, Lek Karyo dan Pak Bayan Sitompel. Penelitian ini difokuskan pada makna masing-masing tanda
7 berupa ikon yang ada pada bentuk gambar tokoh karakter Wayang Kampung Sebelah di MNCTV 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Interpretasi Karakter Wayang Kampung Sebelah sebagai Medium Komunikasi Politik di MNC TV? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara terperinci mengenai Interpretasi Karakter Wayang Kampung Sebelah sebagai Medium Komunikasi Politik di MNC TV. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Akademis Secara akademis khususnya bagi Ilmu Komunikasi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pengetahuan dan inspirasi di bidang broadcasting untuk tambahan referensi yang bisa dimanfaatkan sebagai kepustakaan. 1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan dari aspek politik bagi pembaca yang menonton program Wayang Kampung Sebelah dan memberikan pemahaman, bahwa di dalam sebuah tayangan televisi terdapat makna pesan di balik gambar (visual) maupun suara (audio) yang di
8 tampilkan, sehingga masyarakat yang membaca penelitian ini mampu menyadari makna dan pesan yang disampaikan sehingga tidak terjerumus oleh pesan negative dari tayangan telivisi. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kepribadian pembaca untuk menghargai dan mencintai seni dan budaya agar seni dan budaya Indonesia serta menjadikan inspirasi untuk lebih melestarikan seni wayang agar tidak punah termakan zaman.penelitian ini sebagai bentuk Apresiasi dan kebanggan penulis kepada dalang Ki Jlitheng Suparman dan seluruh timproduksi program MNC TV yang sudah mengangkat seni budaya wayang dengan konsep yang berbeda, dan lebih menarik untuk di tonton kalangan muda sampai tua. Penulis berharap apresiasi dan kebanggan penulis dapat di jadikan ispirasi bagi Ki Jlitheng Suparman dan crew produsksi untuk terus melestarikan seni budaya asli Indonesia.