I. PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah No 32 Tahun jajaran pemerintahan di daerah untuk dapat mempercepat terwujudnya

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik dan transparan, walaupun perencanaan yang baik dapat dibuat

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang lebih baik dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rencana Strategis (Renstra) Bappeda Kabupaten Lahat Tahun BAB I PENDAHULUAN

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) INSPEKTORAT KAB.MURA TAHUN ANGGARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

Rencana Strategis (RENSTRA)

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KABUPATEN BADUNG TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Camat Tualang Kabupaten Siak Tahun 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

L A P O R A N K I N E R J A

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 Tahun 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN FORUM DELEGASI MUSRENBANG KABUPATEN SUMEDANG

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999.

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geografis yang strategis merupakan salah satu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi.

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARANUMUMDINAS PENGELOLAAN KEUANGANDAN ASETKABUPATEN ROKAN HULU. 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II RENCANA STRATEGIS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB II PROGRAM KERJA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

KATA PENGANTAR. Ngawi, Januari 2018 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENPENCATATAN SIPIL KABUPATEN NGAWI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan era informasi saat ini, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah No 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang No 22 Tahun 1999 menuntut seluruh jajaran pemerintahan di daerah untuk dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dengan otonomi seluas-luasnya yang diberikan kepada daerah, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan mernperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, serta potensi keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut otonomi daerah yang sedang berjalan saat ini mengharuskan seluruh lembaga perangkat daerah untuk menyesuaikan diri dengan menata ulang serta melakukan perubahan orientasi dari orientasi kerja menuju orientasi pelayanan prima. Tingkat perubahan yang berjalan dengan cepat pada semua sisi kehidupan menjadi ciri utama kondisi yang terjadi saat ini. Hal serupa juga dialami oleh bidang Pemerintahan yang juga senantiasa berhadapan dengan perubahan lingkungan, baik ekonomi maupun sosial masyarakat yang dinamis. Kondisi tersebut secara tidak langsung menuntut setiap komponen di Pemerintahan untuk mampu memberikan pelayanan secara efektif dan efisien, baik dalam lingkungan Pemerintah daerah maupun Pemerintah pusat.

Menurut Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri (2004), prinsip penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat, harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal penting lainnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam mewujudkan tujuan negara. Kabupaten Bogor sebagai salah satu wilayah yang berdekatan dengan ibukota negara tidak terlepas dari paradigma perubahan seiring perubahan struktur sosial dan perkembangan ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat Kabupaten Bogor. Dengan berlakunya Undang- Undang nomor 22 tahun 1999 yang kemudian di revisi menjadi Undang- Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Perundang-Undangan lain yang mengatur otonomi daerah, berarti pelimpahan wewenang kepada daerah semakin banyak dan luas. Kondisi diatas menuntut daerah agar menyusun program-program dan strategi pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi serta karakteristik wilayah, mempertimbangkan perkembangan ekonomi wilayah, pola interaksi internal dan eksternal.

Pada masa lalu ditinjau dari posisinya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) hanya sebagai Lembaga atau Badan Perencanan Daerah yang hanya membidangi perencanaan pembangunan di wilayah Daerah Tingkat II sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya yang meliputi : penyusunan pola dasar pembangunan daerah, menyusun rencana pembangunan lima tahunan daerah, menyusun rencana tahunan daerah, menyusun dokumen evaluasi dan pengendalian program daerah, menyelenggarakan rapat koordinasi pembangunan dan menyusun RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) tingkat Kabupaten. Bappeda Kabupaten Bogor sebagai salah satu instansi pemerintah dituntut untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik yaitu dengan mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsinya. Dalam upaya tersebut Bappeda Kabupaten Bogor menyusun perencanaan strategik sebagai acuan pelaksanaan kegiatan selama lima tahun. Perencanaan strategic diharapkan dapat menuntun langkah pencapaian visi dan misi organisasi. Dalam penyusunan perencanaan daerah yang baik harus ditunjang dengan data akurat dan informasi yang relevan terutama yang terkait dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat terhadap pembangunan daerah (Bappeda Kabupaten Bogor, 2005). Dalam menjalankan proses perencanaan pembangunan, data mengenai perkembangan wilayah, kondisi sektoral, hingga data tentang indeks pembangunan manusia di Kabupaten Bogor merupakan bahan dasar yang harus dimiliki oleh Bappeda Kabupaten Bogor guna

menghasilkan perencanaan pernbangunan di Kabupaten Bogor. Namun demikian, saat ini Bappeda Kabupaten Bogor belum rnampu rnengoptimalkan pusat data yang dirniliki sehingga belum mampu rnensinergikan perencanaan antar bidang pernbangunan. Tidak sinerginya perencanaan antar bidang juga rnenyebabkan pernbangunan yang tidak rnerata antar wilayah karena rnasih belum optirnalnya koordinasi antar sektor dengan prioritas pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pernerintah Propinsi maupun Pemerintah Pusat (Bappeda Kabupaten Bogor, 2005) Permasalahan lain yang timbul akibat tidak optimalnya pusat data di Bappeda Kabupaten Bogor adalah tidak jelasnya informasi pembangunan kepada stakeholders karena inforrnasi pernbangunan yang dikeluarkan oleh Bappeda dengan inforrnasi pembangunan yang dikeluarkan oleh Kantor atau Dinas teknis yang rnenangani bidang tertentu berbeda-beda. Hal ini menyebabkan setiap perurnusan dokurnen perencanaan harus rnencocokkan data dengan dinas teknis untuk mernperoleh kondisi yang sebenarnya. Darnpak lain yang timbul akibat belum optimalnya pusat data di Bappeda Kabupaten Bogor adalah tidak berfungsinya indikator kegiatan atau program yang telah ditetapkan sebelumnya. Perrnasalahan lain di Bappeda Kabupaten Bogor sebenarnya juga terjadi di daerah lain terutama dalam ha1 koordinasi antar bidang. Salah satu ha1 yang rnenjadi perhatian adalah belum adanya kerangka koordinasi yang serasi dan kondusif antara pihak Bappeda Kabupaten Bogor sebagai eksekutif dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari

sisi legislatif. Selain itu perencanaan pembangunan antar sektoral juga belum berjalan serasi dan seimbang (Bappeda Kabupaten Bogor, 2005). Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (2002), Badan Perencanaan Pembangunan yang ada didaerah masih memiliki kelemahan dalam Koordinasi perencanaan antar program pengembangan terhadap prioritas sektor serta lemahnya peran propinsi dalam koordinasi informasi pengembangan terutama untuk sebuah kawasan terhadap prioritas di kabupaten. Selanjutnya Bappenas (2002) menyatakan masih kuatnya ego sektoral dan kuatnya peran sektoral pusat telah melemahkan upaya integrasi program di daerah sehingga kurang memperhatikan kebutuhan serta permasalahan yang terjadi di daerah. Untuk itu, perlu upaya konkrit guna mewujudkan perencanaan daerah yang mampu menjawab kebutuhan dan masalah masyarakat melalui pendekatan partisipatif dan aspiratif serta mengutamakan keberpihakan kepada kepentingan segenap lapisan masyarakat. Dalam pelaksanaannya ha1 tersebut perlu melibatkan tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi massa, Asosiasi Profesi, kalangan Perguruan Tinggi dan lain-lain, dan diharapkan dapat memberikan peran lebih besar kepada masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya mengenai kebutuhan perencanaan pembangunan di wilayah tingkat kabupaten (Bappenas, 2002). Selain permasalahan diatas Pemerintah Kabupaten Bogor berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat Kabupaten Bogor di era otonomi daerah dengan melakukan perbaikan yang berkaitan dengan

pelayanan birokrasi dengan menerapkan prinsip berpikir strategis, bervisi strategis dan memiliki manajemen yang strategis (Pemerintah Kabupaten Bogor, 2003) Dengan kondisi tersebut diatas, Bappeda Kabupaten Bogor sebagai bagian dari Pemerintah Kabupaten Bogor dituntut untuk rnemenuhi dan mewujudkan keinginan dari Pemerintah Kabupaten Bogor. Kondisi saat ini Bappeda Kabupaten Bogor belum memiliki strategi pengembangan organisasi yang baik dan terfokus sehingga organisasi kurang dinamis mengikuti perubahan lingkungannya. Perencanaan strategik yang dimiliki. tidak cukup menfokuskan pada pengembangan organisasi, namun lebih berorientasi pada output atau produk perencanaan yang dihasilkan. Dengan demikian perlu upaya pengembangan dan pemberdayaan manajemen di Bappeda Kabupaten Bogor yang berbasis kompetensi dengan mengkaji faktor-faktor. eksternal dan internal organisasi untuk lebih mengoptimalkan kinerja, koordinasi dan informasi dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Bogor. Dengan demikian Bappeda Kabupaten Bogor dapat menjadi lembaga perencanaan daerah yang mampu mewujudkan harapan masyarakat Kabupaten Bogor. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor

sebagai dasar dalam perumusan strategi organisasi sebagai upaya meningkatkan kualitas perencanaan seluruh kegiatan di lingkungan Kabupaten Bogor. 2. Bagaimana rumusan arsitektur strategik fungsi dan peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor untuk kurun waktu lima tahun kedepan (2007-2011) dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas perencanaan. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menganalisa dan mendeskripsikan visi, misi dan lingkungan internal dan eksternal Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam meningkatkan kualitas perencanaan seluruh kegiatan di lingkungan Pernerintah Daerah Kabupaten Bogor 2. Merumuskan arsitektur strategik fungsi dan peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor untuk kurun waktu lima tahun kedepan (2007-2011). 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat dibawah ini: 1. Sebagai masukan bagi Bappeda serta Pemerintah Kabupaten Bogor dalam rangka merumuskan strategi serta langkah-langkah perencanaan strategik yang lebih terarah berdasarkan kondisi

internal dan eksternalnya terutama bagi pengembangan organisasi. 2. Sebagai bahan perbandingan dan landasan bagi penentu kebijakan lainnya untuk lebih menggali, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi inti Bappeda Kabupaten Bogor. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah menelaah sejauh mana faktor-faktor eksternal dan internal yang dianggap sebagai peluang dan ancaman maupun kekuatan dan kelemahan mempengaruhi upaya pengembangan dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah yang berbasis kompetensi di Bappeda Kabupaten Bogor dan strategi dalam pengembangan dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah tersebut untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Bogor. Penelitian ini hanya terbatas pada penentuan arsitektur strategik sedangkan implementasi strategi diserahkan Bappeda Kabupaten Bogor.