BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMALISASI PARAMETER PROSES INJEKSI PADA HDPE RECYCLE MATERIAL UNTUK MEMPEROLEH MINIMUM SINK MARKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE TAGUCHI TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMALISASI PARAMETER PROSES INJEKSI PADA ABS RECYCLE MATERIAL UNTUK MEMPEROLEH SHRINKAGE MINIMUM TUGAS AKHIR

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KOMPARASI PARAMETER INJEKSI OPTIMUM PADA LDPE RECYCLED DAN VIRGIN MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

KOMPARASI PARAMETER INJEKSI OPTIMUM PADA HDPE RECYCLED DAN VIRGIN MATERIAL

ABSTRACT

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

KOMPARASI PARAMETER INJEKSI OPTIMUM UNTUK LDPE RECYCLED DAN VIRGIN MATERIAL TUGAS AKHIR

OPTIMALISASI PARAMETER INJEKSI UNTUK MINIMASI SHRINKAGE, SINK MARKS DAN WARPAGE PADA INDUSTRI MOLD MODERN

OPTIMALISASI PARAMETER PROSES INJEKSI PADA ABS RECYCLE MATERIAL UNTUK MEMPEROLEH SHRINKAGE LONGITUDINAL DAN TRANVERSAL

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

OPTIMALISASI PROSES INJEKSI PLASTIK MENGGUNAKAN MOLDFLOW DUAL-DOMAIN PADA DESAIN BASE PLATE

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL

Optimalisasi Parameter Proses Injeksi Dan Karakterisasi Sifat Mekanis Bahan Daur Ulang Plastik Komoditas

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

OPTIMASI CACAT SHRINKAGE PRODUK CHAMOMILE 120 ML PADA PROSES INJECTION MOLDING DENGAN METODE RESPON SURFACE

Analisa Pengaruh Parameter Proses Injection Moulding Terhadap Berat Produk Cap Lem Fox Menggunakan Metode Taguchi

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

Predi Arif Nugroho, Danar Susilo Wijayanto dan Budi Harjanto

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMALISASI PROSES INJEKSI MOLDING MENGGUNAKAN MOLDFLOW DUAL-DOMAIN PADA DESAIN BASE PLATE

Jl. Gaya Motor Raya No 8, Jakarta, Indonesia Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia 40132

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH PARAMETER TEKANAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING BERBAHAN POLYPROPYLENE

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Optimalisasi Sink Mark Index Pada Produk Plastik Dengan Variasi Ketebalan Ekstrim Menggunakan Simulasi Moldflow

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS HASIL EKSPERIMEN. Tiga Gemilang selama ini memproses produk plastik dengan menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TAGUCHI. Pengertian metode penelitian secara umum adalah membahas bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi.

ANALISIS PARAMETER INJECTION MOLDING TERHADAP WAKTU SIKLUS DAN CACAT FLASH PRODUK TUTUP BOTOL 180 ML MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics

ANALISIS WARPAGE BERDASARKAN ALIRAN MATERIAL DAN SISTEM PENDINGIN PADA CETAKAN INJEKSI PLASTIK DAN OPTIMASI PADA PRODUK KIPAS JARI

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PLASTIK DENGAN CETAKAN BERSALURAN PENDINGIN CONFORMAL

O C. Temperatur injeksi di bawah temperatur leleh akan

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH BENTUK SALURAN PENDINGIN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJEKSI PLASTIK BERBAHAN POLYPROPYLENE

Studi Eksperimental Pengaruh Paramater Proses Pencetakan Bahan Plastik Terhadap Cacat Penyusutan (Shrinkage) Pada Benda Cetak Pneumatics Holder

ANALISA PENGARUH WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE PADA PROSES INJEKSI PLASTIK BAHAN POLYPROPYLENE (PP)

Rizka Zahra Wulansari, Yuyun Estriyanto, S.T.,M.T., Budi Harjanto, S.T.,M.Eng.

TUGAS AKHIR PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK

INJECTION MOULDING. Gb. Mesin Injeksi. Gambar. Skema proses injection moulding

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. : Achmad Muttaqin NPM :

Kata kunci: Taguchi method, Multirespon, Combined Array, TOPSIS

ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER INJECTION TIME MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX

BAB 3 METODE PENELITIAN

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH KOMPOSISI CERAMIC SHELL PADA INVESTMENT CASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN POROSITAS PRODUK TOROIDAL PISTON

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pengukuran Spesimen Pada metode DOE Taguchi yang dilakukan menggunakan analisis mean atau nilai rata rata disetiap percobaan, analisis mean pada data pengukuran bertujuan untuk memperoleh besarnya persentase shrinkage pada setiap percobaan. 4.1.1 Hasil Pengukuran Longitudinal Proses pengukuran longitudinal menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,02 mm. Dari pengukuran yang telah dilakukan didapat hasil pada percobaan 2 memiliki nilai shrinkage maksimum sedangkan pada percobaan ke 13 memiliki nilai shrinkage minimum. Dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pengukuran longitudinal maksimum PERCOBAAN 2 Shrinkage No. Longitudinal (mm) Longitudinal 1 151,38 0,434 2 151,38 0,434 3 151,3 0,486 4 151,38 0,434 5 151,4 0,420 6 151,36 0,447 7 151,4 0,420 8 151,4 0,420 9 151,5 0,355 10 151,5 0,355 Rata-rata 151,4 0,420 40

41 Tabel 4.2 Hasil pengukuran longitudinal minimum PERCOBAAN 13 Shrinkage No. Longitudinal (mm) Longitudinal 1 151,62 0,276 2 151,6 0,289 3 151,62 0,276 4 151,58 0,302 5 151,62 0,276 6 151,6 0,289 7 151,6 0,289 8 151,62 0,276 9 151,62 0,276 10 151,6 0,289 Rata-rata 151,608 0,284 Berdasarkan hasil yang didapat perhitungan mean nilai rata- rata shrinkage terukur pada percobaan ke 2 adalah 0,64 mm dan pada percobaan ke 13 didapat nilai rata- rata shrinkage terukur sebesar 0,44 mm. Dari data shrinkage terukur dapat dihitung untuk mengetahui presentasi rata- rata shrinkage pada percobaan 2 dan 13, dengan menggunakan rumus Pada percobaan ke 2 didapat nilai terukur rata-rata longitudinal 151,4 mm, maka persentase shrinkagenya adalah Pada percobaan ke 13 didapat nilai terukur rata-rata longitudinal 151,6 mm, maka persentase shrinkagenya adalah

42 Maka dari percobaan ke 2 didapat presentase shrinkage sebesar 0,42% dan persentase nilai shrinkage pada percobaan ke 13 sebesar 0,28 %. 4.1.2 Hasil Pengukuran Transversal Proses pengukuran transversal menggunakan micrometer dengan ketelitian 0,01 mm. Pada pengukuran transversal dilakukan pengukuran pada tiga titik di tengan produk, kemudian hasil dari pengukuran tiga titik di rata-rata untuk dicari nilai shrinkagenya. Hasil pengukuran transversal pada percobaan ke 2, ke 13dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Tabel 4.3 Hasil pengukuran transversal maksimum PERCOBAAN 2 No. Tranversal ( mm) Rata-rata Shrinkage Transfersal 1 9,77 9,82 9,8 9,796 2,033 2 9,76 9,57 9,69 9,673 3,266 3 9,7 9,75 9,75 9,733 2,666 4 9,71 9,8 9,71 9,74 2,6 5 9,71 9,74 9,73 9,726 2,733 6 9,76 9,76 9,73 9,75 2,5 7 9,77 9,84 9,8 9,803 1,966 8 9,79 9,74 9,76 9,763 2,366 9 9,77 9,77 9,75 9,763 2,366 10 9,76 9,98 9,72 9,82 1,8 Rata-rata 9,75 9,777 9,744 9,757 2,43 Tabel 4.4 Hasil pengukuran transversal minimum PERCOBAAN 13 Shrinkage No. Tranversal ( mm) Rata-rata Transversal 1 9,86 9,93 9,94 9,91 0,9 2 9,93 9,93 9,93 9,93 0,7

43 3 9,97 9,96 9,98 9,97 0,3 4 9,96 9,96 9,95 9,956 0,433 5 9,94 9,95 9,91 9,933 0,666 6 9,85 9,83 9,88 9,853 1,466 7 9,89 9,93 9,89 9,903 0,966 8 9,96 9,91 9,87 9,913 0,866 9 9,97 9,94 9,88 9,93 0,7 10 9,95 9,9 9,93 9,926 0,733 Rata-rata 9,928 9,924 9,916 9,922 0,773 Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakuakan didapat perhitungan mean nilai rata-rata shrinkage terukur pada percobaan ke 2 sebesar 0,25 mm, pada percobaan ke 13 didapat 0,08 mm. Dari data shrinkage terukur dapat dihitung untuk mengetahui persentase rata- rata shrinkage pada percobaan 2 dan 13, dengan menggunakan rumus Pada percobaan ke 2 didapat nilai terukur rata-rata transversal 9,75 mm, maka persentase shrinkage rata-ratanya adalah Pada percobaan ke 13 didapat nilai terukur rata-rata transversal 9,92 mm, maka persentase shrinkage rata-ratanya adalah Maka dari percobaan ke 2 didapat persentase shrinkage sebesar 2,43 % dan persentase nilai shrinkage pada percobaan ke 13 sebesar 0,77 %. 4.1.3 Hasil Pengukuran Far Gate Proses pengukuran far gate menggunakan micrometer dengan ketelitian 0,01 mm. Hasil pengukuran far gate pada percobaan ke 2, ke 13 terdapat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6.

44 Tabel 4.5 Hasil pengukuran far gate maksimum Percobaan 2 No Far gate (mm) Shinkage 1 19,97 0,646 2 19,98 0,597 3 19,95 0,746 4 19,97 0,646 5 19,96 0,696 6 19,97 0,646 7 19,98 0,597 8 19,98 0,597 9 19,97 0,646 10 19,96 0,696 Rata- rata 19,969 0,651 Tabel 4.6 Hasil pengukuran far gate minimum Percobaan 13 No Far gate (mm) Shinkage 1 19,97 0,646 2 19,99 0,547 3 19,98 0,597 4 20 0,497 5 19,99 0,547 6 19,98 0,597 7 19,98 0,597 8 19,99 0,547 9 20 0,497 10 19,97 0,646 Rata-rata 19,985 0,572

45 Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakuakan didapat perhitungan mean nilai rata-rata shrinkage terukur pada percobaan ke 2 sebesar 0,04 mm, pada percobaan ke 13 didapat 0,02 mm. Dari data shrinkage terukur dapat dihitung untuk mengetahui persentase rata- rata shrinkage pada percobaan 2 dan 13, dengan menggunakan rumus Pada percobaan ke 2 didapat nilai terukur rata-rata far gate 19,96 mm, maka persentase shrinkage rata-ratanya adalah Pada percobaan ke 13 didapat nilai terukur rata-rata far gate 19,98 mm, maka persentase shrinkage rata-ratanya adalah Maka dari percobaan ke 2 didapat persentase shrinkage sebesar 0,65 % dan persentase nilai shrinkage pada percobaan ke 13 sebesar 0,57 %. 4.1.4 Hasil Pengukuran Near Gate Proses pengukuran near menggunakan micrometer dengan ketelitian 0,01 mm. hasil pengukuran near gate percobaan ke 2 dan ke 13 dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8. Tabel 4.7 Hasil pengukran near gate maksimum Percobaan 2 Near Percobaan No gate (mm) Shinkage 1 19,98 0,597 2 19,95 0,746 3 19,97 0,646

46 4 19,99 0,547 5 19,96 0,696 6 19,98 0,597 7 19,98 0,597 8 19,98 0,597 9 19,98 0,597 10 19,96 0,696 Rata- rata 19,973 0,631 Tabel 4.8 Hasil pengukuran near gate minimum Percobaan 13 Percobaan No Near gate (mm) Shinkage 1 19,99 0,547 2 19,99 0,547 3 19,99 0,547 4 20 0,497 5 19,99 0,547 6 19,98 0,597 7 19,98 0,597 8 19,99 0,547 9 20 0,497 10 19,99 0,547 Rata- rata 19,99 0,547 Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakuakan didapat perhitungan mean nilai rata-rata shrinkage terukur pada percobaan ke 2 sebesar 0,03 mm, pada percobaan ke 13 didapat 0,01 mm. Dari data shrinkage terukur dapat dihitung untuk mengetahui persentase rata- rata shrinkage pada percobaan 2 dan 13, dengan menggunakan rumus

47 Pada percobaan ke 2 didapat nilai terukur rata-rata near gate 19,973 mm, maka persentase shrinkage rata-ratanya adalah Pada percobaan ke 13 didapat nilai terukur rata-rata near gate 19,99 mm, maka persentase shrinkage rata-ratanya adalah Maka dari percobaan ke 2 didapat persentase shrinkage sebesar 0,63 % dan persentase nilai shrinkage pada percobaan ke 13 sebesar 0,58 %. 4.2 Analisa Shrinkage pada Longitudinal dan Transversal Pada hasil penelitian yang dilakukan nilai shrinkage pada longitudinal lebih kecil dibandingkan dengan nilai shrinkage transversal. Nilai shrinkage pada percobaan ke 2 dan 13dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Nilai shrinkage longitudinal dan transversal Shrinkage No. Standar Deviasi Percobaan Longitudinal Transversal Longitudinal Transversal 2 0,42 2,43 0,039 0,429 13 0,28 0,77 0,009 0,317 Analisa nilai shrinkage longitudinal dan transversal, diperlukan agar spesimen yang dihasilkan memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan desain produk. Nilai shrinkage longitudinal lebih kecil dibandingkan transversal. Hal ini dikarenakan pada daerah transversal terdapat cekungan atau sink mark yang dapat mengakibatkan besarnya persentase nilai shrinkage yang didapat pada daerah transversal, dikarenakan derajat penyusutan atau sink mark berbanding lurus dengan besarnya persentase shrinkage.(gb.4.1)

48 Gambar 4.1 Sink mark estimate Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya derajat penyusutan pada daerah transversal adalah proses pemampatan cairan plastik kedalam cetakan tidak bekerja secara maksimal, untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan penambahan holding pressure pada parameter proses pembuatan produk plastik, yang bertujuan untuk memaksimalkan proses pemampatan sehingga derajat penyusutan atau cekukan dapat dihindari, dan bisa meningkatkan kualitas produk secara optimal dengan persentase shrinkage yang kecil. 4.3 Analisa Shrinkage pada Far Gate dan Near Gate Persentase shrinkage far gate dan near gate dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Persentase shrinkage far gate dan near gate No. Shrinkage Percobaan Near gate Standar Deviasi Far gate Far gate Near gate 2 0,65 0,63 0,049 0,057 13 0,57 0,54 0,054 0,067

49 Dari hasil pengamatan penelitian dengan menggunakan moldflow shrinkage far gate dan near gate pada percobaan ke 2 dan ke 13 didapati persentase shrinkage pada far gate lebih besar dibandingkan persentase shrinkage pada near gate, dikarenakan beberapa faktor : 1. Tekanan injeksi pada daerah far gate menurun sehingga pada daerah far gate nilai shrinkage besar.(gb.4.2.) Gambar 4.2 Pressure injection location. 2. Suhu pada far gate lebih dingin dibanding dengan daerah near gate sehingga sebagian lapisan material pada far gate mengeras atau membeku lebih awal sebelum tekanan tahanan berfungsi secara maksimal.(gb.4.3)

50 Gambar 4.3 Temperature saat akhir pengisian Faktor lain yang mempengaruhi besarnya persentase shrinkage pada far gate adalah posisi runner dengan daerah far gate lebih jauh dibandingkan dengan daerah near gate, dan pada far gate terdapat derajat penyusutan atau cekungan yang lebih besar dibandingkan dengan near gate. Pada percobaan ke 2 nilai far gate lebih besar dibandingkan pada percobaan ke 13, dikarenakan pada percobaan ke 2 tekanan holding yang diberian terlalu rendah, holding time yang singkat, dan cooling time yang terlalu singkat. 4.4 Analisis Parameter yang Paling Optimum dan Minimum Analisis optimasi parameter dilakukan untuk menghasilkan variasi parameter yang dapat menghasilkan sebuah produk atau spesimen yang memiliki ukuran dan bentuk yang sesuai dengan cetakan dan desain dari sebuah produk itu sendiri. Variasi parameter yang digunakan pada penelitian menggunakan material ABS recycle terdapat pada Tabel 4.11.

51 Tabel 4.11 Variasi Parameter No Percobaan Holding pressure (bar) Holding Time (detik) Cooling Time (detik) Back Pressure (Bar) Temperatur leleh ( o C) A B C D E 1 87 3 16 10 205 2 87 3 16 10 210 3 87 3 16 10 215 4 87 3,25 18 15 205 5 87 3,25 18 15 210 6 87 3,25 18 15 215 7 87 3,5 20 20 205 8 87 3,5 20 20 210 9 87 3,5 20 20 215 10 90 3 18 20 205 11 90 3 18 20 210 12 90 3 18 20 215 13 90 3,25 20 10 205 14 90 3,25 20 10 210 15 90 3,25 20 10 215 16 90 3 16 15 205 17 90 3,5 16 15 210 18 90 3,5 16 15 215 19 93 3 20 15 205 20 93 3 20 15 210 21 93 3 20 15 215 22 93 3,25 16 20 205 23 93 3,25 16 20 210 24 93 3,25 16 20 215 25 93 3,5 18 10 205

PERSENTASE SHRINKAGE 52 No Percobaan Holding pressure (bar) Holding Time (detik) Cooling Time (detik) Back Pressure (Bar) Temperatur leleh ( o C) A B C D E 26 93 3,5 18 10 210 27 93 3,5 18 10 215 Variasi parameter yang paling optimal pada material ABS recycle terdapat pada percobaan ke 13 terdapat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Variasi parameter proses paling optimum No Percobaan Holding pressure (bar) Holding Time (detik) Cooling Time (detik) Back Pressure (Bar) Temperatur leleh ( o C) A B C D E 13 90 3,25 20 10 205 1,2 1 0,8 0,77 0,6 0,572 0,54 0,4 0,28 0,2 0 Longitudinal Tranversal Far Gate Near Gate Gambar 4.4 Persentase shrinkage minimum Pada variasi parameter paling optimum pada percobaan ke 13, dimana holding pressure pada level ke 2 yaitu 90 Bar, holding time pada level ke 2 yaitu 3,25 s, cooling time pada level ke 3 yaitu 20 s, back pressure pada level ke 1 yaitu

PERSENTASE SHRINKAGE 53 10 Bar, dan temperatur leleh pada level ke 1 yaitu 205 C. Hasil eksperimen pada percobaan ke 13 diperoleh persentase shrinkage longitudinal, transversal, far gate dan near gate paling kecil dibandingkan 27 percobaan dan lebih kecil dibandingkan dengan ketentuan persentase shrinkage pada material ABS yaitu 0,4 0,9 %, maka dari itu variasi parameter pada percobaan ke 13 dapat diambil sebagai variasi parameter yang paling baik digunakan untuk membuat sebuah spesimen, dikarenakan pada percobaan ke 13 persentase shrinkage yang didapat adalah sebagai berikut: longitudinal 0,28 ± 0,009 %, transversal 0,77 ± 0,317%, far gate 0,57 ± 0,054 %, dan near gate 0,54 ± 0,067 %.(Gb.4.4) Sedangkan variasi parameter yang menghasilkan persentase shrinkage paling besar pada ABS recycle terdapat percobaan ke 2. Pada Tabel 4.13 dapat dilihat data variasi parameter minimum. Tabel 4.13 Variasi parameter proses ABS recycle paling minimum Holding Holding Cooling Back Temperatur No pressure Time Time Pressure leleh Percobaan (bar) (detik) (detik) (Bar) ( o C) A B C D E 2 87 3 16 10 210 3,5 3 2,5 2,43 2 1,5 1 0,5 0,42 0,651 0,63 0 Longitudinal Tranversal Far Gate Near Gate Gambar 4.5 Persentase shrinkage maksimum

54 Pada variasi parameter paling minimum atau nilai shrinkage paling besar pada percobaan ke 2, dimana holding pressure pada level ke 1 yaitu 87 Bar, holding time pada level ke 1 yaitu 3 s, cooling time pada lever 1 yaitu 16 s, back pressure 10 Bar, dan temperatur leleh pada level ke 2 yaitu 210 C. Hasil eksperimen pada percobaan ke 2 diperoleh presentase shrinkage longitudinal, transversal, far gate dan near gate paling besar dibandingkan 27 percobaan lainnya, maka dari itu variasi parameter pada percobaan ke 2 tidak disarankan untuk digunakan pada saat pembuatan sebuah spesimen. Berikut ini adalah persentase shrinkage yang didapat yaitu longitudinal 0,42 ± 0,039%, transversal 2,43 ± 0,429 %, far gate 0,65 ± 0,049 %, dan near gate 0,63 ± 0,057 %.(Gb.4.5)