ABSTRAK TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT SECARA INSENERASI DAN KOMPAKSI TAHUN 2012 Sayogo Supriantoro, Bung Tomo Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN PROSES PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT SECARA INSENERASI DAN KOMPAKSI. Telah dilakukan kegiatan pengolahan limbah radioaktif padat secara kompaksi sebanyak 165 drum 100 liter pada tahun 2012. Limbah padat terkompaksi berisi kertas, filter, botol kaca dan logam lunak berjumlah 101 buah drum 100 liter. Limbah padat terkompaksi dilakukan proses reduksi volume kedalam 20 buah drum 200 liter. Limbah radioaktif padat yang tidak dapat dikompaksi berjumlah 64 buah drum 100 liter dan dilakukan pengolahan dengan imobilisasi langsung dalam drum 200 liter. Drum 200 liter yang telah berisi limbah radioaktif kemudian pada sela-selanya diisi dengan batu koral berdiameter 2,5 cm. Limbah dalam drum 200 liter diletakkan diatas meja getar sambil dilakukan proses immobilisasi dengan adonan semen hingga drum 200 liter terisi penuh dengan adonan semen. Pengolahan limbah dilakukan dengan proses insenerasi. Proses insenerasi adalah proses reduksi volume yang dilakukan melalui proses pembakaran. Pada proses insenerasi untuk pembakaran limbah diperlukan suhu sampai 400 0 C. Limbah yang dibakar adalah limbah simulasi dengan jumlah 4 buah karton, waktu pembakaran masing masing limbah adalah 16, menit. Abu hasil pembakaran diolah dengan cara sementasi dalam drum 100 liter. Unit insenerator dapat berfungsi dengan baik dan mampu untuk mengolah limbah radioaktif yang sesungguhnya sehingga dapat melakukan proses pengolahan limbah secara insenerasi. Kata kunci : limbah radioaktif padat, insenerasi, kompaksi ABSTRACT SOLID RADIOAKCTIVE WASTE TREATMENT PROCESS USING INCENERATOR AND COMPACTION METHODE IN YEAR 2012. Solid radioactive waste treatment using compaction technique has been applied to the amount of 165 drums of 100 liters during 2012. Compacted solid waste contains paper, filter, glass bottles and numbered 101 pieces of soft metal drums of 100 liters. Compacted solid waste volum reduction process is carried out into 20 pieces of 200-liter drums. Solid radioactive waste that can not be compaction amount to 64 100 liter drums and processing by direct immobilization in 200 liter drums. 200 liter drums which have contained radioactive waste later on between them is filled with coral diameter of 2.5 cm. Waste in 200 liter drums placed on a vibrating table while immobilization process is carried out with a mixture of cement up to 200 liter drum filled with cement paste. On the development of waste treatment is done with the incineration process. Incineration process is the process of volume reduction is done through the process of combustion. In the process of incineration for waste combustion temperatures up to 400 0 C required. Waste is waste that is burned simulation with four pieces of cardboard waste as waste simulation are burnerd into incinerator. The Time consumed for process burning of each waste simulation is 16,5 minutes. Ash from the combustion processed by cementation in a 100 liter drum. Incinerator unit to function properly and be able to process radioactive waste so that it can perform the actual processing of waste incineration. Keywords: solid radioactive waste, incineration, compaction 455
PENDAHULUAN Keselamatan operasional suatu fasilitas nuklir sangat ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pengelolaan limbah radioaktif yang ditimbulkan oleh fasilitas nuklir tersebut. Limbah radioaktif tersebut harus dikelola secara baik agar tidak membahayakan bagi manusia dan lingkungan. Sebelum diolah limbah tersebut harus dikarakterisasi terlebih dahulu. Untuk limbah padat karakterisasi yang dilakukan meliputi jenis dan aktivitas radionuklida, paparan radiasi, sifat fisika dan kimia serta jenis senyawa kimianya. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) BATAN bertugas untuk mengelola limbah radioaktif yang berasal dari instansi pengguna zat radioaktif di Indonesia. Limbah radioaktif padat berupa material terkontaminasi dikelompokkan menjadi limbah radioaktif padat terbakar, limbah radioaktif padat tak terbakar terkompaksi, dan limbah radioaktif tak terbakar tak terkompaksi. Limbah radioaktif padat berupa material terkontaminasi yang ditimbulkan dari kegiatan pemanfaatan teknologi nuklir sangat beragam jenis dan laju paparan radiasinya. Kegiatan preparasi terhadap limbah radioaktif padat ini semestinya sudah dimulai dari instansi penimbul limbah dengan pemilahan limbah tersebut berdasarkan sifat-sifat fisiknya seperti terbakar, terkompaksi, tak terbakar dan tak terkompaksi. Sebelum dilakukan proses pengolahan di PTLR, limbah ini disimpan terlebih dahulu di gudang limbah untuk meluruhkan aktivitas radionuklida yang memiliki waktu paro (t½) pendek. Limbah yang telah meluruh aktivitasnya dipisahkan berdasarkan sifat fisiknya, kemudian ditempatkan dalam wadah yang sesuai dengan proses pengolahan, diukur laju paparan radiasi terkini, diberi penomoran (identifikasi) dan akhirnya dilakukan pengolahan sesuai dengan sifat fisik limbah tersebut [1]. Sesuai dengan amanat Undang-Undang, PTLR telah melakukan kondisioning limbah yang berasal dari pusat pusat lain di lingkungan BATAN. Kondisioning limbah padat aktivitas rendah tak terkompaksi (limbah yang tidak bisa direduksi volumenya) dilakukan dengan imobilisasi menggunakan matrik semen. PTLR merupakan instansi yang bertugas untuk mengolah limbah radioaktif yang berasal dari seluruh instansi pengguna zat radioaktif di Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengungkung limbah tak terkompaksi dengan cara sementasi dan mengurangi laju dosis paparan yang ditimbulkan. Setelah limbah disementasi akan terjadi pengurangan kuantitas radiasi pada saat radiasi menembus materi semen akibat interaksi antara radiasi dengan materi tersebut. Proses pengolahan dilakukan dengan wadah drum 100 liter kemudian dimasukkan ke dalam drum 200 liter. Drum 200 liter yang sudah berisi limbah, kemudian pada sela sela antara pada drum 200 liter diisi batu koral yang mempunyai diameter 2,5 cm kemudian di getar pada meja getar dan diimobilisasi dengan adonan semen. Pada bagian atas dari drum 200 liter diberi palang anti dispersal dan kemudian diberi pengunci agar limbah yang ada didalam drum tidak naik pada saat diisi dengan adonan semen [2]. Pengembangan dalam pengolahan limbah radioaktif padat adalah dengan melakukan reduksi volume limbah radioaktif padat dengan cara insenerasi. Sebelum dilakukan pengolahan limbah secara sesungguhnya maka dilakukan 456
dengan melakukan dengan limbah simulasi. Proses pembakaran yang dilakukan dimaksudkan untuk memanasi ruang reflaktori sampai suhu mencapai 400 o C, kemudian baru dilakukan proses pembakaran limbah. Jenis limbah yang dibakar adalah limbah padat yang tidak terkontaminasi zat radioaktif (limbah simulasi) sebanyak 4 box karton. Proses insenerasi dari mulai proses pemanasan awal, proses pendinginan dan proses pendinginan. Waktu yang diperlukan proses insenerasi adalah 96 jam secara terus menerus. Dari proses insenerasi dihasilkan abu hasil pembakaran, selanjutnya abu diolah dengan cara sementasi dalam drum 100 liter. Dari pertimbangan teknis, untuk melakukan pengembangan pengolahan limbah radioaktif yang dilakukan dengan cara insenerasi perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena sistim operasi dan sarana pendukung operasi unit insenerasi harus benar benar siap. Untuk pengembangan proses pengolahan limbah radioaktif padat yang sesungguhnya akan dilakukan pada kegiatan berikutnya, setelah uji coba peralatan sistim insenerasi berhasil dengan baik sesuai dengan standard operasi yang diijinkan [3]. TATA KERJA Bahan yang digunakan: Drum 200 liter : 84 buah, limbah yang sudah dipreparasi dalam drum 100 liter berjumlah 165 drum, ring fleksibel 20 buah, Batu koral φ 5 cm 0,5 m 3, batu koral φ 2,5 cm: 5 m 3, pasir 2 m 3, Semen 185 zak @ 40 kg, additive tricosal, Air, cat Pylox 5 kaleng, limbah simulasi berjumlah 4 buah karton. Alat yang digunakan: Unit Kompaksi dengan gaya tekan 600 kn, Unit Insenerasi, Crane kapasitas 2 ton, Crane kapasitas 1 ton, hand lift kapasitas 1ton, unit pembuat semen slurry, unit meja getar, sendok semen, tang, kawat pengikat, palu, palang anti dispersal, tool set mekanik dan tool set elektrik. METODE Langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan sejumlah 84 drum berkapasitas 200 liter dan kemudian dilakukan penomoran. Untuk proses reduksi volume dengan mesin kompaktor, drum 200 liter diberi ring flexible pada bagian dasar drum dan batu koral berdiameter 5 cm. Drum 200 liter diletakkan pada lori dan dimasukkan kedalam alat kompaksi. Jaket kompaksi diturunkan dan dimasukkan kedalam drum 200 liter. Limbah dalam drum 100 liter diumpankan kedalam alat kompaksi, proses reduksi volume dilakukan dengan menurunkan piston kompaksi untuk menekan drum 100 liter yang telah diisi limbah radioaktif padat dengan kuat tekan 600 kn. Piston kompaksi dinaikkan untuk mengkompaksi drum 100 liter berikutnya, sampai drum 200 liter penuh. Indikator untuk ketinggian drum yang dikompaksi dilihat pada mistar penunjukan. Setelah penuh drum 200 liter ini, selanjutnya dikeluarkan dari alat kompaksi dengan melalui lorry yang ada. 457
Langkah berikutnya adalah pengisian koral pada celah drum 200 liter dan drum 100 liter dengan menggunakan koral φ 2,5 cm, palang anti dispersal dipasang pada drum 200 liter dan dikunci. Pembuatan semen slurry dilakukan di ruang mixer, tangki mixer diisi air sebanyak 45 liter dan motor mixer dihidupkan. Campuran semen dan pasir diturunkan secara perlahan, bertahap agar didapatkan tingkat pengadukan yang baik, homogen dan siap dialirkan ke drum 200 liter melalui pompa perilstatik. Drum 200 liter tersebut diletakkan diatas meja getar, sungkup dipasang diatasnya untuk menghindari berhamburnya debu radioaktif. Meja getar dioperasikan, pompa perilstatik dengan debit 0,8m 3 /jam dioperasikan. Adonan semen slurry akan mengalir dan mengisi seluruh rongga dan celah-celah antara drum 100 liter dan 200 liter hingga penuh. Setelah penuh drum tersebut dipindahkan dengan menggunakan crane, kemudian dilakukan proses imobilisasi pada drum-drum 200 liter berikutnya. Jumlah drum 200 liter yang diolah sebanyak 84 buah. [4]. Dalam pengembangan pengolahan limbah radioaktif padat secara insenerasi dilakukan pengolahan limbah padat tidak mengandung radioaktif atau limbah simulasi. Material yang dibakar berjumlah 4 karton box karton yang berisi limbah simulasi. Alat insenerasi dioperasikan sampai suhu pembakaran 400 0 C, kemudian limbah diumpankan ke dalam tungku untuk dibakar, data limbah simulasi seperti diberikan pada Tabel 1 [5] : Tabel 1. Data limbah simulasi No. Karton Box Jenis Limbah Berat (Kg) 1 Kertas, Plastik 2,3 2 Kertas merang, plastik 2,4 3 Kertas, kardus, plastik 1,5 4 Kertas 3,7 HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan pengolahan limbah radioaktif padat aktivitas rendah dengan alat kompaksi sebanyak 101 drum 100 liter dikompaksi kedalam 20 drum 200 liter. Pemilahan material limbah pada proses reduksi volume sangat diperlukan untuk mendapat nilai ekonomis yang tinggi. Pengolahan limbah radioaktif padat aktivitas rendah dilakukan menggunakan kompaktor dengan gaya tekan maksimum 600 kn. Karena gaya tekan dari alat adalah tetap sehingga untuk mendapat faktor reduksi yang besar perlu dilakukan pemilahan dari material limbah. Material limbah yang mempunyai faktor reduksi volume besar adalah jenis material yang mempunyai densitas kecil yaitu kertas, kaleng, jerigen dan karpet. Limbah yang direduksi volume langsung ditempatkan dalam drum 200 liter. Ketinggian drum 200 liter adalah 88,1 cm dan diameter 57,1 cm. Ketinggian maksimum limbah yang dikompaksi dalam drum 200 liter adalah 60 cm, karena bagian dasar drum harus diberi batu dengan diameter 5 cm dan pada sisi atas harus diberi pengunci. Massa dan jenis limbah dalam drum 100 liter yang 458
diterima dari penimbul limbah sangat bervariasi antara 9,40 kg sampai 68,3 kg, sehingga akan diperoleh faktor reduksi volume berbeda. Untuk mendapatkan jumlah maksimum limbah yang dikompaksi dalam drum 200 liter sangat diperlukan pemilahan dalam melakukan proses kompaksi. Massa limbah yang sama tetapi jenis limbah berbeda akan dihasilkan reduksi volume yang berbeda. Jenis limbah kertas pada umumnya mempunyai faktor reduksi volume yang cukup besar, sebagai contoh jenis limbah kertas dalam drum 100 liter massa drum antara 9 kg s/d 12 kg, ketinggian drum 68 cm setelah dikompaksi dengan gaya tekan 600 kn menjadi 5 cm s/d 6 cm (reduksi volume antara 91, 2% 92,6%). Jenis limbah yang bermassa besar seperti, gelas, logam dan keramik, mempunyai faktor reduksi volume kecil. Massa limbah antara 35 kg s/d 50 kg dalam drum 100 liter setelah direduksi menjadi 18 cm s/d 19 cm (faktor reduksi volume antara 72 % s/d 73,5 %). Pada Gambar 1. ditunjukkan bahwa reduksi volume paling besar adalah pada drum 200 liter No. 874, yaitu mencapai 87,69 %. Jumlah limbah yang dikompaksi 7 buah drum, dengan massa bervariasi antara 13,2 kg sampai 27 kg. Reduksi volume yang paling kecil terjadi pada drum nomor 870 dan 873. Jumlah limbah yang dikompaksi masing-masing 3 buah, besar reduksi volume mencapai 74,14 %, hal ini disebabkan massa limbah kompaksi yang besar dan jenis limbah mengandung karet, keramik, kaca dan kaleng sehingga faktor reduksi volume kecil. Proses reduksi volume limbah radioaktif dalam drum 100 liter menggunakan kompaktor telah direduksi volumenya, dari 101 drum 100 liter dikompaksi dalam 20 drum 200 liter. Secara keseluruhan faktor reduksi volume rata-rata 83,79 %. Pengolahan dengan immobilisasi secara langsung sebanyak 64 drum 100 liter dilakukan immobilisasi kedalam 64 drum 200 liter, dengan penomoran 888 951. Data proses pengolahan ini, yaitu dosis paparan sebelum diolah antara 1,5 µsv/jam 550 µsv/jam dan setelah diolah (dilakukan sementasi) menunjukkan 0,38 µsv/jam 480 µsv/jam. Kondisioning limbah radioaktif padat takterkompaksi dilakukan dengan cara imobilisasi menggunakan matriks semen. Limbah yang diolah berasal dari pusat pusat di lingkungan BATAN. Jenis limbah berupa tanah, blok semen, sludge, padatan dan resin, kandungan limbah adalah material padatan yang terkontaminasi zat radioaktif antara lain Co 60, Cs 137, Eu 152, Cs 134, Ba 133, Yb 169, Ir 92, U, Th, dan SR. Limbah dikemas/ dimasukkan dalam drum 100 liter kemudian ditutup rapat dan dikunci. Satu drum 100 liter ditampung dalam satu unit drum 200 liter, sehingga dalam hal ini pengolahan tidak tidak bersifat mereduksi. Pengolahan limbah seperti ini akan menambah volume ruang dalam penyimpannya akan tetapi limbah lebih selamat dan aman dalam ruang penyimpanan. Hasil olah limbah sebanyak 64 drum 100 liter dikondisioning dalam 64 drum 200 liter. Adonan semen yang digunakan untuk imobilisasi dibuat berdasarkan standar IAEA. Komposisi adonan satu liter semen slurry terdiri dari 1,313 kg semen; 0,328 kg pasir; 0,437 liter air; 0,029 liter aditif. Volume semen slurry yang dibutuhkan pada tiap tiap drum 200 liter kurang lebih 57 liter. Kebutuhan semen slurry untuk tiap tiap drum hampir sama, karena volume ruang drum yang diisi masing - masing adalah sama. Perbedaan volume diperoleh jika butiran butiran batu koral mempunyai ukuran yang berbeda, lebih besar atau lebih 459
kecil. Jenis batu yang digunakan bukan jenis batu cor pada umumnya, tetapi jenis batu bulat dengan diameter kurang lebih 2,5 cm. Untuk mendapatkan ukuran butiran batu yang sama tidaklah mudah, sehingga kebutuhan semen slurry untuk setiap drumnya seringkali tidak sama. Semakin besar ukuran batu koral maka akan diperoleh rongga yang lebih besar sehingga akan dibutuhkan semen slurry semakin banyak. Jumlah volume slurry semen yang digunakan untuk imobilisasi 64 drum adalah 3.656 liter. Pada pembakaran limbah simulasi sebanyak 4 karton box, proses untuk menaikkan suhu refraktori sampai 400 o C memerlukan waktu 26 jam. Hal ini disebabkan pada saat suhu mencapai 160 o C terjadi kerusakan pada sistim burner dan untuk memperbaiki burner diperlukan pendinginan sampai 12 jam. Setelah perbaikan dilanjutkan operasi insenerasi sampai mencapai suhu 400 o C kemudian baru dilakukan pembakaran limbah simulasi berjumlah 4 buah karton. Lama waktu pembakaran yang diperlukan adalah 65 menit. Kemudian burner dimatikan dan langsung dilakukan pendinginan selama 14 jam untuk mencapai suhu ruang refraktori mencapai 90 o C. Abu hasil insenerasi diolah dengan proses sementasi abu dalam drum 100 liter. Proses yang dilakukan menunjukkan bahwa Unit Insenerasi PTLR dapat berfungsi untuk mengolah limbah radioaktif padat dan dapat beroperasi secara optimal. KESIMPULAN Telah dilakukan kegiatan pengolahan limbah radioaktif padat secara kompaksi dan insenerasi. Dari kegiatan pengolahan secara kompaksi diolah limbah sebanyak 101 drum 100 liter. Proses kompaksi adalah proses reduksi volume yaitu untuk mengurangi volume limbah. Secara keseluruhan diperoleh faktor reduksi volume rata-rata 83,79 %. Limbah yang berupa sludge, pasir, tanah dan bongkahan semen sebanyak 64 drum 100 liter, diolah langsung dengan cara imobilisasi dalam drum 200 liter. Paparan sebelum diolah antara 1,5 µsv/jam 550 µsv/jam dan setelah diolah (dilakukan sementasi) menunjukkan 0,38 µsv/jam 480 µsv/jam (lampiran 1 ). Pada pengolahan limbah radioaktif padat yang dilakukan dengan cara insenerasi, digunakan limbah simulasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan kondisi teknis peralatan yang akan digunakan, sebelum pengolahan limbah yang sesungguhnya. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa unit insenerasi sudah siap digunakan untuk mengolah limbah radioaktif sehingga proses reduksi volume bisa lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA [1]. Wasito, Pengolahan Limbah Radioaktif Padat, Diklat Pengelolaan Limbah Radioaktif Padat PTPLR Tahun 1998. [2]. Anonim, Anonim Prosedur Tetap Unit Kompaksi PLR/6/Com/II/001/06/2006. [3]. Anonim, Prosedur Tetap Unit Insenerasi, PLR/6/INC/II/001/04/2006 [4]. Anonim, Prosedur Tetap Proses imobilisasi, PLR/6/Com/II/002/06/2006 [5]. Anonim, Log Book Pengoperasian sistim insenerasi, tahun 2012 460
Lampiran 1. Data-data pengolahan limbah radioaktif padat dengan proses Kompaksi Dan imobilisasi. TANGGAL PENGOLAHAN PAPARAN (µsv/jam) NO. DRUM 200 L KOMPAKSI IMMOBILISASI SEBELUM PENGOLAHAN KONTAK SETELAH PENGOLAHAN KONTAK JARAK 1 M 868 19 4 2012 30 4 2012 28,3 15,9 0,12 869 19 4 2012 30 4 2012 208 102 4,10 870 19 4 2012 30 4 2012 25,3 8,16 0,88 871 19 4 2012 30 4 2012 15,1 4,61 1,08 872 23 4 2012 30 4 2012 40,5 13,2 3,2 873 23 4 2012 1 5 2012 15,5 0,62 0,46 874 23 4 2012 1 5 2012 30,1 5,6 1,7 875 23 4 2012 1 5 2012 10,1 1,02 0,8 876 24 4 2012 1 5 2012 2,5 0,48 0,4 877 24 4 2012 3 5 2012 6,9 3,57 0,78 878 24 4 2012 3 5 2012 13 7,22 1,16 879 24 4 2012 3 5 2012 16,8 7,4 1,9 880 25 4 2012 3 5 2012 2,5 0,43 0,35 881 25 4 2012 7 5 2012 13,5 8,32 1,65 882 25 4 2012 7 5 2012 15,5 11,2 4,35 883 25 4 2012 7 5 2012 95,8 30,1 2,39 NO. DRUM 100 L & ASAL LIMBAH 1623 (PTLR) 1624,1627,1626 (PTNBR) 1628,1631 (BATEK) 1613,1617,1618 (PTNBR) 1636,1638 (PRR) 1634 (PTLR ex BATEK) 1621 (PTLR ex PTNBR) 1606, 1609 (PTNBR) 1608 (PTLR) 1620,1702 (PTAPB) 1622 (PTNBR) 1639 (PRR) 1630 (BATEK) 1629 (PTLR ex BATEK) 1616,1615 (PTAPB) 1633 (BATEK) 1635 (PTLR ex PRR) 1637 (PRR) 1614 (PTAPB) 1619 (PTLR ex PTAPB) 1632 (BATEK) 1647,1643 (PRR) 1640 (PTLR) 1648,1625,1658 (PTNBR),1645 (BATEK) 1641,1644,1646 (PRR) 1642 (PTBN) 1653 (PTNBR) 1663,1664,1667 (PTAPB) 1660 (PTNBR) 1655,1659 (PTNBR) 1650 (PRR) 1666 (PTLR) 1649 (PRR) 1665 (BATEK) 1669 (PTAPB) 1651,1662 (PTLR) 1680,1652 (PTLR) 1661 (PTNBR) 1674,1679,1677 (PTAPB) 1668,1670 (PTLR) 1654 (PTNBR) 1675 (PTAPB) 1686 (PRR) 1672 (PTLR) 1683,1681 (PRR) 1676,1678,1673 (PTAPB) 1701 (P2RR) 1689 (PTAPB) 1688 (PTLR) 1682,1687 (PRR) 1698 (PTAPB) 1697 (PTLR ex PTNBR) 1657,1656,1695 (PTNBR) 461
884 26 4 2012 7 5 2012 14,5 8,1 1,7 885 26 4 2012 9 5 2012 15,5 6,2 1,8 886 26 4 2012 9 5 2012 4,13 3,2 1,4 887 26 4 2012 9 5 2012 7,36 3,9 1,28 1671 (PTLR) 1709 (PTAPB) 1684,1685,1690 (PRR) 1700,1694 (PTLR) 1692 (PTNBR) 1699,1696 (PTLR ex PTNBR) 1703 (PRR) 1691 (PTLR) 1704,1706,1707 (PTAPB) 1710,1693 (PTLR) 1711 (PTLR ex PTKMR) 1708,1705 (PTAPB) 888-30 4 2012 17 16 2,4 1733 (PTNBR/PRR) 889-30 4 2012 36,5 8,1 3,2 1730 (PTLR ex TASUMA) 890-30 4 2012 100 0,53 0,4 1734 (PTLR ex PTNBR) 891-30 4 2012 8,04 0,98 0,6 1735 (PTNBR) 892-1 5 2012 2,7 1,3 0,9 1739 (PTNBR) 893-1 5 2012 300 90,2 18,3 1759 (BATEK) 894-1 5 2012 41 0,58 0,4 1760 (PTAPB) 895-1 5 2012 550 480 25 1757 (BATEK) 896-2 5 2012 15,3 0,8 0,65 1731 (BATEK/PTNBR) 897-2 5 2012 8,7 2,35 1,42 1732 (PTBN) 898-2 5 2012 2,5 0,6 0,34 1736 (PTLR ex PTNBR) 899-2 5 2012 1,01 0,82 0,66 1729 (PTNBR) 900-3 5 2012 2,6 1,02 0,7 1738 (PTNBR) 901-3 5 2012 2,5 1,87 0,68 1741 (PPGN) 902-3 5 2012 7,8 1,67 0,9 1740 (PTNBR) 903-3 5 2012 400 4,8 2,5 1737 (PTNBR) 904-7 5 2012 7,14 3,65 1,04 1767 (PTNBR) 905-7 5 2012 5,5 2,4 0,85 1765 (PPGN) 906-7 5 2012 6,9 1,47 0,68 1763 (PTNBR) 907-7 5 2012 3,5 2,5 0,79 1764 (PTNBR) 908-8 5 2012 7,1 1,38 0,85 1766 (PTNBR) 909-8 5 2012 6 0,65 0,47 1746 (PTNBR) 910-8 5 2012 280 7,9 3,9 1758 (BATEK) 911-8 5 2012 6 0,9 0,65 1748 (PTNBR) 912-9 5 2012 22,5 11,6 3,1 1742 (PTLR ex TASUMA) 913-9 5 2012 7,2 0,53 0,22 1749 (PTNBR) 914-9 5 2012 1,5 1,46 0,9 1747 (PTNBR) 915-9 5 2012 2,7 0,53 0,42 1750 (PTNBR) 916-10 5 2012 2 1,84 0,9 1770 (PTAPB) 917-10 5 2012 26,5 8,79 3,1 1768 (PTLR ex TASUMA) 918-10 5 2012 130 7,41 3,5 1774 (PTLR) 919-10 5 2012 7 1,6 0,7 1773 (PTNBR) 920-14 5 2012 51,6 1,72 0,9 1772 (PTNBR) 921-14 5 2012 4,2 1,25 0,8 1769 (PPNY) 922-14 5 2012 137 19,4 7,2 1771 (PTNBR) 923-14 5 2012 50,2 5,5 1,8 1775 (PTLR ex TASUMA) 924-14 5 2012 3,52 0,48 0,4 1719 (PTNBR) 925-14 5 2012 42 10,7 3,1 1716 (PTNBR) 926-14 5 2012 3,13 0,76 0,58 1720 (PTNBR) 462
927-15 5 2012 27,2 4,9 5,1 1718 (PTNBR) 928-15 5 2012 6,2 4,15 1,29 1714 (PTAPB) 929-15 5 2012 2,93 0,79 0,32 1717 (PTNBR) 930-15 5 2012 7,8 2,65 0,67 1715 (PTAPB) 931-15 5 2012 6 2,05 0,69 1713 (PTAPB) 932-15 5 2012 1,98 0,42 0,35 1728 (PTNBR) 933-15 5 2012 3,72 2,38 0,86 1726 (PTNBR) 934-16 5 2012 2,05 0,48 0,3 1725 (PTNBR) 935-16 5 2012 1,92 0,76 0,45 1727 (PTNBR) 936-16 5 2012 6 0,69 0,34 1721 (PTNBR) 937-16 5 2012 4,68 0,45 0,34 1724 (PTNBR) 938-16 5 2012 3,05 0,79 0,32 1723 (PTNBR) 939-16 5 2012 75 37,3 2,12 1712 (PTAPB) 940-21 5 2012 5,6 1,98 0,57 1762 (PTNBR) 941-21 5 2012 7 3,2 1,0 1745 (PTNBR) 942-21 5 2012 6 0,76 0,35 1744 (PTNBR) 943-21 5 2012 200,5 13,5 2,78 1743 (PTLR) 944-21 5 2012 25 2,32 0,72 1753 (PTNBR) 945-21 5 2012 4 2,3 0,9 1751 (PTNBR) 946-22 5 2012 10 1,8 0,61 1752 (PTNBR) 947-22 5 2012 6 0,38 0,34 1754 (PTNBR) 948-22 5 2012 8 3,29 0,97 1722 (PTNBR) 949-22 5 2012 20 0,43 0,37 1761 (PTLR ex BATEK) 950-22 5 2012 9 0,21 0,18 1755 (PTNBR) 951-22 5 2012 20 0,5 0,35 1756 (PTNBR) Tabel. 2. Data-data kenaikan suhu pembakaran saat proses Insenerasi. No. Hari/Tanggal Jam Suhu TT 81003 ( 0 C) Burner 1 Burner 2 1. Senin / 22 Okt 2012 22.00 60 ON ON 24.00 100 ON ON 2. Selasa / 23 Okt 2012 02.00 140 ON ON 04.00 160 ON ON 06.00 150 OFF OFF Burner bermasalah (OFF) Ada perbaikan Burner 18.00 140 ON ON 20.00 200 ON ON 22.00 240 ON ON 3. Rabu / 24 Okt 2012 00.00 260 ON ON 02.00 265 ON ON 04.00 270 ON ON 06.00 280 ON ON 08.00 320 ON ON 10.00 380 ON ON 11.00 400 ON ON Rabo / 24 Okt 2012 12.00 400 ON ON Jam 11.50, Umpan limbah box 1 masuk Jam 12.10, Umpan limbah box 2 masuk Jam 12.18, Umpan limbah 463
box 3 masuk Jam 12.28, Umpan limbah box 4 masuk PROSES PENDINGINAN Jam 12.55, Burner 1 dan Burner 2 : OFF 14.00 360 OFF OFF Proses Pendinginan 16.00 320 OFF OFF Fan C81002 A/B : ON 18.00 290 OFF OFF Fan C81008 A/B : ON 20.00 260 OFF OFF Fan C81003 A/B: ON 22.00 240 OFF OFF Fan C81004 A/B : ON 4. Kamis / 25 Okt. 2012 00.00 200 OFF OFF Pompa P8109A/B : ON 02.00 195 OFF OFF 04.00 190 OFF OFF 06.00 165 OFF OFF 08.00 150 OFF OFF 10.00 140 OFF OFF 12.00 130 OFF OFF 14.00 120 OFF OFF 16.00 110 OFF OFF 18.00 100 OFF OFF 20.00 90 OFF OFF 22.00 85 OFF OFF Proses Insenerasi selesai (shutdown) 464
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN 0852-2979 Lampiran 2. Gambar proses Insenerasi dan Kompaksi Preparasi Pra sementasi Proses Kompaksi Panel Kontrol Unit Insenerasi Proses Sementasi 465
466