PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Physics Communication

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

Pengolahan awal metode magnetik

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

3. HASIL PENYELIDIKAN

3. HASIL PENYELIDIKAN

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

Transkripsi:

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (04), Hal. 74 78 ISSN : 337-804 Pendugaan Potensi Bijih Besi di Dusun Sepoteng Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang Dengan Metode Geomagnet Apriyanto Ramadhan * ), Joko Sampurno ), Yoga Satria Putra ) ) Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura *Email : melawan_bintang@yahoo.co.id Abstrak Metode geomagnet telah diaplikasikan untuk memetakan potensi bijih besi di Dusun Sepoteng Kabupaten Bengkayang. Metode ini didasari pada Variasi nilai anomali medan magnet di atas permukaan bumi. Pengolahan data dilakukan dengan metode inversi,5 D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diduga terdapat batuan hematit dengan nilai suseptibilitas antara 0.04 0,0476 SI dan urat mineral magnetit pada hematit dengan nilai suseptibilitas antara 0,0504 0,0560 SI. Kata Kunci : Dusun Sepoteng, Anomali medan magnet, suseptibilitas.. LatarBelakang Berdasarkan hasil pengamatan survey di lapangan, diperoleh informasi bahwa kawasan Dusun Sepoteng yang terletak di Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang memiliki potensi bijih besi (iron ore) berupa batuan besi berwarna hitam kemerahan yang diduga sebagai hematit. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi sehingga dapat diperkirakan jenis batuan, sebaran maupun cadangan bijih besi di kawasan tersebut. Metode geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Metode ini pernah digunakan untuk oleh Zainuddin dkk (008), untuk memetakan batuan besi di Bangka Belitung. Pada penelitian ini metode geomagnet akan digunakan untuk melihat sebaran dan cadangan bijih besi yang dimiliki oleh kawasan Dusun Sepoteng Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang.. Landasan Teori. Gejala Magnetik Ada beberapa penyebab timbulnya fenomena gejala magnetik. Pada tahun 80, Orstead menemukan bahwa arus di dalam sebuah kawat dapat menghasilkan efek-efek magnetik yaitu arus yang dapat membuat arah dari jarum kompas berubah(resnick dan Haliday, 984). Momen magnet elektron bebas bila diteliti lebih dalam maka gejala ini diakibatkan dari Putaran Spin,Putaran lintasan orbit,putaran Inti Atom dan Pengaruh Medan Eksternal (Rachmantio, 004).. Gaya Magnetik Gaya magnetik ( F ) adalah gaya tarik menarik atau tolak-menolak antara dua kutub magnet m,m yang berjarak r (cm). Berdasarkan hukum Coulomb F = mm r 0 r () dengan µ 0 adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi dan berharga (Telford, 976), yang besarnya dalam SI adalah 4π x 0-7 Newton/Ampere. Sedangkan adalah vector unit jarak dari m ke m..3 Metode Geomagnet Metode Geomagnet didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik dibawah permukaan, kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin teramati. Pengukuran intensitas medan magnetik dapat dilakukan di darat, laut maupun udara. Suseptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga suseptibilitasnya. Metode ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunung api (Waluyo, 005). r r 74

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (04), Hal. 74 78 ISSN : 337-804 3. Metodologi Gambar. Daerah Penelitian Pada Penelitian ini, data diambil dari stasiun pengamat dan dari stasiun base sebagai korektor. Stasiun base ditempatkan pada titik 00o49 3.8 Lintang Utara, 09o7 46. Bujur Timur, Jarak antar stasiun mobile adalah meter. Data hasil pengukuran medan magnetik di lapangan pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali (Telford, 976). ΔH = H0± Htotal ± ΔHharian () Koreksi data yang dilakukan adalah koreksi intensitas medan magnet bumi dan koreksi harian.pemrosesan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak freeware GEMLINK dan MagDC. GEMLINK digunakan untuk mengoreksi data observasi. Proses selanjutnya adalah mapping dan MagDC digunakan untuk proses inverse. Data yang diperoleh berupa sebaran nilai intensitas medan magnet dalam kawasan yang di survey, dari distribusi medan magnet ini akan dibuat sayatan yang melintasi daerah anomali medan magnet. Nilai distribusi medan magnet sepanjang sayatan ini akan diinversi dengan menggunakan perangkat lunak Freeware MagDC untuk melihat struktur bawah permukaannya. Setelah proses diatas maka pengolahan data yang telah dilakukan akan menghasilkan gambar,5 dimensi dengan model tertentu. Gambar tersebut akan memberikan informasi mengenai variasi harga suseptibilitas batuan dan dugaan geometri model batuan di kawasan survei. Gambar tersebut juga akan memperlihatkan bagaimana pola sebaran bijih besi sehingga dapat diduga keberadaan jalur bijih besi di lokasi penelitian. 4. Hasil Dan Diskusi Hasil pengukuran di Dusun Sepoteng, Kabupaten Bengkayang menghasilkan distribusi intensitas medan magnet sebagaimana ditampilkan pada gambar. Berdasarkan Gambar tersebut, ditemukan 3 titik anomali. Pada tiap-tiap titik daerah anomali akan didapat sebuah lintasan yang memotong daerah tersebut untuk ditinjau struktur bawah permukaannya Lintasan-lintasa tersebut adalah lintasan AB, lintasan CD dan lintasan EF, sebagaimana ditampilkan pada Gambar. 75

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (04), Hal. 74 78 ISSN : 337-804 Gambar. Lintasan-lintasan yang memotong daerah anomali 4. Analisis Lintasan AB Lintasan AB berawal dari titik A berada pada koordinat 0 0 5 4 0 LU 09 0 0 9 BT dengan panjang lintasan 76 m membentang dari arah selatan ke utara. Hasil pengolahan data menghasilkan nilai suseptibilitas batuan secara vertikal dengan nilai korelasi antara data kalkulasi 0,99557 sebagaimana yang terlihat pada gambar 3. 3 4 5 6 7 Gambar 3. Interpretasi penampang vertical lintasan AB Berdasarkan Gambar 3 dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 7 titik batuan mengandung bijih besi yang berada di sepanjang Lintasan AB. Bijih besi pertama memiliki suseptibilitas 0,0365 SI berada pada posisi 5,8 m hingga,3 m dari posisi awal lintasan (titik A) dan kedalaman,5 m hingga 9, m dari permukaan. Berdasarkan besi kedua memiliki suseptibilitas 0,444 SI berada pada posisi,5 m hingga 38,0 m dari posisi awal lintasan (titik A) dan kedalaman 6,3 m hingga 39,8 m dari permukaan. Berdasarkan besi ketiga memiliki suseptibilitas 0,0 SI berada pada posisi 54, m hingga 6,3 m dari posisi awal lintasan (titik A) dan kedalaman 9,6 m hingga 30,7 m dari permukaan. Berdasarkan besi keempat memiliki suseptibilitas 0,0 SI berada pada posisi 63,9 m hingga 66, m dari posisi awal lintasan (titik A) dan kedalaman 4, m hingga 0,67 m dari permukaan. Berdasarkan besi kelima memiliki suseptibilitas 0,06 SI berada pada posisi 73,05 m hingga 77,4 m dari posisi awal lintasan (titik A) dan kedalaman 7,06 m hingga 9,8 m dari permukaan. Berdasarkan 76

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (04), Hal. 74 78 ISSN : 337-804 3 4 Gambar 4.Interpretasi Penampang vertikal lintasan CD besi keenam memiliki suseptibilitas 0,03 SI berada pada posisi 8,7 m hingga 96,7 m dari posisi awal lintasan (titik A) dan kedalaman,5 m hingga 3,8 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka model ini dapat diduga sebagai batuan berjenis hematit. Bijih besi ketujuh memiliki suseptibilitas 0,044 SI berada pada posisi 04,9 m hingga 0,8 m dari posisi awal lintasan (titik A) dan kedalaman 8,4 m hingga 9,4 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka model ini dapat diduga sebagai batuan berjenis hematit. 4. Analisis Lintasan CD Lintasan CD berawal dari titik C terletak pada koordinat 0 0 5 8 LU 09 0 0 6 BT dengan panjang lintasan 78 m membentang selatan ke utara. Hasil pengolatan data menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal dengan nilai korelasi antara data kalkulasi sebesar 0,99556 dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4 dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 4 titik batuan mengandung bijih besi yang berada di sepanjang titik C sampai titik D. Bijih besi pertama memiliki suseptibilitas 0,045 SI berada pada posisi 7, m hingga 33, m dari posisi awal lintasan (titik C) dan kedalaman 0,9 m hingga 3,6 m dari permukaan. Berdasarkan besi kedua memiliki suseptibilitas 0,0504 SI berada pada posisi 35,9 m hingga 43,6 m dari posisi awal lintasan (titik C) dan kedalaman 6,7 m hingga 7,7 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka model ini diduga terdapat urat mineral magnetite yang menempel pada batuan hematit. Bijih besi ketiga memiliki suseptibilitas 0,048 SI berada pada posisi 5,3 m hingga 60,7 m dari posisi awal lintasan (titik C) dan kedalaman 8, m hingga 9,9 m dari permukaan. Berdasarkan diduga sebagai urat mineral magnetit pada hematit. Bijih besi keempat memiliki suseptibilitas 0,044 SI berada pada posisi 7,7 m hingga 77,3 m dari posisi awal lintasan (titik C) dan kedalaman 7,9 m hingga 5,4 m dari maka model ini diduga sebagai batuan berjenis hematit. 3 4 5 Gambar 5. Interpretasi penampang vertikal lintasan EF 77

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (04), Hal. 74 78 ISSN : 337-804 4.3 Analisis Lintasan EF Lintasan EF berawal dari titik E terletak pada koordinat 0 o 5 8 LU 09 o 0 BT dengan panjang lintasan 78 m membentang Selatan ke Utara. Hasil pengolahan data menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal dengan nilai korelasi antara data kalkulasi sebesar 0,9968 dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan Gambar 5 dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 5 titik batuan mengandung bijih besi yang berada di sepanjang lintasan EF. Bijih besi pertama memiliki suseptibilitas 0,064 SI berada pada posisi 4,5 m hingga 5,6 m dari posisi awal lintasan (titik E) dan kedalaman, m hingga,0 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka model ini dapat diduga sebagai batuan berjenis hematit dan. Bijih besi kedua memiliki suseptibilitas 0,0560 SI berada pada posisi 4,7 m hingga 7,3 m dari posisi awal lintasan (titik E) dan kedalaman 4 m hingga 54,4 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka model ini diduga terdapat urat mineral magnetit yang menempel pada batuan hematit. Bijih besi ketiga memiliki suseptibilitas 0,0363 SI berada pada posisi 5,4 m hingga 30,0 m dari posisi awal lintasan (titik E) dan kedalaman 4, m hingga 35,03 m dari berjenis hematit. Bijih besi keempat memiliki suseptibilitas 0,0476 SI berada pada posisi 7,3 m hingga 0,7 m dari posisi awal lintasan (titik E) dan kedalaman 4,8 m hingga 70,4 m dari berjenis hematit. Bijih besi kelima memiliki suseptibilitas 0,045 SI berada pada posisi 3, m hingga 7,9 m dari posisi awal lintasan (titik E) dan kedalaman,6 m hingga 35, m dari berjenis hematit. DaftarPustaka Halliday, D., dan Resnick, R., 984, Fisika Edisi 3, Alih Bahasa Pantur Silaban dan Erwin Sucipto, Erlangga; Jakarta. Rachmantio, Honorius, 004, Pengantar Material Sains II Buku Sifat Fisik dan Mekanik, Tabernakelindo; Yogyakarta. Telford, W.N, Geldard, L.P., Sherrif, R.E.,and Keys, D.A., 979, Applied Geophysics, Cambridge University Press; London. Waluyo, 005, Panduan WorkshopEksplorasi Geofisika (Teori dan Aplikasi), Laboratorium Geofisika UGM; Yogyakarta. Zaenudin, A., J.T. Ramses, Rahmat, S. M., 008, Eksplorasi Bii Besi (Iron Ore) Dengan Metode Magnetik, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 008, 7-8 November 008, Universitas Lampung. 4. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dilapangan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa Batuan hematit (Fe O 3) diduga terdapat pada lintasan AB dengan suseptibilitas 0,0 0,044 SI, Lintasan CD dengan suseptibilitas berkisar antara 0,04 0.045 SI, Lintasan EF dengan suseptibilitas berkisar antara 0,06 0.0476 SI. Urat mineral magnetit (Fe 3O 4) pada hematit (Fe O 3) diduga terdapat pada lintasan CD dengan suseptibilitas 0,0504 SI, dan lintasan EF dengan suseptibilitas 0,0560 SI. 78