BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Komunikasi pemasaran destinasi wisata Kepulauan Seribu yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta masih berada tahap awal. Pada tahap awal ini strategi komunikasi pemasaran baru mulai dijalankan namun masih melaksanakan aktivitas-aktivitas yang tidak jauh berbeda dengan promosi pariwisata pada umumnya. Hanya saja pada tahap ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta berusaha untuk memperkenalkan destinasi wisata Kepulauan Seribu bukan hanya keuntungan fisiknya namun juga keuntungan psikologis yang kenyamanan yang ditawarkan destinasi wisata Kepulauan Seribu. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta berusaha untuk menyampaikan bahwa gugusan kepulauan yang diberi nama Kepulauan Seribu tersebut mampu menawarkan berbagai macam atraksi pariwisata mulai dari wisata alam, wisata edukasi, hingga wisata sejarah. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta juga menyampaikan bahwa destinasi ini bergerak menuju destinasi wisata internasional. Destinasi internasional ini membawa arti bahwa fasilitas yang dimiliki destinasi ini dikembangkan menuju taraf internasional. Strategi komunikasi pemasaran destinasi wisata Kepulauan Seribu dilaksanakan sendiri oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta tanpa melibatkan konsultan bidang komunikasi. Sehingga ada beberapa tahap dalam perencanaan strategi komunikasi pemasaran yang berjalan kurang baik. Misalnya pada tahap penentuan target, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersikukuh menyasar semua kalangan tanpa ada segmentasi yang jelas, kemudian dalam melakukan analisis SWOT, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta kurang mendalam dalam meneliti apa kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimilikinya. Sedangkan tahap yang dilewati dengan baik oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta adalah penentuan positioning dan merumuskan differentiation destinasi. 131
Positioning destinasi wisata Kepulauan Seribu sebagai gugusan kepulauan yang terdiri dari banyak pulau yang menawarkan berbagai atraksi wisata mulai dari wisata alam, wisata edukasi, sampai wisata sejarah, serta memiliki menonjolkan keunikan dari Jembatan Cinta di Pulau Tidung, Pasir Perawan Pulau Pari, dan Peninggalan Belanda di Pulau Onrust, Pulau Bidadari, Pulau Cipir, dan Pulau Kelor. Keterbatas sumber daya manusia di dalam Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta yang memiliki latas belakang pendidikan dan pengalaman dalam bidang komunikasi maka media yang digunakan dalam aktivitas komunikasi pemasaran destinasi wisata Kepulauan Seribu ini masih banyak kekurangan. Media-media pariwisata pada umumnya seperti booklet dan citymap Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta memfasilitasinya dengan baik. Selain itu kesadaran untuk mengikuti perkembangan teknologi juga baik dengan dilengkapinya website yang baik serta Mobile Application dan Jakarta Street View, serta pengelolaan media sosialnya. Namun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta hanya melirik media online sebagai media utamanya, mereka mengesampingkan media Televisi, Radio dan media cetak untuk mengiklankan destinasinya. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta sangat aktif turut serta dalam berbagai pameran pariwisata baik yang berskala nasional maupun internasional untuk memperkenalkan destinasi wisatanya. Strategi komunikasi pemasaran yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta ini masih belum mampu memperkenalkan positioning dan keunikan dari destinasi wisata Kepulauan Seribu secara internasional. Hal ini dikarenakan hanya sedikit media internasional yang dimanfaatkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk memperkenalkan Kepulauan Seribu. Selain itu belum meluasnya komunikasi pemasaran destinasi ini karena aksesibilitas Kepulauan Seribu yang masih dalam upaya pengembangan, sehingga ada pembatasan yang dilakukan dalam komunikasi pemasarannya. Namun target untuk meningkatkan jumlah kunjungan setiap tahun berhasil diwujudkan. 132
Kekurangan dari aktivitas komunikasi pemasaran destinasi wisata Kepulauan Seribu yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta adalah pada tahap pengawasan dan evaluasi. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta hanya menetapkan indikator keberhasilan program hanya peningkatan jumlah kunjungan, meningktaknya pemberitaan, dan meningkatnya homestay sebagai sumber pendapatan masyarakat saja. Proses pengawasan terhadap pemberitaan serta pengawasan terhadap program Famtrip masih lemah. Evaluasi setiap tahunnya dijalankan secara kurang maksimal, seharusnya proses evaluasi ini menjadi pijakan untuk menentukan proses perencanaan pada tahun selanjutnya. B. Saran 1. Saran Akademis Setelah penelitian ini dilaksanakan dan diketahui bagaimana aktivitas komunikasi pemasaran destinasi wisata Kepulauan Seribu yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk membangun positioning sebagai destinasi wisata internasional ada baiknya dilakukan penelitian lanjutan yang berusaha untuk mencari tahu kekuatan brand destinasi wisata Kepulauan Seribu. Penelitian ini hanya berfokus pada positioning yang diciptakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta sehingga penting untuk mengetahui bagaimana kualitas brand setelah dilakukan aktivitas komunikasi pemasaran, sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi untuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta dalam aktivitas komunikasi pemasaran destinasi yang dilaksanakannya. sehingga pada periode selanjutnya dapat dirumuskan strategi komunikasi pemasaran destinasi yang lebih efektif sesuai dengan kondisi brand-nya. 2. Saran Praktis Bagi Pelaku Industri Pariwisata Kepulauan Seribu a. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta perlu menjalin kerjasama dengan konsultan bidang komunikasi agar strategi 133
pemasaran destinasi yang dijalankan lebih baik. Kerjasama dengan konsultan bidang komunikasi ini akan membantu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk menetapkan strategi komunikasi pemasaran destinasi yang lebih baik. Setiap tahap dari proses perencanaan aktivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan akan berjalan secara maksimal, mulai dari penentuan target, perumusan pesan, pemilihan media, hingga proses manajemen terhadap respon masyarakat akan terlaksana dengan maksimal. Sehingga Brand yang akan terbentuk semakin kuat dan dekat dengan wisatawan dan calon wisatawan. b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta sebaiknya meningkatkan kerjasama dengan biro perjalanan, perusahaan pengelola pulau resort, hotel dan homestay, serta pengusaha bidang kuliner dan kerajinan untuk mengkomunikasikan destinasi wisata Kepulauan Seribu. Jika tercipta kerjasama untuk mengkomunikasi destinasi wisata Kepulauan Seribu diantara lembaga-lembaga tersebut maka pesan yang disampaikan kepada khalayak akan lebih luas dan massive. c. Positioning dan differentiation yang dipilih oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk destinasi wisata Kepulauan Seribu sangat tepat. Namun usaha untuk mengkomunikasikan kedua hal tersebut masih rendah. Ada baiknya jika aktivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui berbagai media di fokuskan untuk mengkomunikasikan Positioning dan differentiation destinasi wisata Kepulauan Seribu sehingga mampu menawarkan keuntungan lebih daripada sekedar keuntungan fisik destinasi. d. Program pengembangan Sumber Daya Manusia di Kepulauan Seribu demi meningkatkan kualitas layanan di destinasi wisata perlu ditingkatkan. Pelatihan yang diberikan hendaknya dilakukan secara rutin dan bertahap sampai Sumber Daya Manusia yang ada disana benar-benar dapat ditingkatkan kualitasnya. Selain itu dalam jangka 134
panjang kualitas pendidikan dan kesadaran akan pendidikan di Kepulauan Seribu perlu ditingkatkan. 135
136