PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

RAMBU LALU LINTAS JALAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 8 TAHUN 1997 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN NAMA JALAN / GANG DALAM KABUPATEN SERUYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG TANDA NOMOR PERUMAHAN DAN BANGUNAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 14 TAHUN 1997 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 4

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 18 TAHUN 2007 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

Dengan Persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN TANAH UNTUK PEMASANGAN JARINGAN PIPA GAS

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan telah diatur ketentuan mengenai rambu lalu lintas; b.bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas sejalan dengan perkembangan kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang semakin meningkat, serta untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat diperlukan pengaturan yang lebih mantap, jelas dan tegas berdasarkan kewenangan yang ada di bidang Perhubungan dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas Di Wilayah Kabupaten Kutai Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3186); 2. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 1981, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 4. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3293);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada Pemerintah Tingkat I dan Tingkat II (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3410); 10. Peraturan Daerah Nomor 01a Tahun 2001 Tentang Penerbitan Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 02); 11. Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2001 (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2005 Nomor 13); 12. Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 06); 13. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 10); 14. Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 31); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 48); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat; 2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat; 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah Kabupaten Kutai Barat sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 5. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 6. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Kutai Barat; 7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Kutai Barat; 2

8. Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum; 9. Pemakai jalan adalah pengemudi kendaraan dan/atau pejalan kaki; 10. Rambu adalah salah satu perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka kalimat dan atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan; 11. Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan; 12. Rambu larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan; 13. Rambu perintah adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan; 14. Rambu petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan; 15. Papan tambahan adalah yang terpasang di bawah daun rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu; 16. Tiang rambu adalah batangan logam atau bahan lainnya untuk menempelkan atau melekatkan daun rambu; 17. Refleksi Retro adalah sistem pemantulan cahaya sinar yang datang, dipantulkan kembali sejajar ke arah sinar datang, terutama pada malam hari atau cuaca gelap. BAB II BERLAKUNYA RAMBU LALU LINTAS Pasal 2 (1) Rambu lalu lintas berlaku sesuai arah lalu lintas yang bersangkutan; (2) Lokasi penempatan rambu lalu lintas harus mempertimbangkan : a. Kondisi jalan dan lingkungan; b. Kondisi lalu lintas; c. Aspek keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. BAB III JENIS DAN FUNGSI RAMBU LALU LINTAS Pasal 3 Rambu lalu lintas sesuai dengan fungsinya dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis : a. Rambu Peringatan; b. Rambu Larangan; c. Rambu Perintah; d. Rambu Petunjuk. Bagian Pertama Rambu Peringatan Pasal 4 (1) Rambu Peringatan berfungsi untuk menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan; (2) Rambu peringatan ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 50 (lima puluh) meter atau pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan oleh faktor geografis, geometris, permukaan jalan dan kecepatan kendaraan; (3) Rambu peringatan dapat dilengkapi dengan papan tambahan; 3

(4) Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam; (5) Bentuk rambu peringatan : a. Bujur Sangkar; b. Empat Persegi Panjang. (6) Semua rambu peringatan, titik-titik sudutnya dibulatkan. Bagian Kedua Rambu Larangan Pasal 5 (1) Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan; (2) Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan dimulai; (3) Rambu larangan dapat dilengkapi dengan papan tambahan; (4) Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan berwarna hitam atau merah; (5) Bentuk rambu larangan : a. Segi Delapan Sama Sisi; b. Segi Tiga Sama Sisi dengan titik-titik sudutnya dibulatkan; c. Silang dengan ujung-ujungnya diruncingkan; d. Lingkaran; e. Empat Persegi Panjang. Bagian Ketiga Rambu Perintah Pasal 6 (1) Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan; (2) Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban dimulai; (3) Rambu perintah dapat dilengkapi dengan papan tambahan; (4) Warna dasar rambu perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah. Bagian Keempat Rambu Petunjuk Pasal 7 (1) Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan; (2) Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna sebesarbesarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas; (3) Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kota-kota serta tempat khusus dinyatakan dengan warna dasar biru; (4) Rambu petunjuk pendahulu jurusan, rambu petunjuk jurusan dan rambu penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antar lain kota, daerah/wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang dan/atau tulisan warna putih; (5) Khusus rambu petunjuk jurusan kawasan dan objek wisata dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan lambang dan atau tulisan warna putih. 4

Bagian Kelima Papan Tambahan Pasal 8 (1) Papan tambahan digunakan untuk membuat keterangan yang diperlukan untuk menyatakan hanya berlaku untuk sewaktu-waktu tertentu, jarak-jarak dan jenis kendaraan tertentu ataupun perihal lainnya sebagai hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas; (2) Papan tambahan menggunakan warna dasar putih dengan tulisan dan bingkai berwarna hitam; (3) Papan tambahan tidak boleh menyatakan suatu keterangan yang berkaitan dengan rambunya sendiri. Bagian Keenam Rambu Sementara Pasal 9 (1) Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang tidak dipasang secara tetap dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan tertentu; (2) Ketentuan mengenai bentuk, lambang, warna dan arti rambu sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini berlaku pula untuk rambu sementara; (3) Untuk kemudahan penggunaan rambu sementara dapat dibuat dalam bentuk Portabel dan/atau Variabel. Bagian Ketujuh Rambu Berupa Kata-Kata Pasal 10 (1) Peringatan, larangan, perintah dan petunjuk yang tidak dapat dinyatakan dengan lambang dapat dinyatakan dengan kata-kata; (2) Rambu yang menggunakan kata-kata harus mudah dibaca, singkat dan mudah dimengerti; (3) Untuk daerah-daerah tertentu bila perlu dapat menggunakan 2 (dua) bahasa, bahasa Indonesia di atas, bahasa asing di bawah. BAB IV KEKUATAN HUKUM RAMBU LALU LINTAS Pasal 11 Pengaturan lalu lintas yang bersifat peringatan, larangan, perintah dan petunjuk ditetapkan dengan : a. Keputusan Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk untuk pengaturan lalu lintas pada jalan Nasional dan jalan tol, kecuali jalan Nasional yang terletak di Ibu Kota Kabupaten serta diumumkan dalam Berita Negara; b. Peraturan Daerah Propinsi untuk pengaturan pada jalan Propinsi kecuali jalan Propinsi yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten, serta diumumkan dalam Berita Daerah; c. Peraturan Daerah Kabupaten untuk pengaturan lalu lintas pada jalan Kabupaten, jalan Nasional dan jalan Propinsi serta diumumkan dalam Berita Daerah. Pasal 12 Pengaturan lalu lintas yang bersifat peringatan, larangan, perintah dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 harus dinyatakan dengan rambu-rambu lalu lintas. Pasal 13 Setiap pemakai jalan wajib mematuhi rambu-rambu lalu lintas. 5

Pasal 14 Rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 mempunyai kekuatan hukum setelah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemasangan. Pasal 15 Tanggal penyelesaian pemasangan rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 harus diumumkan pada pemakai jalan oleh instansi yang berwenang menyelenggarakan rambu lalu lintas. Pasal 16 (1) Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 digunakan untuk memberikan informasi kepada pemakai jalan; (2) Pemberian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui media massa cetak atau media massa elektronika, atau media lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Pasal 17 Pencabutan rambu lalu lintas harus di informasikan kepada pemakai jalan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (2). BAB V PENYELENGGARAAN RAMBU LALU LINTAS Pasal 18 Perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu lalu lintas dilakukan oleh Bupati ; a. Jalan Kabupaten; b. Jalan Propinsi yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten dengan persetujuan Gubernur; c. Jalan Nasional yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten dengan persetujuan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Pasal 19 Instansi, Badan Usaha atau Warga Negara Indonesia dapat melakukan pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu lalu lintas dengan ketentuan : a. Penentuan lokasi dan penempatannya mendapat persetujuan pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal 18; b. Memenuhi persyaratan teknis sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini. BAB VI PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS Pasal 20 (1) Rambu ditempatkan disebelah kiri menurut arah lalu lintas, dan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki; (2) Penempatan rambu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mudah dilihat dengan jelas oleh pemakai jalan; (3) Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan kondisi lalu lintas, rambu dapat ditempatkan disebelah kanan atau di atas daerah manfaat jalan; (4) Penempatan rambu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mempertimbangkan faktorfaktor antara lain geografis, geometris jalan, kondisi lalu lintas, jarak pandang dan kecepatan kendaraan; (5) Papan nama jalan ditempatkan pada awal sisi ruas jalan. 6

BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS Pasal 21 (1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis atas penyelenggaraan rambu lalu lintas; (2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. Penentuan persyaratan teknis rambu lalu lintas; b. Penentuan petunjuk teknis, yang mencakup penetapan pedoman, prosedur dan atau tata cara penyelenggaraan rambu lalu lintas; c. Memberikan bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kemampunan dan keterampilan teknis para penyelenggara rambu lalu lintas. (3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Kegiatan pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan rambu lalu lintas; b. Kegiatan pemberian saran teknis dalam penyelenggaraan rambu lalu lintas. BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 22 (1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Dinas Perhubungan dapat diberikan kewenangan untuk melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuanketentuan dalam Peraturan Daerah ini; (2) Dalam melaksanakan tugasnya, para pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindakan pelanggaran; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka; d. Melakukan penyitaan benda atau surat; e. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; f. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; g. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya memberikan hal tersebut kepada penuntut utama, tersangka atau keluarganya; h. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Dalam melakukan tugasnya penyidik tidak berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan tersangka; (4) Penyidik membuat berita acara setiap tindakan tentang : a. Pemeriksaan tersangka; b. Memasuki rumah; c. Penyitaan benda; d. Pemeriksaan surat; e. Pemeriksaan saksi; f. Pemeriksaan di tempat kejadian, dan mengirimkan berita acara pemeriksaan kepada Pengadilan Negeri melalui penyidik POLRI. 7

BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 23 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 13 dan Pasal 24 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); (2) Ancaman pidana atau denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 (1) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat berakibat merubah arti, fungsi atau merusak rambu-rambu lalu lintas; (2) Penyelenggara rambu lalu lintas wajib menjaga dan memelihara kondisi rambu lalu lintas, agar dapat berfungsi sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini; (3) Penyelenggara rambu lalu lintas wajib mencabut rambu lalu lintas yang tidak berfungsi lagi. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 26 (1) Peraturan Daerah ini dapat disebut Peraturan Rambu-Rambu Lalu Lintas Kabupaten Kutai Barat; (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat. Ditetapkan di Sendawar pada tanggal 12 Juli 2005 BUPATI KUTAI BARAT, ttd Diundangkan di Sendawar pada tanggal 12 Juli 2005 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT, ttd RAMA ALEXANDER ASIA H. ENCIK MUGNIDIN 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2005 NOMOR 20 SERI D 9