1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesejahteraan umum manusia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Di dalam mulut manusia terdapat lebih dari 750 spesiesbakteri (50% diantaranya belum teridentifikasi) dan beberapa diantaranya terlibat dalam proses terjadinya penyakit mulut (Jenkinson dan Lamont, 2005). Hal ini senada dengan pendapat Petersen dkk. (2005) bahwa penyakit mulut akan terus menjadi masalah kesehatan utamadi seluruh dunia. Salah satu masalah kesehatan mulut global yang palingpentingadalah karies gigi dan penyakit periodontal (Petersen, 2003). Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi yang merusak struktur gigi dan apabila tidak segera ditangani, karies dapat menyebabkan kematian gigi. Selain menyebabkan kematian gigi, karies termasuk penyakit yang merugikan karena karies juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit sistemik, salah satu contohnya adalah endokarditis bakterial. Prevalensi masalah karies gigi di Indonesia masih besar. Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2002 menunjukkan prevalensi karies gigi di Indonesia sebesar 60% atau dapat dikatakan pula dari 10 orang Indonesia, 6 diantaranya menderita karies, sedangkan berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevelansi karies di Indonesia mencapai 90,05%. Angka ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. 1
2 Proses terjadinya karies diawali dengan terbentuknya plak. Plak merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi, gusi, serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut (Carranza dan Newman, 2002). Dalam bukunya, Wolf dan Haasell (2006) menuliskan bahwa Streptococcus alpha haemoliticus adalah koloni primer plak gigi, bakteri tersebut berperan dalam tahap awal pembentukan plak. Streptococcus alpha hemoliticus terdiri dari beberapa spesies, diantaranya adalah S. pneumonia, S. mutans, S. mitis, S. sanguinis, dan S. salivarius (Samaranayake, 2002). Salah satu spesies Streptococcus alpha haemoliticus,yaitu bakteri Streptococcus mitis memiliki fibril pada permukaan selnya. Fibril tersebut berfungsi sebagai penguat perlekatan pada permukaan gigi (Cowan, 1999). Oleh karena itu, untuk mengurangi prevalensi terjadinya karies, menurut Wirayuni (2003) perlu dilakukan pencegahan akumulasi plak dengan cara pelaksanaan kontrol plak. Aktivitas kontrol plak tersebut diharapkan dapat menurunkan angka kejadian karies gigi. Kontrol plak secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat antibakteri. Zat antibakteri adalah zat-zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri (Eley, 2010). Saat ini terdapat beberapa bahan kimia yang bersifat antibakteri dan tersedia secara komersial untuk mengatasi plak gigi. Bahan-bahan kimia ini dapat mengurangi bakteri penyebab karies hingga ke batas normal, namun terkadang memiliki efek samping yang kurang menguntungkan (Prabu dkk., 2006). Badria dan Zidan (2004) menuliskan bahwa saat ini kebutuhan global untuk pencegahan alternatif dan pilihan pengobatan untuk penyakit mulut yang aman,
3 efektif, danekonomis semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah meningkatnya insidensi penyakit dan meningkatnyaresistensi bakteri patogen terhadap antibiotik dan kemoterapi yang saat ini digunakan. Selain hal-hal tersebut,infeksi oportunistik pada individu yang immunocompromiseddan pertimbangan finansial di negaraberkembang juga turut mempengaruhi peningkatan permintaan pengobatan yang lebih aman, efektif, dan ekonomis. Oleh karena itu, pencarian produkalternatif terus dilakukan. Salah satu produk alami yang memiliki banyak manfaat dan telah menjadi dasar bagipengembangan bahan kimia baru di dunia farmasi adalah kelapa. Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah tanaman yang banyak terdapat di daerah tropis. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar dalam hal ekspor kelapa. Kelapa banyak digunakan di negara-negara Asia untuk berbagai macam tujuan (Srivastava dan Durgaprasad, 2008). Kelapa tidak hanya digunakan untuk memproduksi daging, jus, susu, dan tepung namun dapat pula dibuat menjadi minyak. Minyak kelapa murni memiliki aktivitas antimikroba karena kandungan asam laurat yang tinggi dan telah digunakan sebagai obat untuk beberapa infeksi oral. Asam laurat diketahui sebagai asam lemak utama yang merupakan 50% dari lemak yang terkandung di dalam kelapa sudah lama dikenal sebagai bahan baku sabun dan bahan kosmetik. Akhir-akhir ini, asam laurat diketahui memiliki manfaat lain yaitu sebagai antiviral, antibakterial, antifungal, dan antiprotozoal. Asam lemak ini banyak ditemukan pada kelapa, begitu juga produk yang berasal dari kelapa seperti minyak kelapa murni (Ogbolu dkk., 2007).
4 Manfaat minyak kelapa murni sebagai agen antimikrobial semakin terbukti dengan adanya berbagai penelitian yang telah dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ogbolu dkk. (2007). Ia mempublikasikan hasil penelitian bahwa semua spesies Candida yang diisolasi sensitif terhadap minyak kelapa murni dengan konsentrasi 100%. Selain penelitian tersebut, terdapat sebuah jurnal yang membahas mengenai berbagai vegetable oils dan efek antibakterinya terhadap bakteri Streptococcus mutans. Jurnal karya Hughes dkk. (2013) tersebut menuliskan bahwa minyak kelapa murni pada konsentrasi 416 mg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sebanyak 26 %. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana efek berkumur minyak kelapa murni terhadap jumlah kolonistreptococcus alpha haemoliticus pada plak gigi? C. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian tentang minyak kelapa murni sudah pernah dilakukan sebelumnya. Efek antifungal minyak kelapa murni pernah diuji oleh Ogbolu dkk. pada tahun 2007. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa semua jenis Candida yang diujikan sensitif terhadap minyak kelapa murni konsentrasi 100 %. Hughes dkk. pada tahun 2013 mempublikasikan jurnal yang menuliskan bahwa terjadi penghambatan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sebanyak 26%
5 pada percobaan yang menggunakan minyak kelapa murni pada konsentrasi 416mg/ml. Selain Ogbolu dan Hughes, terdapat pula peneliti dari Indonesia yang melakukan penelitian terhadap minyak kelapa murni, yaitu Bellinda dkk. (2008). Penelitian yang dilakukan oleh Bellinda dkk. (2008) membahas efek minyak kelapa murni pada pasien gingivitis tingkat sedang. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa minyak kelapa murni dengan konsentrasi 80% dapat menurunkan pertumbuhan bakteri pada penderita gingivitis hingga 97%. Perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah dalam penelitian ini akan lebih spesifik meneliti efek berkumur minyak kelapa murni terhadap pertumbuhan Streptococcus alpha haemoliticus pada plak gigi. Sejauh yang peneliti ketahui, belum pernah dilaporkan penelitian sebelumnya mengenai keefektifan minyak kelapa murni untuk menekan pertumbuhan Streptococcus alpha haemoliticus pada plak gigi. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jumlah kolonistreptococcus alpha haemoliticus pada plak gigi setelah berkumur dengan minyak kelapa murni. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi ilmiah mengenai kegunaan minyak kelapa murni di bidang kedokteran gigi.
6 2. Sebagai inovasi bahan yang lebih murah, aman, mudah digunakan, dan mudah didapatkan untuk menekan pertumbuhan bakteri yang berkontribusi dalam terjadinya plak gigi, khususnya bakteri Streptococcus alpha haemoliticus. 3. Menjadi salah satu alternatif bahan pembuatan obat kumur.