UJI KEMAMPUAN Trichoderma harzianum DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Fusarium oxysporum PENYEBAB PENYAKIT LAYU TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L) SECARA IN VITRO Betti Anggrayeni 1, Mades Fifendy 2, Linda Advinda 2 Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat 1 Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang ABSTRACT Fusarium is the soil born pathogens fungi that cause withered disease in host plant. Fusarium can be hold in ground longtime, because it can be klamidospora. This fungi attack the water carrier network, so that it can be disturb the transportation of host plant water. So the plant be withered, turn yellow and dwarf. The grow of fungi can be blocked by using biological agents, it is Trichoderma harzianum. The purpose of this research is follow to know T. harzianum ability in blocked the grow of F. oxysporum cause withered disease of papaya plants as In - Vitro. This research use RAL (The design of random completly) by 3 treatments. That consist of : (1) T. harzianum isolate 1, (2) T. harzianum isolate 2, (3) T. harzianum isolate 3. The result of this research is analyzed by using Anova experiment (Analisis of Varians). The avarege of percentage result in the blocked treatment A = (60,63 %), treatment B = (51,36 %), treatment C = (65,27%). The average of colony diameter T. harzianum of treatment A = (7,53 mm), treatment B = (7,15 mm), treatment C = (8,17 mm). The average of colony diameter F. oxysporum of treatment A = (2,99 mm), treatment B = (3,18 mm), treatment C = (2,70 mm). It can be counlude that T. harzianum can blocked the grow of F. oxysporum cause of withered disease in pepaya plant (Carica papaya L) as In Vitro. KEY Words : Carica papaya L, Trihoderma harzianum, Fusarium oxysporum. PENDAHULUAN Fusarium merupakan jamur patogen tular tanah yang menyebabkan penyakit layu pada tanaman inang (Alexopoulus, 1996). Jamur ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil. Fusarium dicirikan dengan struktur berupa miselium bercabang, hialin, dan bersekat (septat) dengan diameter 2-4 µm. Infeksi biasanya terjadi melalui system perakaran, gejala akan terlihat 4 hari setelah infeksi, namun gejala dapat terlihat lebih lama tergantung keadaan inang dan keadaan lingkungannya (Pracaya, 2007). Fusarium oxysporum dapat bertahan lama dalam tanah karena dapat membentuk klamidospora. Tanah yang sudah terinfeksi oleh jamur Fusarium sukar untuk dibebaskan kembali dari jamur ini (Semangun, 2007). Jamur ini bersifat parasit fakultatif. Tanaman inangnya adalah tanaman muda dan penyakit ditularkan melalui organ vegetatif dari inang (Endah, 2002). Fusarium dapat menyerang beberapa jenis tanaman sayur -sayuran dan buah buahan seperti cabai, terung- terungan, kacang panjang, ketimun, pare, tomat, pisang, dan papaya serta tanaman lainnya (Sudarmadi, 1995)
Pepaya merupakan salah satu komoditas buah yang berperan penting di Negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Philipina, dan Malaysia. Peran multiguna dari pepaya dapat sebagai buah segar, olahan, sayur, dan tanaman obat secara tradisional. Pepaya mudah dibudidayakan oleh petani sehingga menjadikan komoditas ini banyak diusahakan baik secara tradisional maupun skala perkebunan (Diah, 2006). Adanya serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor penentu usaha tani pepaya (Sriani dan Ketty, 2009). Hal ini tentu saja mendapatkan perhatian dan diupayakan pencegahan agar tidak meluas dan menimbulkan kerusakan seperti halnya komaditas lain yang terserang penyakit layu Fusarium. Jika penyakit akibat infeksi Fusarium oxysporum sudah parah, maka cara sanitasi kebun adalah dengan membongkar tanaman pepaya yang sakit (Warisno, 2003). Serangan F. oxysporum ikut memberikan dampak pada penurunan produksi selain itu kemungkinan meluasnya serangan penyakit layu akibat Fusarium oxysporum merupakan hal yang harus di antisipasi sejak dini agar tidak menimbulkan kerugian yang besar seperti pada komoditas lainnya Pengendalian penyakit tanaman dapat dilakukan dengan penggunaan pestisida kimia. Pestisida adalah substansi dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama, dan penyakit tanaman. Sanitasi kebun secara tidak langsung akan mengganggu kelestarian lingkungan serta membutuhkan waktu yang lama dan kerugian yang besar karena harga pestisida yang mahal. Untuk itu, perlu diupayakan pengendalian yang efektif ekonomis dan bersahabat dengan lingkungan, salah satunya dengan penggunaan agens hayati (Djafaruddin, 2000). Alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan dan relatif murah adalah menggunakan musuh alami dari patogen tersebut. T. harzianum adalah saprofit tanah yang secara alami merupakan parasit yang menyerang jamur penyebab penyakit tanaman seperti Phytophtora, Phytium, Rhizoctonia dan Sclerotium (Semangun, 2007) Pemanfaatan jamur atau fungi sebagai agens hayati adalah melalui kemampuannya dalam mengifeksi inang. Jamur memerlukan makanan dari tubuh inangnya. Jamur memproduksi dirinya dengan spora, sehingga dalam usaha pemanfaatan jamur tersebut sebagai sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah dengan memperbanyak spora dari jamur tersebut (Mardinus, 2006) Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa T. harzianum dapat mengendalikan berbagai penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah. Astri (2005) membuktikan bahwa T. harzianum dapat mengendalikan Sclerotium rolfsii penyakit rebah kecambah pada tanaman cabai merah dengan dosis 6 g/kg tanah. Lestari (2007) menguji keefektifan T. harzianum dalam mengendalikan penyakit busuk pada pangkal batang tomat yang disebabkan oleh jamur patogen Phytophtora capsici. Hasil penelitian diperoleh dosis biakan yang busuk pangkal batang pada tanaman tomat yang disebabkan oleh P. capsici adalah 16 g/kg tanah. Tisori (2009) melaporkan tentang uji antogonis secara in vitro menunjukkan bahwa jamur Trichoderma sp berpotensi mengendalikan pertumbuhan jamur patogen
persentase Hambatan Phytophtora infestans penyebab penyakit busuk pada tanaman kentang. Mekanisme penghambat yang terjadi pada uji antagonis ini adalah antibiosis dan hiperparasit. METODE PENELITIAN Isolasi F. oxysporum Fusarium diisolasi dari tanaman pepaya yang sakit dengan ciri ciri batangnya berwarna kecoklatan dan pada akarnya terdapat jamur. Bagian yang rusak seperti batang, daun, dan akar dipotong 2 3 cm, kemudian dicelupkan kedalam alkohol 70% dan kertas cakram diletakan kedalam petridish yang telah dibasahi dengan aquades. Potongan pepaya yang sakit dibiarkan sampai jamur tumbuh. Setelah jamur tumbuh dengan baik, dilakukan pengamatan dibawah mikroskop untuk memastikan spesies jamur yang tumbuh. Pengamatan spora Fusarium sp. dilakukan dengan cara menggoreskan jamur Fusarium sp. disekitar medium PDA dengan menggunakan jarum ose, selanjutnya tutup medium dengan gelas penutup inkubasi selama 3 hari, kemudian amati hifa yang melekat pada gelas penutup jika sudah terlihat. Angkat gelas penutup dengan hati hati pasangkan dengan gelas objek yang baru. Isolat T. harzianum Isolat T. harzianum diperoleh Dilaboratorium Proteksi Balai Penelitian Buah Tropika di Bandar Buat. Uji Antagonis Pengujian antagonis T. harzianum terhadap F. oxysporum dengan metode biakan murni F. oxysporum dan T. harzianum yang berumur 3 hari setelah inokulasi, dengan alat Cork borer (diameter 4 mm) kemudian tumbuhkan pada cawan petri yang berisi medium PDA secara berhadapan dengan jarak 3 cm. Analisis Data Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan analis varian (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan maka dilakukan Uji Lanjut dengan Duncan s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% (Hanafiah, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Hambatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa T. harzianum dapat menghambat pertumbuhan F. oxysporum pada perlakuan A = 60,63%, perlakuan B = 51,36% dan perlakuan C = 65,27% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Diagram Gambar 5. 70 60 50 40 30 20 10 0 60,63 Gambar 5: Diagram Rata-rata Persentase hambatan Hasil rata rata yang dilakukan terhadap kemampuan T. harzianum dalam menghambat pertumbuhan F. oxysporum menunjukkan berbeda nyata dan hasil uji lanjut dengan DNMRT. Diameter Koloni T. harzianum Hasil pengamatan diameter koloni T. harzianum pada perlakuan A = 7,53 mm, perlakuan B = 7,15 mm dan perlakuan C = 8,17 mm untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Diagram Gambar 6. 51,36 A B C Perlakuan 65,27
Diameter Koloni Diameter Koloni 8,2 8 7,8 7,6 7,4 7,2 7 6,8 6,6 Gambar 6: Diagram Rata- rata Diameter koloni T. harzianum. Diameter Koloni F. oxysporum Hasil rata-rata yang dilakukan terhadap koloni F. oxysporum pada perlakuan A = 2,99 mm, perlakuan B = 3,18 mm dan perlakuan C = 2,70 mm untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Diagram Gambar 7. 3,2 3,1 3 2,9 2,8 2,7 2,6 2,5 2,4 7,53 A B C Perlakuan 2,99 7,15 3,18 8,17 2,70 A Perlakuan B C Ganbar 7: Diagram Rata-rata Diameter F. oxysporum. Dari hasil dapat dilihat bahwa semua isolat T. harzianum mampu menghambat pertumbuhan F. oxysporum penyebab penyakit layu tanaman pepaya secara in vitro. Dari ketiga isolat T. harzianum yang digunakan, T. harzianum isolat 3 yang memiliki persentase hambatan yang paling besar yaitu 65,27 %. Analisis data kemampuan T. harzianum dalam menghambat pertumbuhan F. oxysporum menunjukkan berpengaruh nyata dan dilanjutkan dengan Uji Lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada lampiran 1 dimana dapat memperlihatkan bahwa T. harzianum mempunyai potensi yang berbeda nyata dalam menekankan pertumbuhan jamur Fusarium. Dari hasil pengamatan persentase hambatan terlihat bahwa T. harzianum mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan F. oxysporum yang paling tinggi. Kemampuan menghambat ini dimungkinkan karena yang mempengaruh perbedaan kecepatan pertumbuhan jamur tersebut. Pertumbuhan koloni jamur T. harzianum pada biakan ganda lebih cepat, disamping itu jamur tersebut menghasilkan senyawa gliovirin dan viridin mampu menekankan pertumbuhan jamur patogen F. oxysporum (Syahroni, 2003). T. harzianum yang dipasangkan dengan F. oxysporum pada biakan ganda tumbuh pesat sehingga pada hari ke 2 setelah inokulasi miseliumnya telah mencapai mesilium F. oxysporum dan mulai menghambat pertumbuhan F. oxysporum. Penghambatan terus terjadi sehingga pada hari ke 5 jamur patogen terdesak dan tidak mendapatkan ruang untuk tumbuh akibatnya F. oxysporum tidak berkembang dan membentuk ukuran koloni yang stabil. Kemampuan menghambat yang besar oleh T. harzianum seperti dijelaskan oleh Djafarudin (2000) karena T. harzianum memiliki kemampuan yang tinggi untuk berkompetisi. Selain itu T. harzianum juga mengeluarkan protein ekstraselular yang dapat mendegradasi oligosakarida dinding sel dari jamur patogen sehingga menyebabkan jamur patogen mengalami lisis dan mati (moat, 1995).
T. harzianum menghasilkan beberapa antibiotik di antaranya antibiotik peptaibol yang bekerja secara sinergis dengan enzim ß (1,3) glukanase, senyawa 3(2-hidroksipropil)-4-(2- heksadienil)-2(5h) furanon yang membantu proses penghambatan terhadap F. oxysporum dan senyawa alkil piron (6-n-pentil-2H- proses piran-2-on atau 6PP) yang bersifat fungistasis dan mampu mengubah penyebaran biomassa jamur dengan kisaran luas. Asam amino bebas seperti asam aspartat, asam glutamat, alanin, leusin dan valin serta dua senyawa ninhidrin positif lainnya yang dihasilkan T. harzianum secara in vitro juga dapat menurunkan patogenitas jamur patogen (Soesanto 2008). Analisis data yang dilakukan terhadap diameter koloni T. harzianum dan jamur patogen F. oxysporum pada biakan ganda hari ke 5 setelah inokulasi tidak berbeda nyata. Pertumbuhan ini memperlihatkan bahwa T. harzianum memiliki kecepatan pertumbuhan yang paling tinggi, dan F. oxysporum memiliki pertumbuhan yang paling lambat. Lambatnya pertumbuhan diameter koloni patogen F. oxysporum pada perlakuan pemberian jamur antagonis T. harzianum diduga karena telah terjadi reaksi antara senyawa toksin dari jamur antagonis T. harzianum terhadap jamur patogen F. oxysporum adalah suatu jenis yang baik sebagai pengendalian hayati karena terdapat dimana mana, mudah diisolasi dan dibiakan, tumbuh dengan cepat pada beberapa macam substrat, mempengaruhi patogen tanaman, jarang bersifat patogenik pada tanaman tingkat tinggi, bereaksi sebagai mikroparasit, bersaing dengan baik dalam hal makanan, tempat dan menghasilkan antibiotik (Well, 1988). Kesimpulan Bahwa T. harzianum mampu menghambat pertumbuhan F. oxysporum penyebab penyakit layu tanaman pepaya (Carica papaya L) secara In Vitro pada T. harzianum isolat 3. Daftar Pustaka Alexopoulus,C.J.C.W.Mins & M.BlackWell. 1996. Introductory MicologyFourth Edition. New York : Jhon Wiley & Sons Inc. Djafaruddin. 2000. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta : Bumi. Diah Sunarwati. 2006. Laporan Tahunan Of Trainees Pepaya. Solok : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Hanafiah, K. A. 2000. Rancangan percobaan teknik dan Aplikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Moat, A.G.J.W. Foster & M.P. Spector. 2002. Microbial Physsiology. New York : A Jonn. Mardinus,H. 2006. Jamur patogenik tumbuhan. Padang : Andalas University. Pracaya. 1998. Bertanam tomat. Yogyakarta: Kanisius. Sudarmadi. 1995. Komoditas Pisang. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Syahroni. 2003. Uji Kemampuan Gliocladium sp. Untuk Pengendalian Bercak Ungu Bawang merah (Allium ascalonicum L). Skripsi tidak diterbitkan. Padang : Universitas Negeri Padang. Semangun. H. 2007. Penyakit-penyakitm Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta : Rajawali Press. Sujiprihati, S dan Ketti, S. 2009. Budi Daya Papaya Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Well, H.D. 1998. Trichoderma as A Biocontrol Agent dalam Biocontrol of Plant Disease, Vol I.Mukerji, barg Kl (ed). CRC Pres, Inc.Boca. Raton.florida 72-79. Warisno. 2003. Budi daya papaya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.