BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan kinerja pembiayaan di tahun yang lalu.

Bab IV Lembaga Pembiayaan Dalam Kegiatan Bisnis Hukum Bisnis Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan. kebutuhannya.kehadiran industri pembiayaan (multifinance) di Indonesia

ASPEK HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan. Begitu pentingnya dunia


MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut SK Menkeu No / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10310

Pegadaian dan sewa guna usaha (leasing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

II. LANDASAN TEORI. Lembaga pembiayaan mempunyai beberapa bidang usaha, yaitu : 1. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company)

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL

BAB III Hasil Penelitian dan Analisis

STIE DEWANTARA Manajemen Leasing, Dana Pensiun & Modal Ventura

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN /PMK.010/ TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA LEASING DENGAN ANGSURAN (KREDIT) MOBIL PADA USAHA RENTAL MOBIL PT. WAHANA INDONESIA TRANSPORT

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

Diskusi dan Analisis Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Gerson Philipi Rianto F

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini baik pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur semakin

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mencapai tujuan kebijakan ekonomi makro karena sector keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

INTRODUCTION TO LEASING COMPANY PRESENTED BY JAPANESE LEASING COMPANY

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik. dalam segala aspek, terlebih dari aspek ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari perusahaan melakukan usahanya

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya era globalisasi atau era dimana tidak adanya pembatasan antar

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan Infrastruktur. Dijelaskan juga bahwa sampai dengan akhir tahun

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BAB 4 ANALISIS PEMBAHASAN

Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan seperti mesin Photo Copy merupakan hal yang harus

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kurang fleksibel dalam melakukan fungsinya. Sehingga

BAB II BANK DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN. Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi saat ini, perusahaan tentu ingin selalu

Transkripsi:

14 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Sejarah perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan dimulai sejak tahun 1974, berdasarkan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, yaitu : Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan RI tanggal 7 Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing sehingga muncullah perusahaan Leasing berjumlah 48 perusahaan. Kemudian pada tahun 1988 dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 menjelaskan mengenai perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan. Perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan (finance companies) termasuk perantara investasi ( investment intermediaries), yaitu lembaga keuangan yang memperoleh dana dengan menjual sekuritas/surat-surat berharga. Perusahaan pembiayaan memperoleh dana dengan menjual warkat niaga ( commercial papers/cp) yang merupakan instrumen utang jangka pendek (instrumen pasar uang), dan mengalokasikannya terutama untuk memberikan pinjaman kepada konsumen ( consumer loans), misalnya untuk membeli perabot dan peralatan rumah tangga lainnya atau membiayai pinjaman dalam jumlah kecil. Pinjaman tersebut bersifat konsumtif nilai barang yang dijadikan jaminan terdepresiasi dengan bertambahnya waktu sehingga memiliki risiko default tinggi. Perusahaan pembiayaan juga bersedia memberikan pinjaman kepada konsumen yang tidak

15 memperoleh pinjaman ke bank atau lembaga lainnya. Oleh karena itu perusahaan pembiayaan mengenakan bunga tinggi atas pinjamannya. Perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan juga menyediakan pinjaman bagi perusahaan bisnis yang memerlukan barang modal, atau memerlukan dana likuid. Pada awalnya, bank komersial tidak tertarik untuk melakukan bisnis seperti yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan karena risikonya yang tinggi. Akan tetapi, dengan meningkatnya kompetisi antarbank dan keuntungan dari pinjaman konsumen yang cukup tinggi telah mendorong bank untuk memberikan pinjaman konsumen dengan bunga yang lebih rendah. Namun dalam beberapa hal, perusahaan pembiayaan lebih unggul dibandingkan bank. Perusahaan pembiayaan bersedia memberikan pinjaman kepada konsumen yang tidak memperoleh pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya, misalnya pinjaman dengan jaminan mobil bekas. Selain itu, perusahaan pembiayaan konsumen ( consumer finance companies) biasanya dimiliki oleh perusahaan manufaktur (manufacturer) untuk meningkatkan penjualan produknya Silvanita (2009 : 56). Bidang usaha sub sektor lembaga pembiayaan pada awalnya, sebagaimana yang diatur oleh Keppres No. 61 tahun 1988 adalah : sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, kartu kredit, modal ventura dan perusahaan perdagangan surat-surat berharga. Selanjutnya sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 1256/KMK.00/1989 tanggal 18 November 1989, bidang usaha perdagangan surat berharga dikeluarkan dari lingkup usaha sub sektor lembaga pembiayaan karena kegiatan tersebut sangat terkait dengan kegiatan di bidang pasar modal. Pengaturan dan pembinaan kegiatan perusahaan perdagangan surat

16 berharga atau perusahaan efek tersebut dialihkan kepada Bapepam sebagai otoritas pasar modal. Lingkup usaha sub sektor lembaga pembiayaan tersebut lebih lanjut disesuaikan kembali dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 468/KMK.017/1995 tanggal 3 Oktober 1995 dimana bidang usaha modal ventura menjadi kegiatan yang terpisah dari perusahaan pembiayaan. Dengan kata lain, usaha modal ventura harus dilakukan dengan mendirikan perusahaan tersendiri khusus untuk kegiatan usaha modal ventura. Dipisahkannya modal ventura dari bidang usaha lembaga pembiayaan didasarkan pada pertimbangan agar bisnis modal ventura dapat berkembang lebih optimal mengingat pembiayaan modal ventura memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis pembiayaan lainnya dalam lingkup usaha lembaga pembiayaan. Berdasarkan deregulasi 20 Desember 1988 atau Pakdes 20 Tahun 1988, pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha perusahaan pembiayaan dilakukan oleh Menteri Keuangan. Namun selama kurun waktu yang cukup lama kegiatan usaha lembaga pembiayaan ini dapat dikatakan tidak dilakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang berarti. Peraturan pembinaannya yang ada pada dasarnya hanya mengatur mengenai kelembagaannya, misalnya : masalah kepemilikan, permodalan, penyampaian laporan, serta larangan menarik dana secara langsung dari masyarakat. Dapat dikatakan sampai akhir 1995, lembaga pembiayaaan menikmati kebebasan berusaha yang sangat longgar tanpa banyak pengaturan dari pemerintah.

17 Selanjutnya sejak sub sektor lembaga pembiayaan diperkenalkan pada akhir 1988 sampai sebelum terjadinya krisis moneter dan perbankan akhir 1997. Perkembangan usaha sub sektor lembaga pembiayaan telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Perkembangan perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan tersebut antara lain terdorong oleh situasi berusaha yang sangat kondusif dan tingginya pertumbuhan ekonomi. Faktor lain yang cukup mendorong adalah kurangnya pengaturan mengenai kegiatan usaha perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan sehingga mereka dapat melakukan bisnis secara lebih bebas. Dengan demikian, hampir tidak ada pengawasan dari pihak otoritas dalam hal sumber pendanaan dan penyaluran pembiayaannya. 2.2. Lingkup dan Bidang Usaha Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK/013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang antara lain menerangkan bahwa perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan melakukan kegiatan meliputi bidang usaha : a. Sewa guna usaha (leasing) Perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan lesse (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lesse dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. b. Model ventura Badan usaha yang melakukan suatu pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan.

18 c. Perdagangan surat berharga Bidang usaha perdagangan surat berharga dengan lingkup usaha lembaga pembiayaan karena kegiatan tersebut sangat terkait dengan kegiatan di bidang pasar modal d. Anjak piutang Perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan penagihan dan pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan utang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu milik perusahaan. e. Usaha kartu kredit Usaha kartu kredit merupakan kartu plastik yang diberikan kepada nasabah untuk dapat digunakan sebagai alat pembayaran. f. Pembiayaan konsumen Perusahaan pembiayaan konsumen memberikan pinjaman kepada konsumen untuk membeli perabot dan peralatan rumah tangga lainnya, memperbaiki rumah atau membiayai utang dalam jumlah kecil. Jadi perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan dapat melakukan semua kegiatan yang disebutkan di atas. Dengan demikian, perusahaan lembaga pembiayaan mempunyai lingkup yang sangat luas. Istilah lembaga pembiayaan yaitu badan usaha yang melakukan kegiataan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat (Martono, 2010 : 115-116).

19 2.3. Sumber Daya Sumber daya manusia sub sektor lembaga pembiayaan menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Jumlah Sumber Daya Manusia Perusahaan Lembaga Pembiayaan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 2013 Jenis 2009 2010 2011 2012 2013 Kelamin Perempuan 24.645 39.948 38.558 45.887 49.209 Laki-Laki 90.506 107.646 138.256 148.897 162.755 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2014) Berdasarkan Tabel 2.1. di atas menjelaskan bahwa Sumber daya manusia sub sektor lembaga pembiayaan menurut jenis kelamin dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagian besar dengan jenis kelamin laki-laki. Sumber daya manusia sub sektor lembaga pembiayaan menurut pendidikan adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Jumlah Sumber Daya Manusia Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Menurut Pendidikan Tahun 2009 2013 Pendidikan 2013 SD 138 SMP 706 SMA 67.088 Sarjana 142.557 Pascasarjana 1.313 Tenaga Asing 162 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2014)

20 Berdasarkan Tabel 2.2 di atas menjelaskan bahwa Sumber daya manusia sub sektor lembaga pembiayaan menurut pendidikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagian besar dengan pendidikan Sarjana (Strata-1). Sumber pendanaan sub sektor lembaga pembiayaan adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Sumber Pendanaan Perusahaan Lembaga Pembiayaan Tahun 2009 2013 (Dalam Triliun Rupiah) Sumber Pendanaan 2009 2010 2011 2012 2013 Ekuitas 40,09 47,83 56,14 66,72 82,75 Pinjaman 0,68 0,52 0,31 0,34 0,40 Subordinasi Obligasi 13,60 18,39 30,29 43,77 53,21 Pinjaman Luar 44,36 59,89 78,66 86,61 101,24 Negeri Pinjaman Dalam Negeri 56,92 84,91 108,61 124,54 142,11 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2014) Berdasarkan Tabel 2.3. di atas menjelaskan bahwa sumber pendanaan Perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan di danai dari pinjaman dalam negeri hingga mencapai tahun 2013 sebesar Rp. 142,11 trilun. 2.4. Tantangan Bisnis Kamar Dagang dan Industri Indonesia (2014) mendesak pemerintah segera membentuk lembaga pembiayaan khusus industri. Hal tersebut diperlukan agar industri dalam negeri semakin berdaya saing, terutama saat menghadapi persaingan regional dan global yang semakin ketat (www.kompas.com).

21 Berdasarkan data Bank Indonesia 2014, bidang industri mendapatkan pembiayaan perbankan Rp. 650,9 triliun atau sekitar 25 persen dari total pembiayaan perbankan di Indonesia. "Bunga pinjaman yang diberikan perbankan di Indonesia sekitar 12 persen. Bunga pinjaman ini lebih tinggi dibandingkan dengan di Thailand yang sekitar 6,5 persen, Filipina 5,5 persen, Singapura 5 persen, dan Malaysia 4,5 persen. Industri di Indonesia perlu alternatif pembiayaan dengan bunga lebih rendah dan waktu lebih panjang. Menteri Perindustrian Saleh Husin (2014) menjelaskan bahwa daya saing industri nasional yang rendah menghambat pencapaian target pertumbuhan sektor industri. Salah satu penyebabnya adalah pembiayaan investasi dalam negeri yang mahal karena suku bunga perbankan tidak kompetitif. Dengan demikian, tantangan bisnis lembaga pembiayaan adalah suku bunga perbankan yang tidak kompetitif. Menurut Nainggolan (2014 : 1) b anyak orang memperkirakan, lembaga pembiayaan sama dengan bank, padahal itu tidak sama, walaupun sama-sama bergerak dalam bidang keuangan. Lembaga pembiayaan adalah suatu usaha yang berbentuk badan usaha secara hukum yang melakukan kegiatan pembiayaan dengan menyediakan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat, dimana secara khusus melakukan kegiatan seperti perusahan sewa guna usaha ( leasing), perusahaan modal ventura, perusahaan perdagangan surat berharga, perusahaan anak piutang, perusahaan kartu kredit dan perusahaan pembiayaan konsumen (www.kompasiana.com).

22 Namun yang paling terkenal adalah perusahaan pembiayaan konsumen (Consumers Finance Company) dimana badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran ataupun pembayaran secara berkala oleh konsumen. Dengan demikian, hal tersebut menjadi tantangan bisnis lembaga pembiayan untuk memberikan produk-produk pembiayaan yang berbeda dengan produk perbankan. Misalnya seperti pembayaran angsuran pembelian secara cicilan kendaraan roda dua, roda empat dan lain-lain. Namun demikian, saat ini pertumbuhan lembaga pembiayaan otomotif baik kendaraan roda dua maupun roda empat masih positif di tengah adanya tekanan suku bunga tinggi. Selain itu, melalui Undang-Undang (UU) Perindustrian Nomor 3 Tahun 2014, pemerintah telah mengamanatkan dibentuknya lembaga pembiayaan pembangunan industri yang berfungsi sebagai lembaga pembiayaan investasi di bidang Industri. Hal tersebut dapat menjadi tantangan bisnisi bagi lembaga pembiayaan untuk dapat meningkatkan ekspansi usahanya pada sektor industri. 2.5. Proses/Kegiatan Fungsi Bisnis Proses/kegiatan fungsi bisnis perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan menurut Kasmir (2014 : 240) dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sewa guna usaha (leasing) Kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1) Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (finance lease ) dengan kritera sebagai berikut :

23 1) Jumlah pembayawan sewa guna usaha dan selama masa sewa guna usaha pertama kali, ditambah dengan nilai sisa barang yang dilease harus dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dileasekan dan keuntungan bagi pihak lessor. 2) Dalam perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessee. 2) Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee (operating lease) dengan kritera sebagai berikut : a) Jumlah pembayaran selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dileasekan ditambah keuntungan bagi pihak lessor. b) Didalam perjanjian leasing tidak memuat mengenai hak opsi bagi lessee. b. Model ventura Kegiatan modal ventura memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan lembaga pembiayaan lainnya yakni : 1. Kegiatan dilakukan bersifat penyertaan langsung ke suatu perusahaan 2. Penyertaan dalam perusahaan bersifat jangka panjang dan biasa di atas tiga tahun. 3. Bisnis yang dimasuki merupakan bersifat jangka panjang dan biasanya di atas tiga tahun. 4. Keuntungan yang diperoleh berasal dari capital gain, deviden atau bagi hasil tergantung dari penyertaan modalnya di bidang jenis yang diinginkan.

24 5. Kegiatan lebih banyak dilakukan dalam usaha pembentukan usaha baru atau pengembangan usaha baru. c. Perdagangan surat berharga d. Anjak piutang Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih pengurusan piutang suatu perusahaan dengan suatu tanggung jawab tertentu, tergantung permintaan pihak kreditor (pihak yang punya piutang). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 kegiatan anjak piutang meliputi kegiatan antara lain : 1. Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu. 2. Pembelian piutang perusahaan dalam transaksi perdagangan dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan. 3. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan anjak piutang dapat mengelola kegiatan administrasi kreditr suatu perusahaan sesuai kesepakatan. e. Usaha kartu kredit Sistem kerja kartu kredit ini mulai dari permohonan penerbitan kartu, transaksi pembelanjaan sampai dengan penagihan yang dilakukan pleh lembaga pembayar yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Nasabah mengajikan permohonan sebagai pemegang kartu dengan memenuhi segala peraturan yang telah dibuat.

25 2. Bank atau lembaga pembiayaan akan menerbitkan kartu apabila disetujui setelah melalui penelitian terhadap kredibilitas dan kapabilitas calon nasabah kemudian diserahkan ke nasabah. 3. Dengan kartu yang sudah disetujui pemegang kartu berbelanja di suatu tempat dengan bukti pembayarannya. f. Pembiayaan konsumen Perusahaan pembiayaan konsumen juga memberikan pinjaman dengan jaminan hipotik, kedua (second mortgage) yaitu pinjaman yang dijamin dengan rumah (real estate) yang telah dijaminkan pada hipotik sebelumnya.