BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil. 1 Tujuan khusus dari upaya kesehatan adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular, meningkatkan dan memantapkan mutu pelayanan kesehatan dasar. 2 Kesehatan menjadi sangat berharga ketika ada gangguan. Gejala awal suatu penyakit seringkali tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting. Kecenderungan ini juga terjadi pada penyakit 3 Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja tetapi harus didukung oleh gusi, akar dan tulang pendukung yang sehat. Gigi akan berfungsi dengan baik apabila gigi tersebut dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah. 4 Karies gigi dapat menyebabkan focal infection dental origin atau focal infection (FI) yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit di tempat lain. FI terjadi ketika mikroorganisme yang berasal dari gigi dan mulut menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian tubuh yang lain. Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisme, karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini lah yang mengakibatkan terganggunya organ-organ tubuh antara lain jantung, hati, ginjal dan pada ibu hamil dapat mengakibatkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah. 5
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000, analisis data prevalensi karies berdasarkan indeks DMF-T (D=decayed=gigi yang karies, M=missed=gigi yang hilang, F=filled=gigi yang ditambal, T=teeth=gigi permanen) di beberapa negara adalah sebagai berikut, negara Amerika 2,05%, negara Afrika 1,54%, negara Asia Tenggara 1,53%, negara Eropa 1,46% dan negara bagian Barat Pasifik 1,23%. 4,6 Berdasarkan data WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO (AFRO, AMRO, EMRO, EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMF-T) pada anak usia 12 tahun adalah 2,4 artinya setiap anak memiliki gigi dengan tumpatan/tambalan, tapi ada karies (Jika DMF-T = 0,artinya permukaan gigi sehat/keras. Hal ini diperoleh dari kode pemeriksaan karies dengan indeks WHO). Indonesia sebagai salah satu negara anggota SEARO (South East Asia Regional Offices) memiliki indeks DMF-T rata-rata 2,2 untuk kelompok usia yang sama. 4,6 Hal ini masih jauh dari target WHO di mana indeks DMF-T pada tahun 2010 adalah 1,0. 7 Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, dengan jumlah sampel 65.664 rumah tangga di perkotaan dan pedesaan menunjukkan bahwa persentase penduduk selama satu bulan, sakit gigi paling tinggi di perkotaan adalah Provinsi Kalimantan Tengah 7,46% yang paling rendah di Provinsi Sulawesi Utara 1,98% dan di pedesaan paling tinggi di Kalimantan Timur 7,57% yang paling rendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat 1,60%. Kesadaran dan perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan masih rendah, dapat diukur dengan ratio tindakan penambalan berbanding pencabutan di puskesmas adalah 1:4. 8 Menurut SKRT 1995, indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,21 dengan angka prevalensi sebesar 76,90%. Hasil SKRT tahun 1997 pada kelompok usia 18 tahun prevalensi karies masih cukup tinggi yaitu 83,50% dengan DMF-T rata-rata 2,68. 9
Hasil studi SKRT 2001 diperoleh prevalensi karies pada penduduk usia 10 tahun ke atas sebesar 70% yakni pada usia 12 tahun sebesar 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18 tahun 51,1%, usia 35-44 tahun 80,1% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7%. Susenas (Survei Kesehatan Nasional, 2001) melaporkan sebesar 1,2% penduduk Indonesia menyatakan pernah sakit gigi satu bulan yang lalu dan meningkat pada golongan umur yang lebih tinggi, di mana keluhan tertinggi adalah pada golongan umur 35-39 tahun sebesar 1,8% dan rata-rata lama terganggunya sekolah, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari akibat sakit gigi adalah 4 hari. 10 Hal yang memperihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani di mana memerlukan penambalan atau pencabutan mencapai 82,5%, dan diketahui pula bahwa ratarata 16 gigi sudah dicabut pada umur 65 tahun ke atas. 10 Selanjutnya pada SKRT 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies telah mencapai 90,05% yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies 4 Hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1994-1995 pada anak usia 12 tahun angka prevalensi karies dan periodontal (penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami keradangan/gusi membengkak dan mudah berdarah) sebesar 74,41% dengan DMF-T rata-rata sebesar 2,50 di mana angka prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 96,67% dengan DMF-T rata-rata 4,12 sedangkan prevalensi terendah terdapat di provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 50,67% dengan DMF-T rata-rata 1,27. Di Sumatera Utara angka prevalensi karies yaitu sebesar 60,00% dengan DMF-T rata-rata 2,46. 11
Menurut penelitian Putri Syarah di Klinik Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) (USU) tahun 2008 didapatkan penderita karies gigi permanen sebanyak 275 orang. 12 Jumlah penderita karies gigi yang diperoleh saat pengumpulan data di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir pada tahun 2008 sebanyak 158 orang. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita karies gigi permanen yang berobat di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008. 1.2. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita karies gigi permanen yang berobat di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita karies gigi permanen yang berobat di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan daerah asal). b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan stadium karies
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan tingkat keparahan/kecepatan berkembangnya karies d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan penatalaksanaan medis. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan sumber biaya. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan stadium karies g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan tingkat keparahan karies h. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan stadium karies i. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium karies j. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan karies k. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan karies 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi bagi pihak RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir terutama dalam peningkatan pelayanan kesehatan 1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai karies gigi permanen.