BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kegiatan alam yang lainnya. Namun menurut Giri (2009), mengungkapkan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
KECERDASAN SPIRITUAL PADA MAHASISWA PECINTA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di antaranya adalah manajemen

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB VI PENUTUP. Kegiatan Keagamaan terhadap Akhlakul Karimah Siswa di MTsN. Aryojeding Rejotangan Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahan kajian (materi) PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang membutuhkan berbagai keterampilan antara lain kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. terdapat perbedaan antara pengalaman biasa dan luar biasa (Abraham, 1986) dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB V PEMBAHASAN. dari analisis masing-masing rumusan masalah yang berupa hasil analisis. mencari pengaruh atau uji hipotesis dari kedua variabel.

BAB VI PENUTUP. 1. Konversi Agama Pengikut Jama ah Tabligh di Desa Kutoanyar

BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari kecerdasan spiritual. Saat ini manusia hidup di tengah-tengah kegalauan

PENDAHULUAN. Kalau hidup sekedar hidup, kera di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kerbau di sawah juga bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup manusia. kearah kearifan ( wisdom), pengetahuan ( knowledge), dan etika ( conduct).

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

BAB I PENDAHULUAN. namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pecinta alam memang sebuah ajang penyaluran hobi dan pengisi waktu luang bagi sejumlah orang yang memiliki kecintaan pada kegiatan yang bertempat di alam bebas seperti mendaki gunung, arung jeram, penghijauan hutan atau kegiatan alam yang lainnya. Namun menurut Giri (2009), mengungkapkan bahwa menjadi pencinta alam harus memiiki modal besar diantaranya kesehatan fisik, karena hal tersebut dapat menunjang kegiatan selama pendakian gunung, yang kedua adalah mental yang kuat, seorang pecinta alam apabila tidak memiliki mental yang kuat maka akan menghindari tantangan yang terjadi saat pendakian, dan yang terakhir adalah keterampilan, selain sehat dan memiliki mental yang kuat seorang pecinta alam dituntut untuk terampil dalam kegiatan pendakian, agar dapat membantu seorang pecinta alam bertahan hidup di alam luar. Namun tidak hanya itu saja, menjadi seorang pecinta alam, terutama pecinta alam muslim harus memiliki adab atau etika pada saat pendakian ataupun menyandang status sebagai pecinta alam antara lain sholat lima waktu, memperbanyak dzikir dan doa ketika melihat kebesaran Allah SWT (Gispala, 2012). Hal tersebut merupakan perwujudan dari pemberian makna, dan itu masuk dalam bagian dari kehidupan spiritual yang meliputi hasrat manusia untuk senantiasa termotivasi mencari makna dalam hidup dan mendambakan hidup yang 1

2 bermakna. (Mujib dan Mudzakir, dalam Utami,2016), dia juga menyampaikan bahwa makna yang paling tinggi dan paling bermakna, dimana manusia akan terus merasa bahagia justru terletak pada aspek spiritualitasnya dan manusia yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan menemukan makna dari segala aspek kehidupan. Terutama seorang pecinta alam akan menemukan makna hidupnya ketika mendaki dan dekat dengan alam, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan spiritualnya. Zohar dan Marshal (2001), mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang berhubungan dengan makna dan nilai. Sinetar (2000), menulis bahwa kecerdasan spiritual adalah pikiran untuk mendapatkan inspirasi, dorongan dan penghayatan ketuhanan yang mana setiap individu menjadi bagian. Penghormatan kepada hidup adalah sesuatu yang melekat pada watak seseorang yang spiritual dan ini akan merangsang dorongan untuk dapat menghargai kehidupan. Sedangkan menurut King (dalam Salmabadi dkk, 2015) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah bagian dari mental yang mengintegrasikan aktivitas mental yang akan menghasilkan pemaknaan yang mendalam pada diri seseorang mengenai hal yang perilaku superego dan tingkatan spiritual seseorang. Pusat dari spiritual adalah "makna", karena menurut Zohar dan Marshal (2001), manusia digerakkan oleh keinginan untuk menemukan makna dari sesuatu yang ia lakukan. Konteks spiritual pada kecerdasan spiritual adalah "proses pemaknaan" dan bukan kepada konteks aslinya sebagai spirit atau ruh. Karena penekanannya pada "proses pemaknaan" itu pulalah, maka kecerdasan spiritual ini

3 tidak terkait dengan agama, meskipun tidak pula bertentangan dengan agama. Namun jika dipandang dalam kacamata islam menurut Purwanto (2007) mengatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia termasuk dalam ibadah, dan ibadah menurutnya adalah sebuah perbuatan hamba (manusia) dan tidak ada satupun aktivitas yang tidak berkaitan dengan hubungan hamba dan Tuhannya, maka dari itu kecerdasan spritual itu juga berkaitan dengan agama(keyakinan) dalam diri manusia agar mengetahui posisi manusia sebagai makhuk dan Allah sebagan Tuhan (Rabb) pada proses pemaknaan. Bensaid, Machouche dan Grine (2011), menyatakan bahwa kecerdasan spiritual dalam Al- Qur an mengacu pada hal iman kepada Allah SWT yang mendasari emosi positif dan perilaku seseorang, Menurut Sichel (dalam Usman, 2005) kecerdasan spiritual yang tinggi adalah sebuah peramal untuk kebahagiaan, kedamaian, harga diri yang tinggi, hubungan yang harmonis dan penuh cinta, perasaan puas terhadap diri dan imgkungannya. Edward (dalam Usman, 2005) mengatakan bahwa orang memiliki kecerdasan spiritual sudah ada sejak manusia lahir dan Ia telah menggunakannya sepanjang hidupnya. Orang yang cerdas secara spiritual atau memiliki perkembangan kecerdasan spiritual yang baik, menurut Zohar dan Marshal (2001) yaitu orang yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, memiliki kesadaran yang tinggi untuk mampu menghadapi resiko atau hal yang tidak di inginkan diwaktu yang akan datang, orang yang cerdas secara spiritual juga memiliki kualitas hidup yang sesuai dengan nilai yang ada di masyarakat, memiliki cara pandang yang holistik dan selalu mencari jawaban yang mendasar atas hal yang terjadi dalam hidupnya atau

4 hal yang bermakna. Singh dan Sinha (2013), menambahkan bahwa seseorang yang cerdas secara spiritual juga dapat membuat seseorang menjadi kreatif dalam arti, mampu merubah peraturan yang mungkin tidak sesuai dan mampu memilahkan mana baik dan yang buruk. Mahasiswa Pecinta Alam atau sering disebut sebagai mapala yang telah melakukan banyak eksplorasi alam seperti mendaki gunung dan kegiatan lainnya, jika menurut pembahasan diatas para mapala tersebut seharusnya cerdas secara spiritual karena mampu memaknai keindahan alam yang itu adalah ciptaan Allah SWT. Namun pada kenyataannya ditemukan perilaku mapala yang jauh dari nilai yang diperoleh saat melakukan kegiatan mereka di alam bebas, seperti meninggalkan sholat lima waktu, kurang menjaga kebersihan tempatnya, dan kurang menyadari terkait kewajiban belajar mereka sebagai mahasiswa. Hal tersebut juga didukung oleh hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa subjek mengenai cara pemberian makna mereka terhadap kegiatan yang mereka lakukan selama menjadi seorang pecinta alam. Wawancara dilakukan kepada Subjek B, dia menyatakan menggeluti bidang pecinta alam dari awal kuliah, dia juga menyatakan bahwa sudah banyak gunung yang didaki dan sudah banyak pengalaman yang dia dapat selama dia ikut di pecinta alam. Subjek B menyatakan bahwa alasan dia masuk pecinta alam karena passionnya ada disitu, ketika subjek B ditanya mengenai makna yang didapat setelah mendaki gunung adalah, merasa tenang karena alam itu jauh dari kebisingan dan keramaian seperti halnya di kota, namun ketika subjek B ditanya terkait dengan pemaknaan kegiatan pendakian yang dilakukan subjek B, dia menyatakan bahwa

5 dia bisa bersyukur karena dia mengaku hanya sebagai manusia biasa dan yakin ada kekuatan yang lebih besar darinya, tetapi setelah ditanya tentang perwujudan syukurnya, dia hanya melakukannya sebatas menikmati keindahan alam, dan saat ditanya tentang ibadahnya subjek B mengaku bahwa dirinya masih kurang dalam hal ibadah, seperti observasi yang dilakukan di kantor pecinta alam subjek B memang saat waktu sholat tidak banyak yang melaksanakan sholat. Seharusnya seorang pecinta alam, selain merasakan ketenangan dan dekat dengan alam, juga setidaknya cerdas secara spiritual dan mengimplimentasikan ke kehidupan yang sebenarnya, misalnya dengan rajin sholat 5 waktu, lain dengan Subjek A, dia menyatakan bahwa dirinya sudah mendaki beberapa gunung terkenal di jawa dan nusa tenggara, Subjek A juga mengungkapkan bahwa dirinya menjadi pecinta alam itu karena hobinya suka menjelajah alam dan traveling, namun subjek A juga menyatakan bahwa dirinya sekarang sudah kurang tertarik dengan kegiatan pendakian dan beralih ke kegiatan alam lainnya yaitu arung jeram karena bosan dengan kegiatan pendakian, dari kegiatan yang dilakukannya, subjek A mengaku lebih senang dalam kegiatan arung jeram daripada mendaki gunung. Subjek A juga mengatakan bahwa arung jeram itu lebih menantang dan lebih banyak nilai yang didapat setelah melakukan arung jeram seperti hidup terkadang harus melawan arus, tidak selalu mengikuti arus air, selain itu juga subjek A juga berpendapat bahwa kegiatan yang dia lakukan juga bisa membuat dia bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepadanya. Perwujudan syukur yang dilakukan menurut subjek A adalah dengan menambah ibadahnya sehari-hari.

6 Jadi menurut observasi dan wawancara yang dilakukan dengan kedua subjek dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian makna oleh keduanya memang berbeda hal itu terbukti dari cara pemaknaannya, mulai dari subjek A mensyukuri dan meningkatkan ibadah dan subjek B mensyukuri dan mendapat ketenangan tetapi hanya sebatas itu. Hal tersebut merupakan permasalahan yang terjadi di anggota pecinta alam dikalangan mahasiswa muslim, menurut pendapat yang ada diatas seseorang akan menemukan kebermaknaan hidup dalam setiap kegiatan yang dilakukan terutama dalam menikmati kebesaran ciptaan Allah SWT. Ada yang hanya sekedar menikmati dan ada juga yang menikmati namun mengaplikasikan dengan perwujudan lebih rajin beribadah hal itulah yang terjadi dilapangan. Dari permasalahan tersebut maka munculah pertanyaan penelitian Bagaimana Kecerdasan Spiritual pada Mahasiswa Pecinta Alam? B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kecerdasan Spiritualpada Mahasiwa Pecinta Alam. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan antara lain ; 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa pecinta alam dan umum tentang kecerdasan spiritual.

7 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Aktivis Pecinta Alam Hasil penelitian ini sebagai penambah wawasan bagi aktivis pecinta alam mengenai kecerdasan spiritual dalam perilaku sehari hari agar dapat menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah SWT. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya agar dapat dikembangkan lagi dengan referensi yang sesuai dan dengan pembahasan yang lebih luas.