BAB I PENDAHULUAN. memiliki pekerjaan. Pada dasarnya, memiliki pekerjaan merupakan hak yang

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan Industrial adalah kegiatan yang mendukung terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

BAB V PENUTUP. pekerja / buruh dengan pengusaha, berpotensi menimbulkan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

Anda Stakeholders? Yuk, Pelajari Seluk- Beluk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

Perselisihan Hubungan Industrial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pengamatan dan analisis mengenai Sistem Pemutusan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri pariwisata di Yogyakarta cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaiannya diperlukan institusi yang mendukung mekanisme penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

NIKODEMUS MARINGAN / D

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan buruh sebagai tenaga kerja yang menyokong terbentuknya

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

The Presenting MSDM PemutusanHub ungan Kerja (PHK)

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

Makalah Ketenagakerjaan Sengketa Hubungan Industrial (Hukum Perikatan) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan Serikat Pekerja (yang selanjutnya akan ditulis SP). Pada dasarnya SP

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Oleh Anak Agung Lita Cintya Dewi I Made Dedy Priyanto Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Kasus Drydocks, Batam

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kerja dalam menangani persoalan yang berkaitan dengan perselisihan tenaga kerja menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

PERAN SERIKAT PEKERJA DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam hubungan kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. dialami oleh para pelaku hubungan industrial di belahan dunia mana pun. Pekerja

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beragam seperti buruh, pekerja, karyawan, pegawai, tenaga kerja, dan lain-lain.

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

A. Latar Belakang Masalah

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

Prinsip Dasar PPHI dan Macam-Macam Perselisihan. Disusun oleh : M. Fandrian Hadistianto

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 170 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASPEK PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) DALAM HUBUNGAN KERJA

Lex et Societatis, Vol. III/No. 3/Apr/2015

I. PENDAHULUAN. pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang KKL

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

Dr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

BAB I PENDAHULUAN. dengan kualitas yang baik dari karyawan dalam melaksanakan tugasnya,

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

Frendy Sinaga

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hakikat manusia adalah menggerakkan hidup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat terjadi apabila manusia memiliki pekerjaan. Pada dasarnya, memiliki pekerjaan merupakan hak yang melekat pada setiap orang. Hal ini tertuang dalam Pasal 27 ayat (2) Undang- Undang Dasar 1945, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Memaknai pasal ini tentu saja sangat sederhana, bahwa menjadi tugas bersama untuk mengusahakan agar setiap orang yang mau dan mampu bekerja dapat mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang diinginkannya dan setiap orang yang bekerja dapat memperoleh penghasilan yang cukup layak, bagi si tenaga kerja maupun keluarganya. 1 Ketentuan dalam Pasal 27 ayat (2) ini kemudian dipertegas dalam Pasal 28D ayat (2) yang menyebutkan bahwa, Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Perlakuan yang layak tersebut harus diatur secara tepat dan lengkap. Pengaturan mengenai hal tersebut dapat ditemui pada perjanjian kerja. Syaratsyarat kerja yang harus dijalankan oleh pekerja juga dicantumkan dalam 1 Sendjun H. Manulang, 1990, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 19

2 perjanjian kerja agar pekerja mengetahui pekerjaan yang harus dilakukan. 2 Terpenuhinya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak akan mengharmoniskan hubungan kerja. Kenyataan yang terjadi, banyak ketidakharmonisan hubungan antara pengusaha dan pekerja. Adanya sifat subordinasi dalam hubungan kerja, memberikan batasan antara pengusaha dengan pekerja yaitu sebagai atasan dan bawahan yang menyebabkan pengusaha bersikap sewenang-wenang pada pekerjaannya. Pemberian upah di bawah standar, waktu kerja yang melebihi ketentuan tanpa disertai dengan uang lembur, tidak adanya jaminan kesejahteraan dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga, bahkan sampai terjadinya pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha. Pemutusan hubungan kerja pada dasarnya merupakan masalah yang kompleks. Bagi pekerja, pemutusan hubungan kerja akan memberi pengaruh psikologis, ekonomis, finansial. Disisi lain, bagi pengusaha terjadinya pemutusan hubungan kerja sebenarnya merupakan kerugian karena sudah melepas tenaga kerja yang selama ini sadar atau tidak sadar sudah dilatih dengan mengeluarkan biaya yang banyak dan sudah mengetahui cara-cara kerja yang dibutuhkan perusahaan, namun pemutusan hubungan kerja justru perlu dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan. 3 2 Jimmy Joses Sembiring, 2010, SMART HRD: Perusahaan Tenang, Karyawan Senang, Visi Media, Jakarta, hlm 72. 3 F.X. Djumialdji, 2006, Perjanjian Kerja, Cetakan II, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 44

3 Hubungan industrial dalam suatu perusahaan tidak selamanya berjalan lancar, di tengah perjalanan dapat muncul perselisihan yang timbul antara pengusaha dengan pekerja. Jenis perselisihan yang terjadi antara para pelaku hubungan industrial yakni perselisihan kepentingan, perselisihan hak, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja. Bilamana terjadi perselisihan industrial, maka dapat asasnya serikat pekerja dan pengusaha itu harus menyelesaikan sendiri secara damai dengan jalan perundingan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila upaya penyelesaian perselisihan industrial yang dilakukan melalui perundingan tidak mencapai kesepakatan, pihak-pihak yang berselisih dapat menempuh jalan penyelesaian melalui jalur pengadilan atau jalur di luar pengadilan melalui mediasi di dinas tenaga kerja dan sosial. Putusnya hubungan kerja berarti bagi buruh permulaan dari segala pengakhiran, permulaan dari berakhirnya mempunyai pekerjaan, permulaan dari berakhirnya kemampuannya membiayai keperluan hidup sehari-hari baginya dan keluarganya, permulaan dari berakhirnya kemampuannya menyekolahkan anakanaknya dan sebagainya. 4 Sebenarnya pengusaha dan pekerja dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja. Memang dapat dimengerti alasan pengusaha melakukan pemutusan hubungan kerja karena pengusaha bertanggung 4 Imam Soepomo, 1978, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Penerbit Djambatan, Jakarta, hlm 116

4 jawab atas jalannya perusahaan, sehingga pengusaha akan melakukan segala sesuatu termasuk melakukan pemutusan hubungan kerja kepada pekerjanya. Waktu terus berjalan dan tidak bisa dihindari. Termasuk satu titik kehidupan yang disebut dengan pensiun. Usia pensiun telah ditentukan dalam peraturan internal perusahaan atau peraturan perusahaan atau di perjanjian kerja bersama. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menentukan usia pensiun adalah 55 tahun. 55 tahun ini adalah usia pensiun normal. Ada beberapa perusahaan yang memberlakukan juga usia pensiun dipercepat (atau usia pensiun dini), biasanya 45 tahun. Pekerja yang telah memasuki usia pensiun, berhak atas imbalan pesangon. Imbalan pesangon untuk manfaat pensiun ini telah diatur di Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 167. Hal ini seperti yag terjadi pada PT. PRIMISSIMA bahwa pekerja yang mendapat pemutusan hubungan kerja karena pensiun menerima uang pesangonnya tidak dibayarkan secara tunai, namun dengan cara mengangsur oleh perusahaan. Ketika perusahaan tidak membayar tunai uang pesangonnya kepada pekerja yang mendapat pemutusan hubungan kerja karena pensiun, maka pekerja merasa dirugikan dengan kondisi tersebut. Disitulah pekerja menjadi bimbang bagaimana agar hak dari pekerja tersebut dapat dipenuhi dengan baik oleh perusahaan. Perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK) termasuk kategori perselisihan hubungan industrial. Cara-cara yang ditempuh ditentukan oleh pihak-pihak yang bersengketa dalam perselisihan hubungan industrial itu sendiri. Secara garis besar

5 ada dua cara yang dapat di tempuh dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, yakni melalui pengadilan hubungan industrial dan yang kedua adalah di luar pengadilan hubungan industrial. Adapun cara-cara yang dapat di tempuh di luar pengadilan hubungan industrial antara lain adalah bipatrit, konsiliasi, arbitrase dan mediasi. Menurut Pasal 2 Undang-undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, jenis-jenis perselisihan hubungan industrial meliputi : perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. Berdasarkan hal tersebut diatas menarik penulis untuk meneliti lebih lanjut cara penyelesaian kompensasi dan upaya hukum yang dapat dilakukan pekerja yang menerima pemutusan hubungan kerja karena pensiun menurut peraturan yang ada dan kenyataannya di lapangan dengan judul Pelaksanaan Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Pensiun antara Pekerja dengan PT. Primissima Melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah cara penyelesaian kompensasi atas pemutusan hubungan kerja karena pensiun antara pekerja dengan PT. PRIMISSIMA melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman? 2. Bagaimanakah upaya hukum yang dilakukan pekerja dalam hal kompensasi akibat pemutusan hubungan kerja karena pensiun pada PT. PRIMISSIMA yang belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, beberapa tujuan tersebut yaitu: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui cara penyelesaian kompensasi atas pemutusan hubungan kerja karena pensiun antara pekerja dengan PT. PRIMISSIMA melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman. b. Untuk mengetahui upaya hukum yang dilakukan pekerja dalam hal kompensasi akibat pemutusan hubungan kerja karena pensiun pada PT. PRIMISSIMA yang belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Tujuan Subjektif Tujuan subjektif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data dalam rangka menyusun penulisan hukum sebagai suatu prasyarat dalam memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan penulis melalui penelitian kepustakaan di berbagai perpustakaan, penulisan hukum mengenai pemutusan hubungan kerja karena pensiun pernah dilakukan. Beberapa judul yang terkait diantaranya adalah:

7 1. Penulisan hukum dengan judul, Perlindungan hukum terhadap hak pekerja akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) karena efisiensi dalam putusan pengadilan hubungan industrial (analisis kasus putusan PHI No. 02/G/2012/PHI.YK). Penulisan hukum tersebut dilakukan oleh Mardhiyyah Anggun Susdaryanti pada tahun 2014. Penulisan hukum tersebut mengangkat masalah efisiensi pekerja dalam perusahaan serta hak yang didapat oleh pekerja. 5 2. Penulisan hukum dengan judul, Pelaksanaan pemutusan hubungan kerja di PT. Perkebunan Nusantara II. Penulisan hukum tersebut dilakukan oleh Galuh Candra P pada tahun 2012. Penulisan hukum tersebut mengangkat masalah peningkatan pemutusan hubungan kerja, prosedur pemutusan hubungan kerja, dan hak-hak pekerjanya. 6 Penulis pada kesempatan kali ini mengajukan penulisan hukum yang berjudul Pelaksanaan Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Pensiun antara Pekerja dengan PT. Primissima Melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman. Penulis mengangkat permasalahan tentang cara penyelesaian kompensasi atas pemutusan hubungan kerja karena pensiun antara pekerja dengan PT. PRIMISSIMA melalui Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman dan upaya hukum yang dilakukan pekerja dalam hal kompensasi akibat pemutusan 5 Mardhiyyah Anggun Susdaryanti, 2014, Perlindungan hukum terhadap hak pekerja akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) karena efisiensi dalam putusan pengadilan hubungan industrial (analisis kasus putusan PHI No. 02/G/2012/PHI.YK), Penulisan Hukum, FH. UGM, Yogyakarta. 6 Galuh Candra P, 2012, Pelaksanaan pemutusan hubungan kerja di PT. Perkebunan Nusantara II, Penulisan Hukum, FH. UGM, Yogyakarta.

8 hubungan kerja karena pensiun pada PT. PRIMISSIMA yang belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penulis beranggapan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang terdahulu yang hanya membahas mengenai perlindungan hukum terhadap hak pekerja akibat pemutusan hubungan kerja karena efisiensi dan penelitian yang lain hanya membahas mengenai pemutusan hubungan kerja di PT. Perkebunan Nusantara II. Disini yang ingin diteliti oleh penulis sudah lebih mendalam lagi karena tidak hanya berfokus pada pemutusan hubungan kerja saja, tetapi juga pembayaran kompensasi terhadap pekerja yang menerima pemutusan hubungan kerja karena pensiun dan juga bagaimana upaya hukum yang dilakukan pekerja yang menerima pemutusan hubungan kerja. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dianggap asli dan layak untuk diteliti dan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian yang sudah ada sebelumnya. E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian dibuat agar dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Penulis berharap penulisan ini dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini merupakan wujud kontribusi bagi perkembangan hukum khususnya dalam bidang ketenagakerjaan, sehingga diharapkan dapat

9 memperkaya ilmu pengetahuan mengenai penyelesaian kompensasi yang harus dilindungi oleh pihak pengusaha. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap para perusahaan tentang pentingnya pembayaran kompensasi terhadap pekerja yang mendapat pemutusan hubungan kerja karena pensiun. 3. Bagi Pemerintah Memberikan asupan kepada Pemerintah (dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja) untuk lebih memantau cara penyelesaian pemutusan hubungan kerja karena pensiun antara pekerja dengan perusahaan.