NOMOR :2 IAI{UN?OOT TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 15 TAHUN 1997 SERI B.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 32 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN KERJA DAN PRAKTIK PERAWAT

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 9 TAHUN : 1990 SERI : A.1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PELARANGAN PENEBANGAN, PEREDARAN DAN PERDAGANGAN KAYU DOLKEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN : 1996 SERI : B.5.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 1999 T E N T A N G KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 16 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN DI KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTAA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUANN IZIN GANGGUAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 8 Tahun 2000 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 76 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG TANDA DAFTAR GUDANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENEBANGAN POHON PADA PERKEBUNAN BESAR DI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 4 TAHUN 2000 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2000 T E N T A N G

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN TANAH UNTUK PEMASANGAN JARINGAN PIPA GAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : 4 Tahun 1992 Seri : A No. 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG IJIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 47 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG B E C A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG t" NOMOR :2 IAI{UN?OOT TENTANG SUMUR RESAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG, Menimbang: a. b. bahwa dalam rangka upaya memperbesar debit air hujan yang meresap ke dalam tanah dan mengurangi volume aliran air larian / permukaan, erosi dan pendangkalan sungai, serta mencegah kekeringan dari sumur penduduk, maka air hujan yang jatuh ke bidang tanah harus diupayakan tetap dapat meresap ke dalam tanah, melalui kegiatan pembuatan Sumur Resapan ; bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut pada huruf g, perlu diatur mengenai ketentuan-ketentuan pembuatan Sumur Resapan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Fembentukan Kabupaterr Purwakarta dan Kabupaten Subang (Lembar Negara Republik lndonesia Tahun 1968 Nomor 31 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2851); Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3209) ; 3. 4. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Rdpublik lndonesia Nomor 3419) ; Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Ne$ara Republik lndonesia Tdhun 1997 Norhor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3699) ; Undang Undaflg Nomor 10 Tahun 2OO4 tenteng Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 2851); 6. 7. 8. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aast; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 59, tamoanln Lembaran Negara nepublik lndonesia Nombr 3838) ; Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 09 Tahun 1986 tentang Penunjukan Pegawai Negeri Sipil yang Melakukan Penyidikan terhadap Pelanggaran Tindak Pidana;

9, Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasl Lembaga Teknls Daerah dl LlngkunganPemerlntah Kabupetcn Subang, ( Lembaran Daerah Kabupaten Subang Tahun 2000 Nomor 29); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Kawasan Lindung ( Lembaran Daerah Kabupaten Subang Tahun 2001 Nomor 29 ) ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 04 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Daerah Kabupaten Subang Tahun 2006 Nomor 4 ). Dengan Persetujuan Bercama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUBANG dan BUPATI SUBANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG TENTANG SUMUR RESAPAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah iniyang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Subang. l I G 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah BupatiSubang. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Subang sebagai unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 5. Team Teknis adalah beberapa pejabat atau Dinas / Badan / Lembaga yang dibentuk untuk keperluan penanganan Sumur Resapan. 6. lnstansi terkait adalah Dinas / Badan / Lembaga yang terkait dengan penanganan Sumur Resapan. 7. Pekarangan terkedapkan adalah pekarangan yang tidak dapat meluruskan air hujan ke dalam tanah. 8. Bidang tanah adalah daerah permukaan yang menampung limpas air hujan dapat berupa atap atau permukaan tanah yang terkedapkan. L Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat dirembesi/ dilalui air. 10. Suplei air tanah adalah salah satu program untuk meningkatkan sumberdaya air tanah melalui : fiegiatan menampung dan meresapkan air hujan ke da]am tanah yang terkedapkan. 11. Sumur resapan air hujan adalah sumur yang merupakan sarana penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. 12. Tinggi muka air tanah adalah kedalaman muka air tanah terhadap permukaan tanah. 13. Tanah geluh / lanau adalah jenis tanah yang dalam keadaan kering tidak terasa seperti berlemak dan mempunyai susut muai kecilserta daya ikat kecil. 14. Hidrogeologi adalah ilmu yang membahas mengenai air bawah tanah yang bertalian dengan cara terdapatnya, penyebarannya, pengalirannya, potensi dan sifat kimianya.

I ls.geologi ialah ilmu yang membahas mengenai bumi yang bertalian dengan pembentukannya' susunan pembentukannya dan gejala-geiita yang terjadi baik dipermukaan maupun di dalam bumi. 16. Hidrologi adalah ilmu yang membahas mengenai air yang berkaitan dengan sifat, distribusi dan peredarannya (sirkulasi). 17. Awal daerah aliran adalah daerah dimana kedalaman permukaan air tanah ke permukaan tanah lebih dangkal dari pada kedalaman permukaan air tanah di sumur sekitarnya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 a. Maksud dari pembuatan sumur Resapan adalah sebagai sarana untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah' b. Tujuan dari pembuatan Sumur Resapan adalah menampung air huian pada musim hujan untuk menambah I meningratkan cadangan air tanah dangkal di sekitar rumah / lingkungan kita,.n"ngrrrngi air larian-/ limpasan per-mukaan, mencegah genangan air dari kemungkinan banjir.. BAB III OBJEK DAN SUBJEK Pasal 3 (1) Objek pembuatan Sumur Resapan addlah Bidang Tadah' (Z) Subjek pembuatan Sumur Resapan adalah perorangan dan / atau Lembaga / lnstansi pemer,intah maupun Swasta yang akan atau sedang mendirikan atau memiliki atau menguasai bangunan yang menjadi bidang tadah' Pasal 4 (1) Lembaga / lnstansi Pemerintah maupun SYe:!a. yang akan atau sedang mendirikan atau memiliki atau mjnguasai bangunan yang menjidi bidang tadah wajib membuat Sumur Resapan. (Z) irerorangan / Kelompok masyarakat yang memiliki bidang tadah dapat membuat Sumur Resapan. (3) Kewajiban membuat Sumur Resapan ditetapkan setelah penelitian tim teknis. (4) penetitian teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Bupati. I BAB IV.- PERSYARATAN TEKNIS - Bagian Pertama Umum Pasal 5 n (1) Sumur Resapan dibuat pada lahan yang lurus air dan tanah longsor. (Z) Sumur Resapan harus bebas dari Kontaminasi/ pencemaran limbah.,. (3) Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan.

; (4) Untuk daerah sanitasi lingkungan buruk, sumur resapan hanya menampung air hujan dari atap yang disalurkan melalui talang. (5) Mempertimbangkan aspek hidrogeologi, geologi dan hidrologi., P"TflfiITi:H"' Pasal 6 (1) Sumur Resapan dibuat pada awal daerah aliran' (Z) Awal daerah aliran ditemukan dengan mengukur kedalaman dari permukaan air tanah ke permukaan tanah di sumur di sekitarnya pada musim hujan' Pasal 7 permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan adalah : a. Permeabilitas tanah sedang, (geluh/lanau, 2,0 sampai 6,5 cm/jam) ; * b. permeabilitas tanah agak cepat, (geluh/lanau, 6,5 sampai 12,5 cm/jam) ;, c. Permeabilitas tanah cepat, (geluh/lanau,12,5 cm/jam) ; Pasal 8 (1) Jarak minimal sumur resapan terhadap : a. Tangki septik adalah 2 m ; b. Bidang resapan tangki septiflcubluusaluran air limbah/pembuangan sampah adalah 5 m ; c. Sumur air bersih adalah 2 m. t e) Jarak dimaksud datam ayat (1) adalah diukur dari tepi ke tepi """tx?t"[",i'ff,",, Pasal 9 (1) Bentuk dan ukuran sumur resapan adalah sebagai berikut : a. Sumur resapan berbentuk segi empat atau lingkaran ; b. Diameter minimum 0,8 m dan maksimum 1,4 m ; c. Diameter pipa masuk rhaupun pipa pelimpah 110 m ; d. Kedalaman'minimum 1,5 m dan maksimum 10 m atau kedalaman muka airtanah. " (2) Bentuk dan Ukuran sumur resapan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh BuPati.

Bagian KeemPat Konstruksi Bangunan Pasal 10 (1) Tipe konstruksi sumur resapan adalah sebagai berikut : a. Tipe l, kedalaman maksimal 1,5 m, diameter penampang 0,8 sampai 1,4 m, material pengisi berupa batu belah, dinding tanpa penguat, penutup terdiri dari plastik dan tanah ; ' b. Tipe ll, kedalaman maksimal 3 m, diameter penampang 0,8 sampai 1,4 m, dinding terdiri dari pasangan bata tanpa diplester, material pengisi berupa batu belah setebal minimum 40 cm,. PenutuP Pelat beton bertulang ; c. Tipe 1A, kedalaman maksimll adalah muka air tanah, diameter penampang 0,8 sampai 1,4 m, Oinaing dibuat dari pasangan bata tanpa diplester setinggi 75 cm, dimulai dari muka tanah, setlbihnya tanpa penguat, material pengisi berupa batu belah sampai batas bawah pasangan bata penguat, penutup terdiri dari pelat beton bertulan ; d. Tipe llib, kedaliman maksimal adalah muka air tanah, diameter penampang 0,8 sampai 1,4 m, OinOing bagian atas setinggi 100 cm diperkuat dengan pasangan bata tanpa plester,, dinding bigian-oawah tanpa penguat, material pengisi berupa batu belah, penutup terdiri dari plastiko,s mm dan timbunan tanah yang ditanami rumput ; e. Tipe llli, kedalaman maksimal adalah muka air tanah, diameter penampang 0,8 sampai 1,4,, OinOing diperkuat dengan beton yang dilubangi diameter 15 mm dalam jarak 20 cm, material plngisi berupa bitu belah hanya pada bagian bawahnya setebal 40 cm, penutup terdiri dari pelat beton bertulang. q (2,) Gambar konstruksi tipe sumur resapan air hujan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati ; (3) Setiap orang dan atau badan hukum yang mengambil air tanah dalam lebih dari 50 m, dari permukaan tanah diwajibkan membuat sumur resapan ; Pasal 11 (1) (2) Jumlah sumur resapan air hujan pada suatu pekarangan ditentukan berdasarkan curah hujan maksimum, lama huian, luas bidang tadah, permeabilitas tanah, luas penampang dan kedalaman serta keliling penampang sumur resapan air hujan. Hasil perhitungan dari faktor-faktor tersebut ayat (1) adalah sebagai berikut : No. Luas Bidang Tadah (m') Tanah Geluh Permeabilitas Sedang JUMLATI SUII'IUR Pasir Halus Permeabilitas Agak Cepat Pasir Kasar Permeabilitas Cepat ffipe) ffioe) ( Tioe) I l! lrl I ill ll ilt 1. 20 1 1 2. 30 2 1 1 3. 40 3 1 1 2 1 1 4. 50 3 2 1 2 1 1 E 60 3 2 1 2 1 1 2 1 6. 70 4 2 1 2 2 I 2 1 7. 80 4 2 1 2 2 1 2 1 L 90 5 2 2 3 2 1 2 1 1 9. 100 5 3 2 3 2 2 3 2 1 10. 200 I 5 3 6 3 2 5 3 2

BAB V rata CARA PENETAPAN PEII'IBUATAN SUTUUR RESAPAN Pasal {2 (1) perorangan atau badan hukum yang akan atau sedang membuat bangunan atau memiliki atau menguaiai bangunan yang luas bidang tadah minimal 20 m', harus mengajukan permohonan penelitian tanan di sekilar bangunan / rencana bangunan secara tertulis kepada Bupati. (Z) permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilengkapi persyaratan sebagai berikut: a. Rekaman KTP; b. Rekaman sertifikat hak atas tanah atau bukti perolehan tanah ; c. Surat kuasa apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan oleh pemilik atas tanah dan bangunan. Pasal 13 (1) lnstansi terkait memeriksa kelengkapan surat permohonan sebagaimana dimaksud pasal 12 Peraturan Daerah ini. (2) permohonan yang lengkap diterbitkan tanda bukti penerimaan surat permohonan dan diberikan kepada Pemohon.! t (3) permohonan yang tidak lengkap dikembalikan kepada pemohon disertai pemberitahuan tentang kekurangan pbrsiaratan sebagaimana dimaksud Pasal 12 Peraturan Daerah ini. Pasal 14 (t) lnstansiterkait mengadakan penelitian lapangan' (2) Penelitian sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi : a. Bidang tadah,. b. Luas tanah sekitar bangunan ; c. Tinggi muka air tanah ; d. Permeabilitas tanah ; e. Letak tangki septik, bidang resapan tangki septiucubluusaluran limbah/pembuangan sampah dan sumur air bersih. Pasal 15 (1) Berdasarkan penelitian lapangan, Bupati menerbitkan surat ketetapan pembuatan sumur resapan ; (Z) Surat Ketetapan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi jumlah, Tipe dan serta titik lokasi sumur resapan. Pasal 16 Ketetapan sebagaimana dimaksud Pasal 15 Peraturan Daerah ini diterimakan kepada pemohon selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah penerbitan surat tanda bukti penerimaan permohonan.

'l PEMBUAT^*'$?#,1* nlsprh Pasal {7 (1) Pelaksanaan pembuatan sumur resapan dibimbing dan diawasi Tim Teknis ; (2) Dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah diterimanya Surat Ketetapan Pembuatan Sumur Resapan, subjek harus sudah selesai membuat sumur resapan sesuai. ketetapan; (3) Segala biaya pembuatan sumur resapan menjadi beban Subjek.. ' Pasal 18 (1) Sumur resapan perlu diperiksa secara periodik setiap 6 (enam) bulan sekali ; (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi aliran masuk, bak kontrol dan kondisi sumur resapan. BAB VII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENERTIBAN Pasal {9 Pembinaan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur resapan merupakan tanggungjawab Bupati - \ secara teknis operasionalnya dilaksanakan oleh lnstansiterkait. Pasal 20 lnstansi terkait wajib melaksanakan pengawasan dan penertiban terhadap pelaksanaan Peraturan!{ Daerah ini. Pasal 21 lnstansi terkait sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 dan 20 wajib melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 19 dan Pasal 20 Peraturan Daerah ini Kepada Bupati. BAB VIII KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN Pasal 22 (1) Barang siapa melanggar ketentuan dalam Pasal 4 ayal (1) jo Pasal 12 ayat.lti Reraturan Daerah ini diancam -piaana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggitingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimkasud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1), merupakan Penerimaan Daerah Pasal 23 (1) Penyidikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud ayat (1) f39al.22 Peraluran Daerah ini dilaiukan oleh plnyidik umum/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2,) Dalam melaksanakan tugas penyidikan para Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ; c. Menyuruh berhentiterhadap tersangka dan memeriksa tanda pengenal diritersangka ; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang ; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagaitersangka atau saksi ; g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum, bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya metalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya ; i. Mengadakan penghentian penyidikan atau tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang teknis pelaksanaannya diatur oleh Bupati. i Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Subang' J Diundangkan di Suban$"i zoo., Padrtanqoal...1... DAERAH KABUPATEN SUBANG ANTO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUBANG TAHUN 2OO7 NOMOR...E.. TAHUN 2007.