BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11. SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C)

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 41.

BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

BAB I PENDAHULUAN. membeli dan menjual (perdagangan) barang antara pengusaha yang bertempat di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

Pendanaan Ekspor dan Impor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor adalah kegiatan pengiriman dan penerimaan barang yang dilakukan oleh para

Bab 17 Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)

Anita Asnawi, S.Sos., MM.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Jasa Jasa Perbankan. 1. Transfer 2. Inkaso 3. Bank garansi 4. Letter of Credit 5. Waliamanat 6. Kliring

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan dagang yang bersifat lintas batas dapat mencakup

Syarat-Syarat dan Ketentuan Transaksi. Version

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

Bab 4 MATERI SIP-4 1 JASA BANK JASA BANK TRANSFER JENIS JASA BANK INKASO KLIRING. Perbankan. Perbankan

BAB II TINJAUAN PERBANDINGAN STANDBY LETTER OF CREDIT DENGAN BANK GARANSI DALAM TRANSAKSI PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

BAB III SIMULASI PENGISIAN L/C

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga barang dan jasa yang diproduksi pun berbeda. Untuk memenuhi

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

BAB IV JASA BANK. A. Jenis-jenis Jasa Bank

SKBDN. 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.2 Tujuan Penerbitan SKBDN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

Skema SBLC & Bank Garansi

Fendhi Harsinto Aji NIM : C

TEKNIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEKANISME PEMBAYARAN PRODIP I KEPABEANAN DAN CUKAI 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

ASPEK HUKUM STANDBY LETTER. Oleh SURI SEKAR AYU

BAB II TINJAUAN TENTANG LETTER OF CREDIT (L/C) kegiatan jual beli yang dilakukan oleh negara yang satu dengan negara yang lain.

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

a. nama dan/atau logo Bank; dan b. pernyataan bahwa Bank terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 6

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

METODE PEMBAYARAN TAGIHAN SUPLIER MELALUI SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI (SKBDN) PADA PT. ADHIKARYA (PERSERO) TBK DIVISI KONSTRUKSI III MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

PRODUK & LAYANAN VALUTA ASING. Surabaya, 15 Desember 2016

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV LETTER OF CREDIT (L/C)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)

BAB II MEKANISME PEMBAYARAN BARANG DENGAN MENGGUNAKAN L/C. A. Proses Terjadinya Transaksi Perdagangan Internasional dengan Menggunakan L/C

PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC. Oleh : Sarah D.L.

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

2. Proses dan langkah langkah L/C:

LETTER OF CREDIT(L/C) 31 Oktober 2016

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO

PRODUK DAN MANAJEMEN BANK UMUM

SISTEM PEMBAYARAN EKSPOR MEBEL PADA CV. MUGIHARJO DI BOYOLALI

Surat Kredit (LC) dan SKBDN

LAPORAN KEUANGAN BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENIPUAN DOKUMEN DALAM TRANSAKSI LETTER OF CREDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

MEKANISME PEMBAYARAN MELALUI LETTER OF CREDIT (L/C) DALAM TTRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL PADA PT. SEMEN BOSOWA MAROS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 207/PMK.05/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. A. Pengertian dan Pengaturan Hukum dalam Transaksi Ekspor Impor

PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING, DAN JASA LALU LINTAS PEMBAYARAN)

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

MANAJEMEN JASA-JASA BANK. /

Prosedur Penarikan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Pemerintah Dengan Menggunakan Letter of Credit

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khususnya dalam bidang

LETTER OF CREDIT. Dina W. W Kariodimedjo Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Letter of Credit 1 FH UGM

Transkripsi:

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11 SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C) A. Pendahuluan Perdagangan internasional terwujud karena adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli yang mereka tuangkan dalam kontrak, dalam kontrak ini biasanya mereka juga mencantumkan bagaimana cara, sistem atau klausul pembayarannya. Sistem pembayaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kelancaran suatu perdagangan internasional. Dalam perdagangan internasional sangat dimungkinkan bahwa antara pembeli dan penjual terpisah oleh jarak yang jauh. Di samping itu terdapat perbedaan kepentingan antara pembeli dan penjual. Penjual ingin segera mendapatkan pembayaran sedangkan pembeli berkepentingan untuk tidak segera membayarakan sejumlah uang selama ia belum memeriksa barangnya apakah sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak atau setidaknya ada bukti tertulis bahwa barangnya telah dikapalkan. Tentunya hal ini menimbulkan kesulitan bagi penjual untuk menentukan cara pembayaran yang akan digunakan oleh pembeli asing. Demikian juga bagi pembeli akan mengalami kesulitan untuk memercayai reputasi dan integritas penjual asing. 1 Dalam hal demikian, bank memainkan peran penting yang dapat menjembatani kedua kepentingan tersebut. Dalam hal ini bank memberi jaminan kelayakan kredit sebagai jaminan untuk transaksi jual beri barang tersebut. Peran bank ini tampak pula pada upayanya dalam mengembangkan sistem pembiayaan dan pembayaran. Secara umum terdapat beberapa sistem pembiayaan dalam perdagangan internasional, antara lain: 2 1. Kredit berdokumen (Documentary Credit); 2. Kredit komersial jangka pendek, menengah dan panjang (Short, Meduim and Long term commercial credit); 3. Bentuk-bentuk pembiayaan khusus (particular financing techniques) terutama: a) factoring internasional (international factoring); b) forfaiting; dan c) leasing internasional (international leasing); 4. Jaminan bank (Bank Guarantee atau Auotonomous Guarantee) Dalam pembahasan berikut ini, hanya akan difokuskan pada kredit berdokumen (Documentary Credit). Alasannya adalah bahwa Kredit berdokumen (Documentary Credit) lebih banyak digunakan dan telah mengalami perkembangan pengaturannya. B. Definisi Letter of Credit (L/C) Sistem kredit berdokumen lebih lazim disebut dengan Letter of Credit (L/C). Cara pembayaran L/C ini sebenarnya sudah dilakukan sejak abad ke-17 di Inggris. Cara pembayaran ini adalah yang paling ideal karena resiko bagi eksportir dan importir dapat dialihkan pada bank. L/C secara mudah dapat diartikan sebagai jaminan pembayaran bersyarat yang merupakan surat yang diterbitkan oleh bank (issuing bank) atas permintaan importir yang ditujukan kepada bank lain di negara eksportir (advising/negotiating bank) 1 Huala Adolf, 2005, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 129-130. 2 Ibid. 130-131.

untuk kepentingan pihak eksportir (beneficiary/penikmat) dimana eksportir diberi hak untuk menarik wesel-wesel atas importir yang bersangkuatn sebesar jumlah uang yang disebutkan dalam surat itu. 3 C.F.G Sunaryati Hartono mengatakan secara harfiah L/C dapat diterjemahkan sebagai surat utang atau surat piutang atau surat tagihan, tetapi sebenarnya L/C lebih merupakan suatu janji akan dilakukannya pembayaran, apabila dan setelah terpenuhi syarat-syarat tertentu. 4 UCP mangatakan bahwa L/C adalah janji dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen (misalnya konosemen, faktur, sertifikat asuransi) yang sesuai dengan persyaratan L/C. Inti dari pengertian L/C menurut UCP ialah bahwa L/C merupakan janji pembayaran. Bank penerbit melakukan pembayaran kepada bank penerima baik langsung ataupun melalui bank lain adalah atas instruksi pemohon yang berjanji membayar kembali kepada bank penerbit. 5 Berikutnya Bank Indonesia mengatakan Letter of Credit adalah janji dari issuing bank untuk membayar sejumlah uang kepada eksportir sepanjang ia dapat memenuhi syarat dan kondisi Letter of Credit tersebut. Bank Indonesia berpendapat bahwa inti dari L/C adalah janji pembayaran. Pembayaran L/C kepada penerima dapat dilakukan langsung oleh bank penerbit atau melalui bank lain sebagai kuasanya. Pada prakteknya, bank-bank di Indonesia mengikuti definisi L/C menurut UCP. 6 C. Dasar Hukum L/C UCP (Uniform Customs and Practice for Documentary Credits) dianggap sebagai dasar hukum L/C. UCP adalah suatu publikasi International Chamber of Commerce (ICC ;Kamar Dagang dan Industri Internasional) yang memuat keterangan mengenai peraturan, undang-undang dan tanggung jawab yang berlaku untuk surat hutang (letters of credit,l/c). UCP 500 menggantikan UCP 400 pada tahun 1993. 7 Namun demikian, Herbert A. Gertz, sarjana Amerika yang banyak dikutip pendapatnya, mengatakan bahwa UCP tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (force of law). UCP bukan produk hukum legislatif. UCP juga bukan produk hukum yudikatif. UCP merupakan kompilasi kebiasaan dan praktik internasional mengenai L/C. Tetapi UCP diberlakukan secara sukarela di lebih 160 negara. Oleh karena itu Sunaryati Hartono berpendapat bahwa UCP dapat dikatakan merupakan hukum kebiasaan yang berlaku secara internasional. 8 UCP merupakan kompilasi kebiasaan dan praktik internasional mengenai L/C. UCP bertujuan menciptakan keseragaman praktik L/C secara internasional. UCP pertama kali diterbitkan oleh ICC pada tahun 1933. UCP yang pertama ini hanya diadopsi oleh perbankan di beberapa negara Eropa tidak termasuk Inggris. Pada tahun 1951 dilakukan revisi pertama atas UCP 1933. UCP hasil revisi tahun 1951 ini kemudian diadopsi termasuk oleh perbankan 3 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2003, Seri Hukum Bisnis; Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor-Impor & Imbal Beli), PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 24. 4 Ramlan Ginting, 2002, Letter of Credit; Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta, hlm. 15. 5 Ibid. 6 Ibid., hlm. 16. 7 Tumpal Rumapea, 2000, Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 363. 8 Ramlan Ginting, Op.cit., hlm. 18

Amerika. Kemudian tahun 1962 dilakukan revisi kedua terhadap UCP, yang mana revisi kedua ini diadopsi juga oleh perbankan Inggris dan negara-negara persemakmurran. Revisi ketiga terhadap UCP dilakukan pada tahun 1974. Hasil revisi tahun 1974 ini diadopsi oleh hampir semua perbankan internasional. Revisi keempat UCP dilakukan pada tahun 1983 dan juga tetap diadopsi oleh perbankan internasional. Kemudian, revisi kelima terhadap UCP dilakukan tahun 1993 yang sampai sekarang menjadi panutan perbankan internaional dalam transaksi L/C. UCP hasil revisi tahun 1993 tersebut sering juga dinamakan UCP 500 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1994. Penyebutan UCP 500 didasarkan pada nomor publikasi UCP revisi 1993 yaitu nomor 500. 9 UCP 500 terdiri dari 49 artikel yang memuat ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk mengatur aspek-aspek pelaksanaan L/C. Pemberlakuan UCP 500 berdasarkan kesepakatan para pihak yang diwujudkan dengan melakukan pencantuman klausul tunduk pada UCP 500 dalam L/C yang diterbitkan bank penerbit. UCP 500 hanya mengikat bagi para pihak dalam L/C yang bersangkutan. UCP 500 berlaku terhadap L/C termasuk Standby L/C. UCP 500 menganut 2 prinsip dasar, pertama, prinsip independensi L/C terhadap kontrak dasar dan kontrak lainnya dan kedua, prinsip bahwa bank hanya berurusan dengan dokumen tidak dengan barang atau jasa atau pelaksanaannya. 10 Per tanggal 1 Juli 2007, UCP 500 digantikan dengan UCP 600 yang terdiri dari 39 pasal. UCP bukanlah satu-satunya sumber hukum L/C. Sumber hukum lainnya yaitu hukum kebiasaan internasional, putusan pengadilan dan peraturan perundang-undangan. Pengadilan sering menggunakan UCP karena keberadaan UCP telah diterima secara internasional. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa pencantuman klausul tunduk pada UCP dalam L/C bukan berarti larangan bagi hakim untuk menggunakan sumber hukum lainnya dalam menyelesaikan kasus L/C. Untuk mendukung pendapat ini dikemukakan pendapat ICC yang mengatakan: Because of its incorporation into the Documentary Credits, the UCP governs Documentary Credits primarily, but not solely. Courts and arbitration tribunal often apply the UCP because it is the most universally followed set of customery Documentary Credit rules and because it is perceived as being quite close to the level of perfection permitted by the laws of international compromise. However, it must be recognized that incorporation of the UCP into the Documentary Credit does not prevent a court from applying its country s national law. Pendapat ICC ini yang menyatakan bahwa pengadilan dapat menggunakan hukum nasionalnya dilatarbelakangi bahwa tidak semua aspek hukum L/C diatur dalam UCP. Masalah penipuan sebagai contoh tidak diatur dalam UCP, tetapi dalam hukum nasional. Hal ini berarti pengadilan dapat menggunakan hukum nasionalnya dan UCP secara bersamaan dalam menyelesaikan kasus L/C. Pengadilan tentunya dapat menggunakan hukum kebiasaaan internasional. 11 D. Proses Pembentukan dan Para Pihak Dalam L/C Dasar untuk dapat membuka L/C biasanya adalah adanya suatu sales contract atau ada suatu confirmation of sales. Proses pembukaan L/C dimulai dengan adanya kontrak jual beli antara penjual dan pembeli yang mensyaratkan pembukaan L/C sebagai cara pembayarannya. Pembeli kemudian mengajukan aplikasi L/C kepada bank devisa di 9 Ibid., hlm. 20. 10 Ibid. 11 Ibid., hlm. 19.

negaranya untuk manfaat pihak penjual. Bank penerbit ini lalu mengirim surat L/C kepada beneficiary/penikmat melalui bank korespondennya di negara penjual. Bank Koresponden (corresponden bank/advising bank) kemudian memberi tahu penikmat bahwa kepadanya telah dibuka L/C. setelah menerima L/C tersebut penjual kemudian mengirim barang kepada pembeli. Dokumen asli diserahkan kepada advising bank dan duplikat dikirim kepada pembeli. Setelah meneliti kelengkapan dokumen, advising bank melakukan pembayaran. Dokumen yang telah diterima oleh advising bank kemudian dikirim ke issuing bank dan issuing bank membayar kepada advising bank. Pembuka kredit membayar semua kewajiban kepada issuing bank setelah dinotifikasi oleh issuing bank bahwa semua dokumen telah datang. Issuing bank mengirim dokumen asli kepada pembuka kredit, sebagai dasar untuk meminta barang dari pengangkut. 12 Dengan demikian ada beberapa pihak yang terkait dalam pembukaan L/C, yaitu: 13 1. Pembeli sebagai importir barang yang mengajukan permohonan pembukaan L/C. Pembeli disebut juga sebagai importir, accountee atau principal. 2. Penjual sebagai eksportir untuk siapa L/C dibuka. Penjual ini disebut juga vendor atau beneficiary. 3. Bank pembuka L/C, yang melakukan pembukaan kredit setelah adanya permohonan dari pembeli. Bank ini disebut juga opening bank atau issuing bank. 4. Bank penerus L/C, yang meneruskan kepada kantor cabang atau salah satu bank koresponden di luar negeri dimana eksportir berada. Bank ini disebut juga confirming bank, correspondent bank, advising bank, paying bank atau disebut juga negotiating bank. E. L/C Sebagai Kontrak Baku L/C diterbitkan oleh bank penerbit atas permintaan pemohon, jika bank menyetujuinya, maka L/C diterbitkan. Permintaan penerbitan L/C yang disetujui bank penerbit merupakan kontrak antara pemohon dan bank penerbit. Kontrak ini adalah sumber penerbitan L/C yang merupakan kontrak yang berdiri sendiri. Permintaan penerbitan L/C terdiri dari 2 (dua) dokumen, format (formulir) permintaan penerbitan L/C dan perjanjian jaminan kerugian (Security Agreement). 14 Format permintaan penerbitan L/C yang dinamakan juga form of application atau documentary credit application atau instruction to issue Letter of Credit pada umumnya adalah baku (standar) secara internasional. Format ini meliputi hal-hal yang pada dasarnya terdiri dari: 15 1. Nama dan alamat lengkap penerima, 2. Jumlah dan mata uang L/C, 3. Tipe L/C, 4. Cara pembayaran L/C, 5. Pihak tertarik wesel dan jangka waktu wesel, 6. Uraian barang termasuk rincian jumlah dan harga per unit, 7. Rincian dokumen-dokumen yang dipersyaratkan, 8. Tempat pengiriman barang, tempat muat barang dan tempat tujuan barang, 12 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.cit., hlm. 25. 13 Ibid., hlm. 25-26. 14 Ramlan Ginting, Op.cit., hlm. 22. 15 Ibid.

9. Cara pembayaran biaya angkut barang, 10. Alih kapal diperkenankan atau tidak, 11. Pengiriman sebagian-sebagian diperkenankan atau tidak, 12. Tanggal pengiriman terakhir, 13. Batas waktu pengajuan dokumen untuk pembayaran, akseptasi, negosiasi dan pembayaran kemudian, 14. Tanggal dan jatuh tempo L/C, 15. L/C dapat dialihkan atau tidak, 16. Cara penerusan L/C. Hal-hal yang dimuat dalam permintaan penerbitan L/C ini adalah juga hal-hal yang dimuat dalam L/C karena L/C merupakan cerminan (perwujudan) dari permintaan penerbitan L/C. 16 Rekomendasi ICC untuk menggunakan Standart Documentary Credit Forms tidaklah mengikat secara hukum, artinya rekomendasi ICC dapat saja tidak diikuti sepenuhnya jika suatu negara memiliki kepentingan khusus. Indonesia sebagai contoh, memiliki format permintaan penerbitan L/C yang tidak sepenuhnya mengikuti format baku ICC. Bank Indonesia mengeluarkan Formulir Permintaan Pembukaan L/C yang memuat klausul yang menyimpang dari format baku ICC yaitu dengan mencantumkan di dalamnya ketentuan keharusan pemeriksaan oleh surveyor di negara asal barang atau pelabuhan muat barang terhadap impor Indonesia yang nilainya diatas 5.000 Dollar Amerika FOB. Klausul ini kemudian muncul di dalam L/C yang diterbitkan bank penerbit di Indonesia. 17 Selain itu, khusus untuk L/C yang dapat dialihkan (transferable L/C), Bank Indonesia mengatur bahwa L/C yang diterbitkan bank penerbit di Indonesia hanya dapat dialihkan ke negara ketiga atas persetujuan bank penerbit di Indonesia. Klausul ini harus dimuat juga dalam formulir permintaan penerbitan L/C dan juga dalam L/C sendiri. Ketentuan tersebut juga menyimpang dari format baku ICC yang berlaku internasional. Akan tetapi, semua L/C yang diterbitkan oleh bank penerbit di Indonesia dengan memuat salah satu atau lebih ketentuan-ketentuan yang menyimpang terhadap format baku ICC, tetap saja diterima secara internasioanl. ICC belum pernah menyatakan L/C yang diterbitkan bank penerbit di Indonesia sebagai L/C yang tidak sah dalam arti dapat dibatalkan atau batal demi hukum. ICC tidak punya kewenangan menyatakan demikian. 18 F. Asas-asas Dalam Pembayaran L/C Jika kita perhatikan sistem pembayaran dengan menggunakan L/C terkandung beberapa asas. Terdapat 2 prinsip/asas yang terpenting, yaitu: 19 1. Asas Straight Compliance; asas ini merupakan asas kepatuhan yang ketat dalam pemeriksaan kredit. Bank berhak menolak penyerahan dokumen yang tidak sesuai dengan kondisi dan persyaratan-persyaratan L/C. 2. Asas separation; dalam asas ini berarti pembayaran dengan L/C merupakan perjanjian yang terpisah dengan kontrak jual beli atau transaksi lain. Dengan adanya asas separation ini berarti bank hanya berurusan dengan dokumen dan tidak berurusan dengan barang. 16 Ibid. 17 Ibid., hlm. 23-24. 18 Ibid., hlm. 24. 19 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.cit., hlm. 26.

G. Klasifikasi L/C L/C berdasarkan fungsi terdiri dari 2 klasifikasi, yaitu L/C sebagai alat pembayaran dan L/C sebagai alat penjaminan. Sebagai alat pembayaran L/C memberi rasa aman kepada penerima, sedangkan sebagai alat penjamin L/C memberi rasa aman kepada pihak terjamin. 20 1. L/C Sebagai Alat Pembayaran a. L/C Dalam UCP 1) Revocable L/C Revocable L/C menurut UCP adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan oleh bank penerbit setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada penerima. Akan tetapi menurut UCP bank penerbit harus melakukan pembayaran kembali kepada bank yang ditunjuk yang telah melakukan pembayaran L/C kepada penerima atas dasar dokumendokumen yang diajukan yang sesuai dengan persyaratan L/C, dan tidak menerima pemberitahuan perubahan dan pembatalan L/C sebelum dilakukan pembayaran dimaksud. Penyelesaian pembayaran L/C tersebut dapat dilakukan dengan cara pembayaran unjuk (sight payment), akseptasi (acceptance), negosiasi (negotiation) dan pembayaran kemudian (deferred payment). 21 Pasal 8 UCP menyatakan: A revocable credit may be amended or cancelled by the issuing bank at any moment and without prior notice to the beneficiary. Dalam hal ini, kedudukan penerima lemah. Ia menanggung resiko yang tidak ringan. Hal ini antara lain karena sifatnya, L/C tersebut tiba-tiba dibatalkan atau diubah oleh penerbit. 2)Irrevocable L/C Irrevocable L/C adalah L/C yang perubahan atau pembatalannya harus dengan persetujuan penerima. Irrevocable L/C mengikat bank penerbit terhadap penerima. Irrevocable L/C merupakan janji pasti dari bank penerbit untuk membayar L/C sepanjang dokumen-dokumen yang diajukan sesuai dengan persyaratan L/C. 22 Dalam literatur lain, irrevocable L/C adalah L/C yang tidak dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak tanpa persetujuan dari pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi L/C yaitu penerima dan bank penerbit. Kedudukan penerima dalam irrevocable L/C lebih terjamin dari resiko, tiap-tiap perubahan harus ada persetujuannya. 23 3)Sight Payment L/C Sight Payment L/C adalah L/C yang pembayarannya dilakukan secara tunai. Jika bank penerbit menerbitkan Sight Payment L/C, maka bank penerus diinstruksikan untuk melakukan pembayaran atau mengatur pembayaran kepada penerima pada saat pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan L/C. 24 Dalam hal ini, setelah penerima mengapalkan barang, dia dapat langsung minta pembayaran kepada negotiating bank dengan menyerahkan dokumen-dokumen pengapalan yang diperlukan disertai dengan wesel/drafnya. Atas pembayaran yang dilakukan, bank penegosiasi (negotiating bank) segera melakukan penagihan/reimbursement kepada bank 20 Ramlan Ginting, Op.cit., hlm 33. 21 Ibid., hlm. 34. 22 Ibid., hlm. 35. 23 Huala Adolf, Op.cit., hlm. 151. 24 Ramlan Ginting, Op.cit., hlm 37.

penerbit (opening/issuing bank). Bank penerbit akan segera pula melakukan pembayaran pada saat menerima dokumen-dokumen tersebut. 25 4)Acceptance L/C Acceptance L/C adalah L/C yang pembayarannya secara berjangka. L/C dibayar pada saat pembayaran jatuh tempo, tidak pada saat pengajuan dokumen-dokumen. 26 Acceptance L/C merupakan pemberian kredit kepada pembeli oleh penjual sebab pembeli di luar negeri akan menerima barang-barang tanpa melakukan pembayaran pada saat yang sama melainkan pada jangka waktu tertentu sesuai dengan yang ditetapkan dalam L/C. 27 5)Negotiation L/C Negotiation L/C adalah L/C yang pembayarannya dengan cara membeli wesel dan/atau dokumen dokumen yang diajukan penerima. 28 6)Deffered Payment L/C Deffered Payment L/C adalah L/C yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari. 29 7)Confirmed L/C Confirmed L/C diatur dalam UCP. Jika L/C dikonfirmasi oleh bank pengkonfirmasi maka tanggung jawab bank pengkonfirmasi sama dengan tanggung jawab bank penerbit. Bank pengkonfirmasi yang mengkonfirmasi L/C, menjamin kewajiban bank penerbit dengan menyatakan komitmennya sendiri untuk membayar L/C. Bank pengkonfirmasi tidak dapat menarik diri dari kewajibannya kepada penerima. Bank pengkonfirmasi dan bank penerbit sama-sama memberikan kepastian pembayaran L/C. Dalam confirmed L/C tercipta kepastian pembayaran ganda. 30 8)Transferable L/C UCP mengatur bahwa L/C dapat dialihkan oleh penerima kepada pemasok melalui perantaraan bank jika bank penerbit menyatakan demikian dalam L/C. Pengalihan ini hanya dapat dilakukan satu kali proses kecuali L/C menentukan sebaliknya. Pengalihan dapat dilakukan terhadap sebagian atau keseluruhan L/C dan dapat dialihkan kepada satu atau lebih pemasok. 31 9)Assignment L/C UCP mengatur assignment L/C yaitu L/C yang membolehkan pengalihan hasil pembayaran atas L/C kepada pihak lain atas permintaan penerima. Terlepas dari L/C merupakan transferable L/C atau bukan, hak atas pembayaran L/C dapat diserahkan kepada pihak lain sesuai dengan hukum yang berlaku. 32 b.l/c Diluar UCP Selain jenis-jenis L/C sebagai alat pembayaran yang diatur dalam UCP tersebut, terdapat juga beberapa jenis-jenis L/C yang berkembang dalam praktik dan tidak diatur dalam UCP. Adapun jenis-jenis L/C dimaksud adalah sebagai berikut: 25 Huala Adolf, Op.cit., hlm. 152-153. 26 Ramlan Ginting, Loc.cit. 27 Huala Adolf, Lic.cit. 28 Ramlan Ginting, Op.cit., hlm. 39. 29 Ibid., hlm. 41. 30 Ibid., hlm. 42. 31 Ibid., hlm. 43. 32 Ibid., hlm. 44-45.

1)Back to Back L/C Transaksi L/C anak (back to back L/C) melibatkan satu L/C sebagai pelindung atau pengamanan untuk L/C lain yang dinamakan L/C anak. Kedua L/C tersebut berdasarkan hukum L/C masing-masing berdiri sendiri, tetapi untuk persyaratannya sama kecuali untuk nilai L/C dan tanggal jatuh tempo L/C. L/C sebagi jaminan yang disebut juga L/C induk (master L/C) nilainya relatif lebih besar dibanding nilai L/C anak dan tanggal jatuh tempo L/C induk lebih lama dibanding tanggal jatuh tempo L/C anak. 33 Dalam literatur lain, Back to back L/C diartikan sebagai L/C yang dapat dibuka lagi oleh exportir penerima L/C pertama kepada eksportir kedua dengan menjaminkan L/C yang diterimanya. L/C ini biasa digunakan dalam perdagangan segi tiga. 34 2)Red Clause L/C Red Clause L/C adalah L/C yang dibayar dimuka. Di dalam jenis L/c ini dimuat suatu klausul yang secara tradisional dicetak dengan warna merah (red clause) yang isinya memungkinkan penerima menarik pembayaran L/C dimuka sebelum dilakukan pengiriman barang. Penarikan di muka tersebut dapat terhadap seluruh nilai atau terhadap sebagian nilai L/C. Klausul red clause menggambarkan kepercayaan pemohon kepada penerima. 35 Dalam literatur lain, red clause L/C diartikan sebagai suatu ketetapan khusus yang dilampirkan pada dokumen surat hutang (letter of credit, L/C) yang memperbolehkan penjual mendapatkan pembayaran di muka tanpa jaminan bank untuk membiayai produksi atau pembelian barang yang akan dikirimkan dengan cara L/C. Dikatakan red clause karena tinta merah digunakan untuk menarik perhatian mengenai ketetapan khusus tersebut. 36 Red clause L/C juga bisa diartikan sebagai L/C dimana pembayaran dilakukan oleh negotiating bank kepada eksportir sebelum barang dikapalkan. 37 3)Revolving L/C Revolving L/C merupakan L/C yang dipakai berulang-ulang oleh penerima dalam jumlah tertentu selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam L/C yang bersangkutan tanpa perlu menerbitkan L/C yang baru atau melakukan perubahan L/C yang bersangkutan. 38 Revolving L/C diterbitkan kepada penerima untuk kegiatan bisnis yang berkesinambungan dengan pemohon. Segera setelah dilakukan pembayaran kembali atas penarikan L/C, nilai L/C kembali tersedia kepada penerima sebesar nilai semula. Revolving L/C pada umumnya bersifat revocable agar dapat dibatalkan sewaktu-waktu oleh bank penerbit wesel yang telah dinegosiasi tidak dibayar kembali oleh pemohon. 39 2. L/C Sebagai Alat Panjaminan a) Standby L/C L/C sebagai alat penjaminan dinamakan standby L/C atau sering juga disebut Guarantee L/C. Jenis L/C ini dimaksudkan untuk melindungi penerima jika pihak lainnya wanprestasi (berdasarkan kontrak). Hakikat standby L/C adalah bahwa bank penerbit 33 Ibid., hlm. 45. 34 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.cit., hlm. 28. 35 Ramlan Ginting, Op.cit., hlm. 45-46 36 Tumpal Rumapea, Op.cit., hlm. 301. 37 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Loc.cit. 38 Ramlan Ginting, Op.cit., hlm. 47. 39 Ibid.

bersiap-siap untuk melaksanakan kewajibannya dalam hal pemohon wanprestasi. Standby L/C dapat digunakan untuk menjamin pembayaran kembali kepada obligee jika obligor gagal melaksanakan prestasi yang diperjanjikan dalam kontrak. Dalam standby L/C obligee adalah penerima dan obligor adalah pemohon. 40 Selain standby L/C menjamin pelaksanaan kewajiban pembayaran, standby L/C juga menjamin kewajiban lainnya yang diperjanjikan dalam kontrak yang memungkinkan obligee memperoleh dana dalam hal terjadi wanprestasi. Kewajiban lainnya tersebut misalnya pelaksanaan kontrak tidak tepat waktu; dalam hal demikian standby L/C juga dapat dicairkan oleh obligee. 41 b) Demand Guarantee Demand guarantee adalah jaminan yang dibayar berdasarkan pengajuan dokumendokumen tertentu kepada bank. Demand guarantee adalah jaminan tanpa syarat. Demand guarantee dugunakan untuk menjamin kewajiban penerima dan pemohon. Pembayaran demand guarantee tidak tergantung pada kemampuan penerima untuk menentukan wanprestasi atas kontrak dasar, tetapi pembayaran dilakukan atas dasar pengajuan klaim dilengkapi dengan persyaratan formal dari demand guarantee itu sendiri. Tipe-tipe demand guarantee antara lain bid bond, performance guarantee, repayment guarantee, retention money bond dan maintenance bond. 42 c) Demand Guarantee di Indonesia Keppres No.16 Tahun 1994 tanggal 22 Maret 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mengenal Demand Guarantee, tapi tidak mengaturnya secara substansi. Dalam Lampiran I Keppres No.16 Tahun 1994 diatur bahwa peserta pelelangan (umum atau terbatas) harus menyerahkan Surat Jaminan Penawaran (Bid bond) dari bank umum atau perusahaan asuransi kerugian sebesar 1 (satu ) persen sampai dengan 3 (tiga) persen dari perkiraan harga penawaran. Jika peserta berkedudukan di luar negeri, diserahkan Surat Jaminan Penawaran dari bank devisa di Indonesia atau dari bank di luar negeri yang direkomendasikan oleh Bank Indonesia. 43 Selanjutnya, dalam Lampiran I Keppres 16 Tahun 1994 diatur juga bahwa untuk pengadaan barang atau jasa, rekanan yang ditunjuk dengan pemilihan langsung, sebelum menandatangani surat perjanjian/kontrak wajib memberikan surat jaminan pelaksanaan (performance bond) sebesar 5 (lima) persen dari nilai surat perjanjian/kontrak. 44 d) Accesory Guarantee Accesory Guarantee yang dinamakan juga conditional guarantee merupakan jaminan yang bukan sebagai janji pembayaran langsung tetapi sebagai jaminan untuk mengambil alih dan membebaskan kewajiban pihak lain dalam hal terjadinya wanprestasi. 45 40 Ibid., hlm. 48. 41 Ibid., hlm. 49. 42 Ibid., hlm. 51-52. 43 Ibid., hlm. 54. 44 Ibid. 45 Ibid.

Sales Contract antara pembeli dan penjual Bank koresponden (advising bank) membayar kepada penjual. Bank koresponden (advising bank) mengirimkan dokumen kepada issuing bank. ALUR PEMBAYARAN TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN L/C Terdapat persyaratan pembukaan L/C sebagai cara pembayaran. Pembeli mengajukan pembukaan L/C kepada bank devisa di negaranya. Bank Penerbit(issuing bank) mengirim surat L/C kepada penjual (beneficiary) melalui Bank Korespondent (advising bank) di negara penjual. Penjual menyerahkan dokumen asli kepada bank koresponden (advising bank) dan duplikatnya kepada pembeli. Setelah menerima L/C, penjual mengirim barang kepada pembeli. Bank Koresponden (advising bank) memberi tahu kepada beneficiary bahwa telah dibuka L/C untuknya. Issuing bank membayar kepada advising bank. Pembuka kredit atau L/C membayar semua kewajiban kepada issuing bank. MP7