BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

oleh: Agus Supriyanto M.Si

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

2015 PERBANDINGAN MOTIVASI BEROLAHRAGA BERDASARKAN OLAHRAGA KOMPETISI DAN OLAHRAGA REKREASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

KETAHANAN MENTAL Pengantar Ketahanan Mental Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya olahraga itu sendiri. Menurut Sumarjo (2002) yang dikutip Deva

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, serta

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN KECEMASAN TERHADAP PRESTASI PANAHAN RONDE RECURVE PADA ATLET PANAHAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan olahraga beregu yang terdiri atas satu tim yang beranggotakan lima

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. diminati dan sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pertama, terdapat kecenderungan semakin tinggi motivasi belajar, aktivitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari perilaku. Maka dari itu olahraga merupakan bidang yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat dari ajang SEA GAMES era an, Indonesia sering mendapat posisi juara

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

Eni Yulianingsih F

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

2016 HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan bahwa pelatih, guru atau pemimpin yang terlibat dalam latihan menjadi tertarik dengan motivasi berprestasi, dan memungkinkan atlet menjadi lebih terampil, meningkatkan tingkat kebugaran, dan siswa maksimal dalam belajar. Percaya diri, kemauan latihan serta usaha dan kerja keras secara terus menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. Adapun beberapa atlet kelas dunia seperti Manny Pacquiao, Muhammad Ali dan Rudi Hartono yang memiliki cerita tentang pengalaman bertanding mereka, apa saja yang membuat mereka bertahan menjadi juara di kelasnya selama bertahun-tahun, apa saja yang memotivasi mereka dalam mencapai prestasi yang tinggi dan apa yang mereka lakukan ketika menemui hambatan-hambatan yang mempengaruhi prestasi mereka. Menurut Satiadarma (2000), motivasi sebagai suatu kecenderungan untuk berperilaku secara selektif ke suatu arah tertentu yang dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi 1

2 berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu lebih baik atau lebih efisien daripada yang dikerjakan sebelumnya serta berorientasi pada pekerjaan atau tugas. McClelland (2008), memandang motivasi yang paling penting adalah motivasi berprestasi. Seseorang akan selalu berusaha untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses, baik itu sukses dalam hal pendidikan, agama, sosial dan lain sebagainya. Orang yang sukses inilah yang termasuk orang yang memiliki kualitas Motivasi sangat bervariasi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Maka itu banyak ahli setuju membagikanya atas dua jenis yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Salah satunya dikemukakan oleh Gunarsa (1996), motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi. Dorongan ini sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat dipelajari. Atlet yang mempunyai motivasi intrinsik akan mengikuti latihan peningkatan kemampuan atas ketrampilan, atau mengikuti pertandingan bukan karena situasi buatan (dorongan dari luar), melainkan karena kepuasan dalam dirinya. Bagi atlet tersebut, kepuasan diri diperoleh lewat prestasi yang tinggi bukan lewat pemberian hadiah, pujian atau penghargaan lainya. Atlet ini biasanya tekun, bekerja keras, teratur dan disiplin dalam menjalani latihan serta tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain dan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu yang menyebabkan individu berpartisipasi dalam olahraga. Dorongan ini berasal dari pelatih,

3 guru, orangtua, bangsa atau berupa hadiah, sertifikat, penghargaan atau uang. Motivasi ekstrinsik ini dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai penguat itu dari waktu ke waktu. Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil penampilan atlet. Seorang anak yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan selalu berlatih dengan rajin sehingga prestasi olahraganya pun akan baik. Sebaliknya, seorang atlet dengan motivasi rendah akan cenderung bermalas malas sehingga prestasi olahraganya pun kurang baik. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung memilih tugas- tugas yang menantang, membutuhkan umpan balik segera, tekun dalam berbagai penampilan, menunjukkan selfcontrol yang tinggi, cenderung tidak pernah istirahat, dan inovatif yang tergambar dalam perubahan dan gerak perilakunya menurut Woike & Adam (2005). Berhasil dalam salah satu bidang, misalnya olah raga adalah suatu hal yang nyata, apalagi jika berprestasi. Motivasi yang dimiliki seseorang harus diwujudkan dalam tindakan atau perilakunya. Tanpa adanya motivasi yang kuat, seorang atlet mungkin tidak akan berhasil dalam pertandingan. Meskipun atlet tersebut mempunyai keterampilan yang baik, tetapi tidak ada motivasi untuk bermain baik, biasanya mengalami kekalahan. Hasil yang optimal hanya dapat dicapai kalau motivasi dan keterampilan saling melengkapi. Seperti yang dikatakan Gunarsa (1989), menyatakan bahwa dalam bidang pendidikan jasmani dan olah raha, tidak

4 ada atlet yang dapat menang tanpa motivasi. Menurut Daradjat (1995), kecemasan juga merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Berdasarkan hal tersebut di atas atlet perlu mendapat perhatian khusus dalam olahraga, karena emosi yang bercampur baur dengan suatu tekanan perasaan dan pertentangan batin dapat mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang lain (akal dan kehendak), juga dapat mempengaruhi aspekaspek fisiologisnya sehingga jelas akan berpengaruh terhadap peningkatan atau merosotnya prestasi atlet. Sumber ketegangan dari dalam. Kecemasan sebagai salah satu kondisi kejiwaan yang tidak stabil dapat timbul dalam motivasi berprestasi ada unsur kompetisi antara seorang atlet dengan atlet atlet lainya. Setiap atlet berusaha mencapai prestasi yang terbaik, mengungguli teman-temannya yang lain. Namun layaknya sebuah kompetisi tentu ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Kemenangan atau keberhasilan pada atlet yang berprestasi cenderung membuat atlet berusaha mempertahankan prestasinya agar dia tetap menjadi sang juara. Sebaliknya kekalahan atau kegagalan yang berulang-ulang cenderungmembuat atlet patah semangat dan putus asa. Pengalaman atlet tentang kegagalan ini biasanya akan terus membekas dan menimbulkan kecemasan pada diri atlet. Ketika atlet dihadapkan pada pertandingan yang tingkatannya tak berbeda jauh dengan kegagalan kegagalan yang lalu, maka motivasi

5 berprestasinya dikalahkan oleh rasa cemas, takut gagal meskipun sebenarnya dia mampu bertanding dengan baik. Memang dalam batas batas tertentu kecemasan justru bermanfaat untuk memicu prestasi atlet. Jika atlet tidak pernah cemas maka akan menunjukan penampilan pada pertandingan yang kurang baik karena dia tidak akan pernah mempersiapkan diri untuk menghadapi pertandingan tersebut. Namun tingkat kecemasan yang tinggi karena kegagalan yang berlangsung terus menerus akan berakibat buruk pada atlet. Kegagalan yang berulang itu menyebabkan rasa cemas takut gagal yang makin besar. Akhirnya ketika atlet bertanding pikirannya tidak dapat berkonsentrasi, yang bisa diikuti gejala gejala fisiologis orang yang sedang cemas sepeti: keluar keringat dingin, muka pucat pasi, jantung berdegup kencang dan sebagainya. Meningkatnya kecemasan dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang, denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Penulis melakukan penelitian karena merasa kecemasan menjadi salah satu faktor yang paling mempengaruhi seorang atlet dalam mencapai prestasi yang tinggi dan ingin mengetahui apa yang terjadi pada atlet ketika kecemasan mempengaruhi prestasinya. Dari penelitian-penelitian terdahulu telah di buktikan adanya pengaruh antara kecemasan dan

6 motivasi berprestasi, yang membedakan penelitian saya dengan penelitianpenelitian terdahulu adalah atlet yang saya teliti adalah atlet dari sebagian cabang olahraga beladiri yang mengalami kontak langsung dengan lawannya pada saat bertanding dengan kata lain mereka berhadapan wajah dengan wajah di atas matras dalam posisi siap untuk bertanding. Cabang olahraga beladiri dimana sebagian besar atlet bertanding secara individu daripada tim yang menurut asumsi saya bahwa olahraga individu memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi di banding olahraga tim yang dikatakan juga oleh teori dari Simon and Marten (1999), ditemukan bahwa kecemasan bertanding adalah lebih tinggi pada atlet dalam olahraga individu dibandingkan dengan olahraga tim dan lebih tinggi olahraga individu kontak dibandingkan dengan lahraga non kontak. Kecemasan ketika menghadapi pertandingan merupakan masalah gejolak emosi yang sering menghinggapi atlet, terutama pada olahraga individual kontak. Woodman and Hardy (2003), berpendapat jenis olahraga dapat dikategorikan menjadi olahraga tim dan individu. Menurutnya olahraga individu lebih banyak tekanan daripada olahraga tim. Ini berbeda dengan penelitian pertama karena atlet yang di telitipun berbeda, peneliti terdahulu meneliti atlet panahan. Sedangkan yang membedakan dengan penelitian kedua padahal sama-sama atlet beladiri adalah pada atlet yang di teliti, pada penelitian sebelumnya atlet yang di teliti belum memiliki pengalaman yang cukup dan jam terbang dalam bertanding masih kurang jadi saya berasumsi bahwa tingkat kecemasan

7 atlet yang saya teliti relatif ada tetapi tidak setinggi atlet yang belum berpengalaman dalam bertanding. Menurut Singgih (1995), perasaan cemas pada atlet berpengalaman berbeda dengan atlet yang belum berpengalaman berbeda dengan atlet yang belum berpengalaman. Seorang atlet yang kurang bahkan belum pernah bertanding kemungkinan tingkat kecemasannya tinggi sehingga dapat menurunkan semangat dan kepercayaan diri dalam pertandingan, begitu pula atlet yang sudah terbiasa bertanding dapat mengalami kecemasan walaupun relatif kecil karena sudah pernah mengalami dan dapat menguasainya. Atlet yang belum pernah mengikuti pertandingan akan mengalami kesulitan dalam menghadapi gangguan yang timbul dalam pertandingan, pengorbanan yang dituntut untuk mencapai suatu kemenangan, tekanan-tekanan yang dihadapi, pahitnya suatu kekalahan, dan nikmatnya suatu kemenangan merupakan keseluruhan hal yang belum pernah merasakan pengalaman bertanding. Berdasarkan pemikkiran yang dikemukakan di depan maka peneliti tertarik untuk meneliti dan membahas lebih lanjut ke dalam skripsi yang diberi judul Pengaruh Kecemasan Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Atlet Beladiri

8 1.2. Rumusan Masalah Masalah yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah Apakah ada Pengaruh Kecemasan Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Atlet Beladiri? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penenlitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecemasan terhadap motivasi berprestasi pada atlet beladiri. 1.4. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca bahwa kecemasan dalam bidang psikologi sosial dan motivasi sangat berpengaruh pada atlet berprestasi. b. Manfaat Praktis Memberikan masukan untuk pelatih, orang tua dan rekan se-team agar lebih memahami tentang cara meningkatkan motivasi untuk berprestasi dan memahami bahwa faktor apa saja yang dapat mempengaruhi atlet dalam berprestasi. Melalui penelitian ini juga di harapankan atlet yang memiliki prestasi yang tinggi tidak lepas dari pengaruh akan sesuatu yang membuat prestasinya menurun, salah satunya kecemasan dan melalui penelitian ini di harapkan pelatih yang paling berwenang atas atlet dapat dengan cepat meyadari jika atletnya mulai

9 merasakan kecemasan dan harus di tanggulangi secara cepat agar tidak mempengaruhi prestasinya.