ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTIONS DI SDN 06 LUBUK ALUNG. Oleh: NETI YULIANI NPM. 1110013411008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2017
HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTIONS DI SDN 06 LUBUK ALUNG. Disusun Oleh: NETI YULIANI NPM. 1110013411008 Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sebagai Syarat Mengeluarkan Nilai Tugas Akhir Skripsi Pembimbing I Padang, Januari 2017 Pembimbing II Dra. Hj. Zulfa Amrina, M.Pd. Rieke Alyusfitri, S.Si., M.Si.
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTIONS DI SDN 06 LUBUK ALUNG. Neti Yuliani 1, Zulfa Amrina 1, Rieke Alyusfitri 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Email: nethyyuliani@.com ABSTRACT This research of background by lack of ability think critically of student in study of Mathematics at class of V in SDN 06 Lubuk Alung. Target of this research is to mendeskripsikan of is make-up of ability think critically of Student class mathematics of V SD Country 06 Lubuk Alung through Model of Problem Based Instructions. this Type Research is research of class action performed within two cycle. this Research Subjek is all class student of V SD Country 06 Lubuk Alung which enlist at semester of II School Year 2015 / 2016. Research instrument the used is observation sheet activity of rubric and teacher assessment of ability think critically of student. Pursuant to teacher activity sheet obtained that score mean learn in managing study at cycle of I that is percentage 63,88% mounting at cycle of II become percentage 74,99%. Pursuant to rubric assessment of ability think critically of student obtained by average value percentage of ability think critically of student at cycle of I percentage 74,57% and at cycle of II percentage 81,30%. Passing model study of Problem Based Instructions can be improved by ability think critically of class student of V at study of mathematics in SDN 06. Pursuant to this research is suggested to teacher so that/ to be can use Model of Problem Based Instructions in improving ability think critically of student in study of Mathematics. Keyword: Ability Think Critically, Model of Problem Based Instructions, Mathematics PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena di manapun dan kapanpun di dunia ini terdapat pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mutu Pendidikan selalu mengupayakan kehidupan manusia ke arah lebih baik yang diperlukan untuk kehidupan di masa akan datang. Oleh sebab itu, pemerintah menerapkan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan peserta didik ke arah perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan secara kontiniu dan berkesinambungan. Faktor yang dapat
menentukan kualitas pendidikan antara lain kualitas pembelajaran dan karakter siswa yang meliputi bakat, minat, dan kemampuan. Kualitas pembelajaran dapat dilihatdari interaksi siswa dengan sumber belajar dan pendidik. Interaksi yang berkualitas adalah yang menyenangkan dan dapat menciptakan pengalaman belajar. Untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir di masyarakat. Prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir. Berdasarkan observasi, di ketahui siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika yakni tentang materi pecahan, terutama yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan. Pada waktu guru menjelaskan pelajaran tentang materi pecahan siswa mengerti tetapi, setelah guru membuat soal pecahan dalam bentuk cerita siswa mulai bingung. Selain itu guru masih menerapkan pembelajaran berpusat pada guru. Dimana guru yang menjelaskan materi siswa memperhatikan saja, sehingga siswa tidak dapat mengkomonikasikan ide-ide Matematiknya, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga tidak maksimal dalam menganalisis soal Matematika. Hal tersebut dapat di identifikasi dari bagaimana siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung. Siswa cenderung langsung menuliskan hasil akhir dari soal yang diberikan guru, tanpa disertai dengan cara yang sistematis. Hal ini berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir matematis siswa. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V dengan Ibu Silvia Elita,S.Pd. terlihat bahwa dalam proses pembelajaran hanya sedikit siswa yang berani mengelurkan pendapat, karna siswa malumalu dan kurang percaya diri pada pembelajaran Matematika. Dalam pembelajaran Matematika, Guru masih menggunakan metode ceramah, model pembelajaran yang diberikan guru masih konvensional. Ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. hal ini terlihat pada hasil Ulangan Hariaan I siswa kelas V Tahun Ajaran 2015/2016. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran matematika adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang digunakan sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengubah cara-cara berpikir dengan membutuhkan latihan dan tanggapan yang baik dan luas. Dengan demikian masalah-masalah yang dihadapi akan dapat diatasi melalui keterampilan berpikir siswa yang
melibatkan penalaran, logis, argumen. Model Problem Based intrictions (PBI) merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dan masalah tersebut diselesaikan secara berkelompok atau individu untuk melatih kemampuan berpikir siswa. Peserta didik merumuskan masalah yang ditemui secara bersama-bersama. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V pada Pembelajaran Matematika Melalui Model Problem Based Intructions (PBI) di SDN 06 Lubuk Alung. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir siswa kelas V melalui model Problem Based intructions (PBI) di SDN 06 Lubuk Alung. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika di SD a.pengertian PembelajaranMatematika di SD Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan (2003:25) mengatakan bahwa pembelajaran matematika adalah ilmu pengetahuan mengenai struktur yang terorganisasikan dengan baik, dan memang bahwa semua stuktur dalam matematika diorganisasikan dengan sistematis dalam rangkaian urutan yang logis. b. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD Tujuan pembelajaran matematika di SD adalah menyiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional,, cermat, jujur, dan efektif. c. Karakteristik siswa SD Guru atau Pendidik di Sekolah Dasar hendaknya memahami karateristik siswa yang akan diajarnya. Karna, anak yang berada di Sekolah Dasar masih tergolong di usia dini, terutama di kelas awal 2. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) a. Pengertian model pembelajaran belajar. Sedangkan menurut Suherman
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaiaan penyajiaan materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. b..pengertian model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Problem Based Instruction (PBI) yang dalam Bahasa Indonesia berarti pembelajaran berdasarkan masalah. Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dianjurkan pada kurikulum 2013. Menurut Istarani (2011:32) mengemukakan bahwa PBI adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik dengan tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupanya. c.langkah- langkah Model PBI Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instructions) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada Menurut Istarani (2011:32) model pembelajaran bedasarkan masalah terdiri dari 5 langkah-langkah yaitu: 1) Guru menjelaskan kompotensi yang akan dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukungyang di butuhkan. Memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang di pilih. 2) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubyungan dengan masalah tersebut (menetapkan topic, tugas, jadwal, dan lain-lain). 3) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. 4) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan/ menyiapkan karya yang sesai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi ataau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Penerapan model PBI dalam penelitiaan ini meliputi lima tahapan sebagai berikut: peserta didik.
1. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas belajar terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut. 2. Mengorganisasi tugas belajar. 3. Mendorong siswa mengumpulkan informasi. 4. Membantu siswa menyiapkan hasil karya. 5. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau mengevaluasi karya siswa. d. Keunggulan dan Kelemahan PBI Menurut Trianto (2009:96), kelebihan dari pembelajaran berdasarkan masalah adalah: (1) Realistic dengan kehidupan siswa (2) Konsep sesaui kebutuhan siswa (3) memupuk sifat inquiry, (4) Retensi konsep jadi kuat. (5) Memupuk kemampuan Problem Solving. Disamping kelebihan, PBI juga memiliki beberapa kekurangan seperti yang dikemukakan Trianto (2009:96) (1) persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, (2) Sulitnya mencari problem yang relevan, (3) Sering terjadi miss- konsepsi, (4) Konsumsi waktu, di mana model ini memerlukam waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga 3.Tinjauan tentang Berpikir Kritis Berpikir adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide-ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan. Indikator-indikator kemampuan berpikir yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Mengidetifikasi masalah. b) Memecahkan masalah. c) Menilai d) Membuat kesimpulan METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V SD 06 Lubuk Alung. Kecamatan Lubuk Alung. Sekolah yang terletak di jln. Raya Padang Bukit tinggi. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas V, yang
terdaftar pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2015/2016, terhitung mulai dari waktu perencanaan sampai pembuatan laporan hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada desain PTK yang dirumuskan Arikunto, dkk. (2012:16) yang terdiri dari empat komponen, yaitu: pelaksanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut merupakan suatu siklus dan digambarkan pada bagan di bawah ini: Pelaksanaan PTK dapat dibagi menjadi empat yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran diukur dengan menggunakan KKM. KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan dan hasil pembelajaran yang berupa informasi tentang hasil belajar siswa. Data sekunder merupakan hal-hal yang mendukung penjelasan data primer. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik yaitu (1) observasi (2) tes. Instrumen penelitian ini terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan rubrik kemampuan berpikir siswa. Berdasarkan instrumen penelitian, maka data penelitian diolah dengan sebagai berikut: 1. Data Observasi Kegiatan Guru 2. Data kemampuan berpikir siswa 3. Hasil belajar HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru yang diisi oleh Ibu Silvia Elita selaku Observer dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, maka jumlah skor dan persentase kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 1. Jumlah Skor dan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I Per temuan Jumlah deskriptor yang tampak Jumlah PersentaseKatagori des kriprtor 1 11 18 61,11 % Cukup 2 12 18 66,66 % Cukup Rata-rata 11,5 18 63,88 % Cukup Target 18 Deskriptor >75 % Baik bahwa Berdasarkan Tabel dapat dilihat skor yang diperoleh guru pada pertemuan 1 adalah 11 dengan persentase 61,11%. Pada pertemuan 2 diperoleh skor guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yaitu 12 dengan persentase 66,88%, Persentase guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki ratarata 63,88% belum optimal. Hal ini
disebabkan karena peneliti belum terbiasa menggunakan model PBI dan memahami kondisi siswa. 2.Rubrik dan kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kriteria penilaian kemampuan berpikir siswa yang diisi berdasarkan tes akhir siklus I, dapat dilihat pada Tabel. Tabel 2. Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I Nilai Uraiaan 85 100 Sangat 81 84 Kritis 75 80 Cukup 75 Kurang b. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Rubrik penilaiaan kemampuan berpikir siswa yang diisi berdasarkan tes akhir siklus 1 dapat dilihat pada tabel. Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I Skor tiap Indikator Siklus Indi Indi Indi Indi Rata-rata kator kator 4 kator 2 kator 3 1 I 379 315 305 364 74.57 Persentase 82,39 68,47 68,30 (%) Kriteria Kritis Kurang Kurang Nilai 91,3 tertinggi Nilai 48,8 terendah 79,13 Cukup 74.57 % Kurang Dapat dilihat bahwa skor kemampuan berpikir pada indikator 1 adalah 379 dngan persentase 82,39% dan kriterianya, indkator 2 adalah 315 dengan persentase 68,47.% dan kriterianya kurang, indikator 3 adalah 305 dengan persentase 68,30% dan kriterianya kurang indikator 4 adalah 364 dengan persentase 79,13% dan kriterianya cukup, Skor maksimalnya adalah 80 dengan nilai tertinggi 91,3 dan nilai terendah 48,8. Persentase kemampuan berpikir siswa pada siklus I ini adalah 74,57% dan kriterianya kurang. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan pada akhir siklus I, secara umum dapat dilihat pada Tabel. Tabel 4. Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I Uraian Siklus I Jumlah siswa yang mengikuti tes 23 Jumlah siswa yang tuntas 10 Jumlah siswa yang tidak tuntas 13 Persentase siswa yang tuntas belajar 56,52% Dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan belajar siswa tergolong kurang baik. Hal ini ditunjukkan dari 23 orang siswa yang mengikuti tes, terdapat 13 orang siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM 75. Jika dipersentasekan 56,52% siswa yang tuntas. Ini artinya ketuntasan belajar siswa berada pada kategori kurang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada siklus I indikator kemampuan berpikir siswa belum tercapai.
2. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus II 1. Pelaksanaan Aktivitas Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru yang diisi oleh Observer dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, maka jumlah skor dan persentase kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada Tabel. Tabel 5. Jumlah Skor dan Persentase Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Siklus II Siklus I Perte muan Jumlah deskriptor yang tampak Jumlah deskriprtor PersentaseKatagori Skor yang diperoleh guru pada pertemuan 1 adalah 13 dengan persentase 72,22%, dan pertemuan 2 skor 14 dengan persentase 77,77%, dengan rata-rata 13,5. Persentase guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki rata-rata 74,99% sehingga guru dalam mengelola pembelajaran sudah termasuk dalam kategori baik. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru mengalami peningkatan dari siklus I persentase (69,44%) ke siklus II persentase (74,99%) hal ini disebabkan peneliti sudah terbiasa menggunakan Model Problem Based Instructions. Rubrik penilaian kemampuan berpikir siswa yang diisi berdasarkan tes akhir Siklus II, dapat dilihat pada Tabel. 1 13 18 72,22 % Cukup 2 14 18 77,77 % Cukup Ratarata 11,5 18 74,99 % Cukup Target 18 Deskriptor >75 % Baik Tabel 7. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II Skor tiap Indikator Ratarata Siklus Indikator Indikator Indikator Indikator 1 2 3 4 I 364 356 374 402 81.3 Persentase 87,39 79,13 77,39 81,30 81,3% (%) Kriteria Nilai tertinggi Nilai terendah Cukup Cukup Kritis 96,3 63,8 Sangat Kritis Dapat dilihat bahwa skor kemampuan berpikir pada indikator 1 adalah 364 dengan persentase 79,13% dan kriterianya cukup, indikator 2 adalah 356 dengan persentase 77,39% dan kriterianya cukup, indikator 3 adalah 374 dengan persentase 81,30% dan kriterianya, dan indikator 4 adalah 402 dengan persentase 87,39% dan kriterianya sangat. Skor maksimalnya adalah 80dengan nilai tertinggi 96,3 dan nilai terendah 63,8. Persentase kemampuan berpikir siswa pada siklus II ini adalah 81,3%. Presentasi ketuntasan siswa dikumpulkan melalui tes hasil setiap akhir siklus. Ketuntasan belajarmatematika siswa dalam melaksanakan kegiatan tes akhir siklus II yaitu terdapat 17 orang siswa yang mendapat nilai tuntas (73,91%)
dan 6 orang yang tidak tuntas (26,09%). Ketuntasan belajar siklus II adalah dalam kategori baik. Tabel 8. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II Uraian Siklus II Jumlah siswa yang mengikuti 23 tes Jumlah siswa yang tuntas 17 Jumlah siswa yang tidak tuntas 6 Persentase siswa yang tuntas 73,91% belajar Persentase ketuntasan belajar siswa siklus II tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dari 23 orang siswa yang mengikuti tes terdapat 6 orang siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM 75, atau jika dipersentasekan sebesar 73,91% dan berada pada kategori baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada siklus II indikator kemampuan berpikir siswa sudah tercapai dengan baik. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Guru Persentase rata-rata pelaksanaan pembelajaran pada aspek guru dalam pembelajaran matematika melalui model PBI terjadi peningkatan.hal tersebut dapat dilihat pada Tabel. Tabel 9. Persentase Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Guru pada Siklus I dan Siklus II. Siklus Persentase Indikator Keberhasilan I 69,44% II 74,99% 70% Rata-rata 72,21% Pelaksanaan pembelajaran oleh guru dengan menggunakan model PBI mengalami peningkatan sebagaimana yang peneliti harapkan dalam penelitian tindakan kelas ini. Peneliti sudah dapat menerapkan model pembelajaran serta melaksanakan pembelajaran secara efektif sesuai dengan RPP yang telah peneliti rancang sebelumnya, sehingga proses pembelajaran menjadi baik. 2. Kemampuan Berpikir Kritis Persentase kemampuan berpikir siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel. Tabel 10. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II Siklus Rata-rata Kriteria Persentase Skor I 74,1 74,1% Kurang II 81,3 81,3% Sangat Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir siswa dari siklus I ke siklus II. 3. Hasil Belajar Pada siklus I, telah diadakan ketuntasan belajar baru mencapai 43,48% dari siswa yang mendapat nilai di atas KKM (75). Ketuntasan belajar dapat dilihat pada Tabel. Tabel 12. Perbandingan Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V Siklus I dan Siklus II Uraian Siklus I Siklus II Jumlah siswa yang mengikuti 23 23 tes Jumlah siswa yang tuntas 10 17
Jumlah siswa yang tidak tuntas Persentase siswa yang tuntas belajar Persentase siswa yang tidak tuntas belajar 13 6 43,48% 73,91% 56,52% 26,09% Dapat disimpulkan bahwa data persentase ketuntasan belajar siswa siklus I 43,48%. Ini menunjukkan belum tercapainya indikator keberhasilan yaitu 75. Pada siklus II, setelah diadakan tes ketuntasan belajarsiswa yang tuntas belajar mencapai 73,91% dari semua siswa yang mengikuti tes dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa di atas, dapat dilihat bahwa dari 23 siswa yang mengikuti tes siswa dengan persentase ketuntasan belajar siswa 73,91% telah mendapat nilai yang mencapai atau melebihi KKM yang di tetapkan di sekolah itu adalah 75. Hal ini dikarenakan perbaikan tindakan yang dilakukan oleh guru berdasarkan refleksi pada siklus I. Pada siklus II inisebelum siswa diminta mengerjakan soal dengan Model Problem Based Instructions yang berupa soal cerita, guru terlebih dahulu memberikan penjelasan secara terperinci kepada siswa mengenai cara atau langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita. Berdasarkan pembicaraan peneliti dengan guru kelas V SDN 06 Lubuk Alung setelah selesai pelaksanaan siklus II, dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Problem Based instructions dalam proses pelaksanaan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan berpikir siswa kelas V pada pembelajaran Matematika di SDN 06 Lubuk Alung meningkat setelah digunakan Model Problem Based Instructions. Rata-rata persentase kemampuan berpikir siswa siklus I dan siklus II 74,1% (kriteria kurang ) dan 81,3% (kriteria ). Ini artinya terjadi peningkatan rata-rata sebesar 7,2.%. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta : Ghalia Indonesia. Kurikulum 2013.2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Kemendikbud. Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: kencana. Taufik, Taufina. 2012. Mozaik Pembelajaran Inovatif. Padang: Sukabina Press