FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI YANG BERUSIA 40 TAHUN KE ATAS DI KELURAHAN BAHOI KECAMATAN TAGULANDANG KABUPATEN SIAU TAGULANDANG BIARO Indra Galia Kudati*, Budi T. Ratag*, Paul A.T. Kawatu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kelurahan Bahoi. Berdasarkan data surveilans terpadu penyakit provinsi Sulawesi Utara tahun 2015, angka penderita hipertensi di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro mencapai 3.039 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik, kebiasaan merokok, riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada laki laki yang berusia 40 tahun keatas di Kelurahan Bahoi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang yang dilaksanakan pada bulan Oktober November 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah laki laki yang berusia 40 tahun keatas yang tinggal di Kelurahan Bahoi. Sampel diambil secara purposive sampling dengan jumlah sampel 76 responden. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan CI= 95% dan α=0,05. Hasil: tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik (p= 0,752), kebiasaan merokok (p= 0,01), riwayat keluarga (p= 0,002) dengan kejadian hipertensi di kelurahan bahoi. Kesimpulan: aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan riwayat keluarga merupakan faktor faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada Laki laki yang berumur 40 tahun keatas di Kelurahan Bahoi. Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi ABSTRACT Background: Hypertension is a disease that affects many people in the village bahoi. Based on data from the integrated disease surveillance northern Sulawesi province in 2015, number of hypertension patients in the district Siau Tagulandang Biaro reached 3,039 cases. This study aims to investigate the relationship between physical activity, smoking habits, family history of hypertension in men - men aged 40 years and older in the village bahoi. Method: This was a quantitative study using cross-sectional design conducted from October-November, 2016. The population in this study were men aged 40 or older who live in the village bahoi. The sample was taken by purposive sampling with a sample of 76 respondents. Collecting data using interviews, with the questionnaire as data collection instruments. Chi square test was used to analyze the relationship between variables with CI = 95% and α = 0.05. Results: There is no relationship between physical activity (p = 0.752), smoking (p= 0.01), family history (p = 0.002) with the incidence of hypertension in the village bahoi. Conclusion: physical activity, smoking, and family history are factors that affect the incidence of hypertension in men aged 40 or older in the village bahoi. Key Words: Physical Activity, Smoking Habits, Family History, Hypertension PENDAHULUAN Usia 40 tahun adalah usia milestone atau usia transisi dalam kehidupan seseorang. Banyak perubahan yang terjadi pada usia ini. Dari semua perubahan hidup tersebut, ada suatu hal yang tak terhindarkan, yakni transisi menuju penuaan. Ketika kita bertambah tua, tubuh kita berubah, dan perubahan tersebut cenderung mempengaruhi kesehatan kita. Banyak penelitian menunjukan dengan jelas bahwa gaya 1
hidup kita mempengaruhi perubahan perubahan ini, baik secara positif maupun secara negatif (Savitri, 2016). Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan salah satu masalah kesehatan utama setiap Negara karena bisa menimbulkan penyakit jantung dan stroke otak yang mematikan. Hipertensi dianggap masalah kesehatan serius karena kedatangannya seringkali tidak kita sadari. Penyakit ini bisa terus bertambah parah tanpa disadari hingga mencapai tingkat yang mengancam hidup pasiennya (Wade, 2016). Lebih dari satu dari lima orang dewasa di seluruh dunia mengalami peningkatan tekanan darah. Sebuah kondisi yang menyebabkan sekitar setengah dari semua kematian akibat stroke dan penyakit jantung. Komplikasi dari peningkatan tekanan darah mengakibatkan adanya 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Hampir semua negara-negara maju, diagnosis menyeluruh serta pengobatan yang murah mampu menurunkan proporsi resiko orang yang menderita hipertensi, serta tekanan darah rata-rata pada populasi manusia dan telah memberikan kontribusi untuk pengurangan kematian akibat penyakit jantung. Misalnya, prevalensi tekanan darah di negara maju seperti di Amerika serikat pada tahun 2014 adalah 18%, dibandingkan tahun 1980 mencapai 31%. Sebaliknya, negara-negara berpenghasilan rendah seperti negara Afrika memiliki prevalensi tertinggi yaitu mencapai 30% pertahunya pada orang dewasa dan proporsi orang yang menderita hipertensi pertahunnya terus meningkat. Sedangkan, di negara-negara berkembang banyak orang dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari penyakit mereka, dan tidak memiliki akses ke perawatan yang bisa mengontrol tekanan darah mereka dan secara signifikan mengurangi risiko kematian dan kecacatan dari penyakit jantung dan stroke. Deteksi, pengobatan dan pengendalian hipertensi merupakan prioritas kesehatan yang penting di seluruh dunia. (WHO, 2015). Faktor-faktor yang memicu terjadinya hipertensi yang tidak bias diubah seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, dan etnis. Akan tetapi, fakta yang sering terjadi justru faktor faktor seperti stress, Obesitas, dan nutrisi menjadi pemicu terbesar terjadinya hipertensi (Nurrahmani, 2014). Faktor lingkungan tertentu memperburuk kondisi seseorang yang memiliki riwayat penyakit hipertensi. Penyebab penyebab tersebut yaitu ketegangan jiwa (terutama perasaan marah dan frustasi), konsumsi banyak garam, merokok, konsumsi alcohol, dan kelebihan berat badan (Wade, 2016). 2
Penyakit hipertensi di Indonesia masih termasuk penyakit yang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Dilihat dari data Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit hipertensi di Negara Indonesia mencapai angka 26,5% dan cakupan diagnosis penyakit hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai 36,8% dengan kata lain hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis sebanyak 63,8% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan laporan STP yang diterima dari seluruh wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara terdapatkan insiden kumulatif dengan kasus hipertensi sebesar 7,982. Insiden terbesar terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yaitu 38,163 dan Kabupaten Minahasa Tenggara 23,849 (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2014). Pada Kabupaten Siau Tagulandang Biaro sepanjang tahun 2015 berdasarkan laporan Survei Terpadu Penyakit kasus hipertensi mencapai angka 3.039 kasus yang jika kelompokan dalam jenis kelamin yaitu penderita laki-laki sebanyak 1.453 kasus, sedangkan pada penderita perempuan terdapat 1.586 kasus (STP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2015). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herke Sigarlaki di Desa Boco Kecamatan Bulus Pesantren tahun 2006 di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, terdapat beberapa faktor yang berhubungan yaitu, faktor umur (28,43 %), jenis kelamin (30,39%), tingkat penghasilan (51,95%), tingkat pendidikan (35,29%), pekerjaan (44,11%), dan jumlah anak (42,15%), serta faktor makanan (29,41%). Hasil penelitian yang juga di lakukan oleh Oroh di Kecamatan Wenang Kota Manado tahun 2014 terdapat beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit hipertensi yaitu, faktor risiko kebiasaan merokok dengan nilai p = 0,000 (OR = 6,0 dan 95% CI = 2,53-14,22), dan faktor risiko konsumsi alkohol dengan nilai p = 0,000 (OR = 4,3 dan 95% CI = 1,86-10,28). Dan hasil penelitian yang juga di lakukan oleh setyanda di Kota Padang tahun 2015 terdapat hubungan kebiasaan merokok pada laki laki usia 35 65 tahun dengan kejadian hipertensi yaitu, kebiasaan merokok dengan hipertensi (p=0,003), yang di pengaruhi lama merokok (p=0,017), dan jenis (p=0,017), tetapi tidak terdapat hubungan antara jumlah rokok dengan kejadian hipertensi (p=0,412). Berdasarkan data hipertensi di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penyakit hipertensi pada Laki-laki dengan usia 40 tahun ke atas, yang diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait dengan aktifitas fisik, kebiasaan merokok, dan 3
riwayat keluarga pada laki-laki di kelurahan Bahoi. Sesuai data yang di peroleh dari Puskesmas Tagulandang angka penderita hipertensi sepanjang tahun 2015 sebanyak 606 kasus, dan menurut tenaga kesehatan yang ada di puskesmas bahwa pasien yang paling banyak memeriksakan diri adalah masyarakat kelurahan Bahoi, tetapi karena tidak ada data pasti dari puskesmas berapa jumla penderita yang terdapat di Kelurahan Bahoi membuat peneliti ingin mencari data secara langsung. METODE Jenis penelitian merupakan survei analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bahoi Kabupaten Siau Tagulandang Biaro Oktober November 2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh laki-laki yang berumur 40 tahun ke atas dan berdomisili di Kelurahan Bahoi. sampel di tentukan dengan rumus Lemeshow sebagai berikut : 75,8942 dibulatkan menjadi 76 sampel Keterangan : n = Besar Sampel P = Proporsi Populasi (27,1% = 0,271) d = Presisi (10% = 0,1) = Nilai Z ( 95%= 1,96) Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu Bersedia menjadi responden, Responden yang mengonsumsi obat/terapi anti hipertensi, dan Responden berada di tempat atau berdomisili 6 bulan atau lebih pada saat penelitian berlangsung sehingga responden yang diperoleh berjumlah 76 orang. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran menggunakan Sphygmomanometer. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel menggunakan uji chisquare. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis bivariat antara aktivitas fisik dengan kejadian Hipertensi, dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Kejadian Hipertensi Aktivitas Fisik Hipertensi Tidak Hipertensi Total p value n % n % n % Aktif 4 5,3 4 5,2 8 10,5 Kurang aktif 38 50,0 30 39,5 68 89,5 0,752 Total 42 55,3 34 44,7 76 100,0 Berdasarkan hasil pengukuran data dari hipertensi dan 30 responden (39,5%) tabel 14 menunjukan responden yang memiliki tekanan darah normal. Hasil aktif dalam melakukan aktivitas fisik bivariat yang sudah diuji dengan sebesar 4 responden (5,3%) yang menggunakan uji chi square diperoleh mengalami kejadian hipertensi dan nilai < 0,05 (0,752). Hal ini terdapat 4 responden (5,3%) memiliki menunjukan bahwa antara aktivitas fisik tekanan darah normal. Pada responden dengan kejadian hipertensi tidak yang tidak aktif dalam melakukan aktivitas fisik terdapat 38 responden terdapat hubungan yang berarti H ditolak dan H diterima. (50%) yang mengalami kejadian Hasil analisis bivariat antara kebiasaan merokok dengan kejadian Hipertensi dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Kejadian Hipertensi Kebiasaan Merokok Hipertensi Tidak Hipertensi Total p value n % n % n % Merokok 41 54 27 35,5 68 89,5 Tidak merokok 1 1,3 7 9,2 8 10,5 0,010 Total 42 55,3 34 44,7 76 100 Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel hipertensi dan 7 responden (9,2%) 16 merupakan hubunga antara kebiasaan memiliki tekanan darah normal. merokok dengan kejadian hipertensi yang menunjukan bahwa terdapat 41 Berdasarkan hasil yang sudah di uji dengan menggunakan uji chi square responden (54%) mengalami kejadian diperoleh nilai < 0,05 (0,010). Hal ini hipertensi dan 27 responden (35,5%) memiliki tekanan darah normal. Pada menunjukan bahwa H diterima dan H yang berarti antara kebiasaan merokok responden yang tidak memiliki dan kejadian hipertensi memiliki kebiasaan merokok terdapat 1 responden hubungan. (1,3%) yang mengalami kejadian 5
Hasil analisis bivariat antara riwayat keluarga dengan kejadian Hipertensi dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Kejadian Hipertensi Riwayat Keluarga Total p value Hipertensi Tidak Hipertensi Menderita Hipertensi n % n % n % Ada Riwayat 39 51,4 22 28,9 61 80,3 Tidak Ada Riwayat 3 3,9 12 15,8 15 19,7 0,002 Total 42 55,3 34 44,7 76 100 Hasil penelitian yang telah didapatkan 3 responden (3,9%) mengalami kejadian pada tabel 17, dapat dilihat bahwa responden yang menderita hipertensi memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami kejadian hipertensi adalah sebanyak 39 responden (51,4%) dan 22 responden (28,9%) tidak mengalami kejadian hipertensi. Sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi ada hipertensi dan 12 responden (15,8%) tidak mengalami kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil yang sudah di uji dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai < 0,05 (0,002). Hal ini menunjukan bahwa H diterima dan H ditolak yang berarti antara riwayat keluarga dan kejadian hipertensi memiliki hubungan. KESIMPULAN 1) Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di kelurahan bahoi kabupaten kepulauan siau tagulandang biaro. 2) Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di kelurahan bahoi kabupaten kepulauan siau tagulandang biaro. 3) Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di kelurahan bahoi kabupaten kepulauan siau tagulandang biaro. SARAN 1) Bagi Puskesmas Tagulandang Memberikan penyuluhan bagi masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas tagulandang dan selalu mendata pasien yang dating di puskesmas agar puskesmas memiliki data yang valit. 2) Bagi Masyarakat Di harapkan masyarakat bisa melakukan penanggulangan kejadian hipertensi secara mandiri dengan cara menjaga kebugaran tubuh, berhenti merokok, mengurangi asupan natrium, tidak mengonsumsi alcohol berlebih, dan menjaga pola makan. 6
DAFTAR PUSTAKA Depkes. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. DinKes Prov. 2014. Surveilans Terpadu Penyakit. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Nurrahmani, U. 2014. Cara mencegah penyakit jantung coroner, diabetes, dan hipertensi. Yogyakarta: Intan Media. Oroh, D. 2014. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dan Konsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Poliklinik Umum Di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Lamgowan Barat Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Volume 1 No. 3 ISSN 2089-3124. http://www.iakmisulut.org. diakses pada tanggal 28 juli 2016. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Savitri, A. 2016. Menjaga Kesehatan Dan Kebugaran Tubuh di Usia 40 Tahun ke Atas. Yogyakarta: Pustaka Barupress. Setyanda, G. O. Y. 2015. Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki Laki Usia 35 65. Jurnal kesehatan andalas. Volume 4, No 2 ISSN : 2301-7406. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diakses pada tanggal 27 september 2016. Sigarlaki, H.J.O. 2006. Karakteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi Di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. Jurnal Kesehatan, Volume 10 No. 2 Hal 1. http://journal.ui.ac.id./health/articl e/viewfile/187/183.pdf. Diakses pada tanggal 22 juli 2016. Wade, C. 2016. Mengatasi Hipertensi. Bandung: Nuansa Cendekia. WHO. 2015. A global brief on hypertension : Silent killer, global public health crisis. (online) http://www.who.int/features/qa/82 /en/. Diakses 19 oktober 2016. 7