FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 46/DSN-MUI/VII/2005 Tentang POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH (AL-KHASHM FI AL-MURABAHAH) Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah pada pembiayaan yang Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) pada umumnya dilakukan secara cicilan dalam kurun waktu yang telah disepakati antara LKS dengan nasabah; b. bahwa dalam hal nasabah telah melakukan pembayaran cicilan dengan tepat waktu, maka ia dapat diberi penghargaan. Sedangkan nasabah yang mengalami penurunan kemampuan dalam pembayaran cicilan dapat diberi keringanan; c. bahwa penghargaan dan keringanan yang merupakan mukafah tasyji iyah (intensif) tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk potongan dari total kewajiban pembayaran; d. bahwa untuk kepastian hukum tentang masalah tersebut menurut Syari ah Islam, Dewan Syari ah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa untuk dijadikan pedoman. Mengingat : 1. Firman Allah SWT; antara lain: a. QS. al-baqarah [2]: 275: #$%#&' "!. " +,*(-," ()* 6-," /0.1%!#.2345678 %.92:;<=-&>,.?5," 1 A,@8 Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba),maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya. b. QS. Al-Nisa [4]: 29: -(DE:E-C :B%- " EI#-!C," E:F C5G2HCEC A 2E Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. c. QS. Al-Ma idah [5]: 1: "?J.,-:B% E51! +J#3 %EK- E< " +!#-,@L1<M A @ Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-nya. d. QS. al-baqarah [2]: 280: -,G1G4:.G5,', A JC!:EN$@LC Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua hutang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. e. QS. al-ma idah [5]: O: +<%,PJQ<C:7%- S!+<K7,@PR,@%,,,?=.!'," #T2,%2UV. -+<@H 5,@=-+$:QE:H 15#,JC,W!,15#,JC,",@!JC A ;J@@QC,",@J,XY Hai orang yang beriman, janganlah kemu melanggar syi ar-syi ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan(mengganggu) binatangbinatang hadya, dan binatangbinatang qala id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaandari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan jangan sekali-kali kebencian-(mu) kepada sesuatu karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa- Nya. 2. Hadis-hadis Nabi s.a.w; antara lain: a. Hadis Nabi riwayat al-baihaqi dan Ibnu Majah; dan di-shahihkan oleh Ibnu Hibban : -:5ZT22@ @J0Z-5 5* # \ [$0,5[02 A FC Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan dengan kerelaan kedua belah pihak. b. Hadis Nabi riwayat Imam Tirmidzi dari Amr bin Auf al- Muzani,Nabi s.a.w bersabda:
(-,-R+<= ]P8^L +DQ%D,Q15, A (-,-R Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. c. Hadis Nabi Riwayat Muslim : " #@;35_. " 3+;3:5_. 5Z. @J+? @J5Z., N- Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-nya selama ia (suka) menolong saudaranya (HR. Muslim). d. Hadis Nabi riwayat al-thabrani dalam al-kabir dan al-hakim dalam al-mustadark yang menyatakan bahwa hadis ini shahih: 0,,51=Z:-`5W,2 \. " %:`#678V:Z:_Na-?`:15:,:8Na b-&# " Z# \ 0,,51=[02[. " (<C AHJC,JT Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa ketika Nabi saw. Memerintahkan untuk mengusir Bani Nadhir, datanglah beberapa orang dari mereka seraya mengatakan: Wahai Nabi Allah, Engkau telah memerintahkan untuk mengusir kami sementara kami mempunyai piutang pada orang-orang yang belum jatuh tempo Maka Rasulullah saw berkata: Berilah keringanan dan tagihlah lebih cepat. 3. Kaidah fiqih; antara lain:
15(?[@-3YbRJ 1.(= A% <C Pada dasarnya, semua bentuk mu amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Memperhatikan : 1. Fatwa DSN No. 23/DSN- MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah Menetapkan 2. Hasil workshop BPH-DSN, 9-10 Dzulqa dah 1425/21-22 Desember 2004. 3. Surat Direksi BSM No. 6/552/DIR tertanggal 21 September 2004 perihal permohonan fatwa. 4. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari ah Nasional pada hari Selasa, tanggal 13 Muharram 1426/ 22 Februari 2005. MEMUTUSKAN : FATWA TENTANG POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH Pertama : Ketentuan Pemberian Potongan 1. LKS boleh memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada nasabah dalam transaksi (akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan/ atau nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran. 2. Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan pada kebijakan LKS. 3. Pemberian potongan tidak boleh diperjanjikan dalam akad. Kedua : Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan mestinya. sebagaimana Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 13 Muharram 1426 H 22 Februari 2005 M. DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua, Dr. K.H. M. A. Sahal Mahfudh Sekertaris, Prof.Dr.H. M. Din Syamsuddin