BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan Standards Australia of the world s risk management standard, yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi. Perusahaan selalu dihadapkan dengan kenyataan high risk bring about

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan pengelolaan risiko. Sebuah bisnis yang berkembang harus

ABSTRAK. Kata Kunci : ERM, Corporate Governance structure, konsentrasi kepemilikan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesulitan dalam dunia bisnis. Selama krisis finansial global tahun

BAB I PENDAHULUAN. Treadway Commission (COSO) mendefinisikan Enterprise Risk

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Kasus yang menimpa Enron dan WorldCom menjadi salah satu contoh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan lembaga keuangan yang berdampak sistemik serta disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah memakmurkan pemilik perusahaan atau

BAB III METODE PENELITIAN. mendefinisikan enterprise risk management adalah sebuah proses yang dipengaruhi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sum, kurtosis dan skewness atau kemencengan distribusi (Ghozali, 2011). Variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

Bab I PENDAHULUAN UKDW. Piagam Audit atau Audit Charter, dimana Piagam Audit tersebut wajib dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

I. PENDAHULUAN. Manajemen risiko telah menjadi bagian dalam pertimbangan untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Adanya. menarik lebih banyak investor asing maupun investor dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB I PENDAHULUAN. publik menjadi kritikan karena diasumsikan memberikan informasi yang salah, hal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN. korporasi tersebut menunjukkan bahwa organ-organ perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba banyak terjadi di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan aktiva.

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses yang sangat vital dalam dunia bisnis,

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ketatnya persaingan dan perkembangan ekonomi secara global yang

BAB I PENDAHULUAN. bendanya. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada tahun 2001 terungkap skandal akuntansi yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pemakai informasi lainnya, maka risk management disclosure haruslah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Governance (2006) untuk mewujudkan tata kelola yang baik, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. etika profesi. Adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN...

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. prinsipal. Namun, ditemui ada konflik kepentingan antara agen dan prinsipal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

BAB I PENDAHULUAN. sektor perekonomian. Salah satu penyebab krisis adalah lemahnya implementasi

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem keuangan yang kurang dapat diandalkan. memadai kepada manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Masih terbayang dibenak kita aksi protes yang dilakukan salah satu nasabah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA. Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penghasilan Komprehensif Lain (PSAK 1 Revisi 2013, p. 80A). Pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam jangka pendek (tujuan operasional). Oleh karena itu, diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur modal merupakan hal yang paling penting dan harus dikelola

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai

Judul : Pengaruh Penilaian Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kegiatan bisnis selalu mengandung risiko yang setara dengan tingkat pengembalian (return) yang akan didapatkan. Pada dasarnya risiko tidak dapat dihindari dari aktivitas bisnis perusahaan sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengatasi permasalahan ini. Manajemen risiko berkaitan erat dengan kelangsungan usaha perusahaan. Jika perusahaan melakukan manajemen risiko, perusahaan dapat terhindar dari kebangkrutan atau bahkan dapat menghasilkan peningkatan laba. Manajemen risiko adalah suatu rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor dan mengontrol risiko yang timbul dari operasional bisnis suatu perusahaan. Manajemen risiko ditujukan untuk memastikan kesinambungan, profitabilitas dan pertumbuhan usaha sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Manajemen risiko mulai berkembang akhir-akhir ini setelah ekonomi dunia mengalami kegagalan dalam usahanya karena sistem pengawasan yang kurang memadai. Skandal pengelolaan perusahaan yang dialami oleh Enron di Amerika Serikat, kasus Bank Duta Indonesia dan kasus-kasus yang menimpa perusahaan besar di Amerika Serikat mencerminkan bahwa perusahaan mengalami kebangkrutan akibat langkah yang keliru dalam pengelolaannya. Terjadinya kasus kegagalan perekonomian meningkatkan kepedulian terhadap manajemen risiko, Australia dan Selandia Baru menerbitkan Standards Australia of the world s risk management standard, yaitu AS/NZS 4360 pada tahun 1995. Kemudian disusul oleh Canadian Standard, yaitu CAN/CSA-Q850-97. Pada musim gugur 2001 Committee of Sponsoring Organization 1

of the Treadway Commission (COSO,2004) menerbitkan Kerangka Manajemen Risiko Perusahaan, yang menggabungkan pendekatan manajemen risiko dengan pengendalian internal. Di Inggris, Global Futures menyelenggarakan riset dalam bidang manajemen risiko yang disponsori oleh Lloyd s London dan AIRMIC, yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana reaksi dunia terhadap peristiwa 11 September tersebut. Hasilnya, pada akhir Juni 2002 mereka menerbitkan standar Manajemen Risiko yang merupakan hasil karya sebuah tim gabungan dari tiga organisasi manajemen risiko utama di Inggris yaitu The Institute of Risk Management (IRM), The Association of Insurance and Risk Managers (AIRMIC,) dan The National Forum for Risk Management in the Public Sector (ALARM) Di Indonesia, perkembangan manajemen risiko khususnya risiko korporat baru dimulai sekitar tahun 2000 dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia Nomor 5 tahun 2003 Tentang Pedoman Manajemen Risiko Perbankan yang mengharuskan semua bank melakukan pengelolaan risiko. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melalui satuan tugasnya mengembangkan pedoman umum dan asesmen risiko di lingkungan BUMN dan sektor publik. Kementerian BUMN mengharuskan BUMN mengelola risiko bagian dari tata kelola perusahaan yang baik melalui Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep 117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002, tentang Penerapan GCG BUMN (2003) untuk persahaan terbuka (Tbk) ada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, Nomor : Kep- 02 /PM/2003, Tanggal : 15 Januari 2003 dimana perusahaan yang listing di pasar modal harus melakukan kajian manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan prinsip mengenal nasabah. Manajemen risiko perusahaan yang terintegrasi atau disebut juga dengan enterprise risk management merupakan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam 2

mengelola risiko yang dihadapi oleh perusahaan dan mengevaluasi serta mengontrol pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin kompleks aktivitas bisnis suatu perusahaan semakin besar pula risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut, oleh sebab itu diperlukan manajemen risiko dapat diandalkan. Enterprise Risk Management membantu perusahaan dalam menyusun informasi risiko yang efektif yang dapat menangani berbagai aspek risiko seperti risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional secara komprehensif dan integrative serta transfer risiko dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan. Adanya Enterprise Risk Management memungkinkan perusahaan untuk memberikan informasi ini secara financial dan nonfinancial kepada pihak luar tentang profil risiko dan juga berfungsi sebagai sinyal komitmen mereka untuk manajemen risiko (Hoyt dan Lienberg, 2010). Dalam perekonomian modern seperti saat ini, dewan perusahaan harus mampu mengelola resiko secara efektif dan bukan hanya sekedar menghilangkan risiko. Apapun entitas bisnisnya, semua menghadapi banyak risiko yang jika tidak diindetifikasi dan diintegrasikan dalam strategi bisnis secara keseluruhan dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan perusahaan atau terjadinya kegagalan bisnis. Perusahaan yang menghindari risiko akan kehilangan kesempatan dan sulit untuk berhasil dalam jangka panjang. Seiring dengan perkembangan perekonomian profil risiko semakin beragam, hal tersebut menyulitkan perusahaan untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan. Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management (ERM) salah satunya hasil penelitian Ardiansyah dan Adnan (2014) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk 3

management (ERM), selain itu hasil penelitian Sari (2013) menunjukkan bahwa risk management committee (RMC), ukuran perusahaan dan konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management (ERM). Hasil penelitian Syifa (2013) menunjukkan ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan dan chief risk officer (CRO) berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management (ERM). 4

1.2 Pokok Permasalahan 1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management? 2. Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management? 3. Apakah keberadaan chief risk officer (CRO) dan risk management committee (RMC) berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai : 1. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap pengungkapan enterprise risk management. 2. Pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap pengungkapan enterprise risk management. 3. Pengaruh keberadaan chief risk officer (CRO) dan risk management committee (RMC)terhadap pengungkapan enterprise risk management 4. Pengaruh kompleksitas perusahaan terhadap pengungkapan enterprise risk management. 5

1.4 Manfaat penelitian Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu mengenai pengaruh proporsi komisaris independen, konsentrasi kepemilikan, komite manajemen risiko dan kompleksitas perusahaan terhadap pengungkapan enterprise risk management. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan enterprise risk management. Manfaat Praktis 1. Bagi Manajemen Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan dalam mengelola risiko perusahaan. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para investor dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang memiliki pelaporan risiko. 6