I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

Menjelaskan makna penting sebuah SNP Menjelaskan produk hukum dan peraturan tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP); Menjelaskan Lingkup SNP;

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

ANGKET UNTUK WAKIL KEPALA SEKOLAH KURIKULUM

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

DESKRIPSI PROGRAM PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kualitas generasi yang akan datang. Dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

8/5/2011. Paradigma Pendidikan. Paradigma pendidikan mekanikreduksionisme,

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

K T S P KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 13 B. TUJUAN 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 14 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 14

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 13 B. TUJUAN 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 14 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 14

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. yang disusun dan dilaksanakan di masing masing satuan pendidikan. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal tahun pelajaran 2006/2007 telah diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Penerapan KTSP menjadi tantangan bagi guru untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai tenaga pendidik. Guru dituntut mengoptimalkan seluruh peran yang harus dilaksanakannya dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (manager), menentukan tujuan pembelajaran (director), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran (coordinator), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar (communicator), menyediakan dan memberi kemudahan-kemudahan belajar (facilitator), dan memberikan dorongan belajar (stimulator) (Tirtarahardja dan Sulo, 2000:225)

Pelaksanaan pembelajaran ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Panduan umumnya memuat ketentuan umum pengembangan KTSP, yang di dalamnya memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Mengingat adanya keragaman latar belakang, kebinekaan budaya, dan karakteristik peserta didik sebagai masukan dalam sistem pembelajaran, dan di sisi lain ada tuntutan agar proses pembelajaran mampu menghasilkan lulusan yang bermutu, maka proses pembelajaran harus dipilih, dikembangkan, dan diterapkan secara luwes dan bervariasi dengan memenuhi kriteria standar. Pembelajaran pada setiap satuan pendidikan setingkat SMA harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai degan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik (BSNP, 2006 : 2). Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran

yang efektif dan efisien. Ketentuan dalam standar proses pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil pembelajaran pada satuan pendidikan agar menghasilkan daya saing lulusan yang dapat menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta persaingan global, tanpa membatasi kreativitas pada satuan pendidikan untuk melakukan pembaharuan proses pembelajaran. Standar proses pembelajaran ini menggunakan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga pendidikan harus memperhatikan keragaman dan keunikan peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu setiap pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan. Beberapa kelemahan pembelajaran matematika siswa kelas X SMAN 7 Bandar Lampung selama ini antara lain guru kurang mampu merumuskan RPP sebagai bahan utama dalam pembelajaran untuk memfasilitasi siswa memenuhi tuntutan SKL. Materi yang diajarkan kepada peserta didik lebih bersifat ceramah. Selama proses pembelajaran berlangsung peran guru selalu lebih dominan siswa sangat pasif, minim aktifitas yaitu hanya mendengarkan guru dalam memberikan materi pelajaran. Oleh karena itu, kualitas RPP perlu ditingkatkan pelaksanaan evaluasi masih perlu diperbaiki, aktivitas belajar masih perlu ditingkatkan yang akhirnya ada peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi terhadap karakteristik siswa kelas X.5 dan X.6 SMAN 7 Bandar Lampung pada mata pelajaran Matematika dengan pokok bahasan penyelesaian persamaan kuadrat dapat dikemukakan bahwa dari sisi

siswa sebagai peserta didik dapat diterapkan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif sederhana yaitu kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Keaktifan siswa selama ini masih bergantung pada guru sebagai motor penggerak aktivitas belajar mereka. Keaktifan siswa yang ditampakkan masih terdapat hal-hal yang mengganggu dalam proses pembelajaran, seperti mengobrol dalam kelas yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran, mengganggu teman, dan melakukan aktivitas lain yang tidak perlu. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode pembelajaran yang belum bervariasi dan masih berpaku pada metode pembelajaran yang sama. Metode ceramah merupakan pilihan utama dalam metode pembelajaran. Pada metode pembelajaran ini peran guru akan menjadi sangat dominan, sedangkan siswa ditempatkan sebagai pendengar dan penonton. Sementara itu untuk hasil belajar siswa tergolong kurang memuaskan, hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian yang hanya mencapai nilai 53,20 dengan kategori kurang dan KKM mata pelajaran matematika 72 juga belum tercapai. Upaya-upaya yang telah dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan rendahnya aktivitas siswa antara lain dengan cara memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Namun pada realisasinya guru belum dapat meningkatkan aktivitas siswa. Siswa yang aktif hanya terbatas pada siswa-siswa tertentu saja. Selain itu guru juga memberikan tugas di sekolah maupun memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepada siswa, akan

tetapi masih banyak di antara siswa yang tidak mengerjakannya. Mereka menunggu pekerjaan temannya selesai, setelah itu mereka menyalin pekerjaan temannya. Rendahnya aktivitas siswa itu diduga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa menjadi malas karena kurang termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang dilakukan guru sebagai tenaga pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas yang mampu membuat peserta didik lebih aktif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Berdasarkan Peraturan Menteri No. 23 tahun 2006 tentang SKL, siswa SMA harus memiliki sejumlah kompetensi sebagai berikut : 1) Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja, 2) Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya, 3) Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya, 4) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial, 5) Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global, 6) Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inofativ, 7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan, 8) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri, 9) Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik, 10) Menunjukkan kemampuan menganalisis

dan memecahkan masalah kompleks, 11) Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial, 12) Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab, 13) Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, 14) Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya, 15) Mengapresiasi karya seni dan budaya, 16) Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompk, 17) Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan, 18) Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan satuan, 19) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat, 20) Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain, 21) Menunjukkan keterampilan membaca dan menuliskan naskah secara sistematis dan estetis, 22) Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahsa Indonesia dan bahasa Inggris, 23) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi. Dari uraian di atas untuk mata pelajaran matematika digunakan pada nomor 6, 7, 8, 9, dan 10. Sejalan dengan tuntutan SKL tersebut maka pembelajaran matematika dilaksanakan secara inovatif, kreatif, dan efektif. Hal ini tidaklah mudah karena masih terdapat kesulitan guru dan siswa di SMA N 7 Bandar Lampung, untuk sama-sama melakukan proses pembelajaran tersebut. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen untuk menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus saling membantu temannya dalam memahami pelajaran, saling berdiskusi menyelesaikan tugas, saling bertanya antar teman jika belum memahami pelajaran yang selama ini pembelajaran metode ceramah yang diterapkan. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe, diantaranya adalah STAD, Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw II, Grup Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), dan Cooperative Integerated Reading Compotition (CIRC). Bagi pemula, disarankan oleh Pannen (2001:69) untuk menggunakan STAD karena STAD merupakan bentuk belajar kooperatif yang paling mudah dilakukan. Karena siswa belum terbiasa belajar secara kooperatif maka akan diterapkan model belajar kooperatif tipe STAD. Pada penelitian ini akan dilakukan studi untuk mengetahui peningkatan aktivitas pembelajaran yang berpotensi mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, yaitu pembelajaran kooperatif type STAD. Pemilihan pembelajaran kooperatif ini didasarkan atas karakteristik siswa kelas X di SMAN 7 Bandar Lampung yang kurang aktif, karena pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah sesuai dengan pokok bahasan penyelesaian persamaan kuadrat, terutama kesempatan siswa untuk mengeksplorasi kemampuan belajarnya secara kelompok sehingga diharapkan, akan terlihat aktifitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung..

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, selanjutnya dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Perencanaan pembelajaran belum sesuai dengan kondisi siswa dan situasi siswa di sekolah. 2. Pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan pembelajaran matematika yang bervariasi. 3. Sistem evaluasi belum sesuai dengan tujuan pembelajaran. 5. Perlunya suatu pendekatan pembelajaran yang mampu memfasilitasi dan memunculkan kemampuan siswa. 6. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas X-5 dan X-6 SMAN 7 Bandar Lampung masih kurang tergolong rendah. 1.3 Batasan Masalah Masalah di atas masih terlalu luas cakupannya, sehingga penulis membatasinya berdasarkan pada masalah di atas, maka batasan masalah yang dikemukakan adalah : 1. Perencanaan pembelajaran mata pelajaran matematika di SMAN 7 Bandar Lampung belum sesuai dengan tujuan yang dicapai. 2. Pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan pembelajaran matematika yang bervariasi. 3. Sistem evaluasi belum sesuai dengan tujuan pembelajaran. 4. Prestasi belajar matematika masih rendah.

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran mata pelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa? 2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan mata pelajaran matematika yang bervariasi? 3. Bagaimana sistem evaluasi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran matematika? 4. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas X.5 dan X.6 di SMAN 7 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011? 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan : 1. Penyusunan rencana pembelajaran mata pelajaran matematika berdasarkan pembelajaran kooperatif tipe STAD 2. Pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Sistem evaluasi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika. 4. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas X.5 dan X.6 di SMAN 7 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011?

1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Manfaat Teoritis Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mata pelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar di SMA. 2. Manfaat Praktis 1) Bagi guru Menjadi alternatif bagi guru mata pelajaran Matematika dalam memilih dan menyajikan pembelajaran di kelas. 2) Bagi sekolah Menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan dari sisi penggunaan pembelajaran di dalam kelas.