FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (Studi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 ) Nurlia Savitri e-mail : savitri.nurlia@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRAK Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak di seluruh dunia. Adapun di Indonesia, angka kesakitan pneumonia pada bayi 2,2%, balita 3% sedang angka kematian pneumonia pada bayi 29,8% dan balita 15,5%. Puskesmas Kawalu memiliki kasus pneumonia terbanyak di Tasikmalaya tahun 2013 sebanyak 122 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian penyakit Pneumonia pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya tahun 2014. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian case control. Populasi kasus adalah seluruh anak yang berumur 2 bulan sampai 1 tahun dan didiagnosis pneumonia, serta berobat ke Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya pada bulan Januari sampai bulan Juni 2014 sebanyak 39 orang. Populasi penelitian dari kelompok kontrol adalah anak bukan penderita penyakit Pneumonia di Wilayah kerja Puskesmas Kawalu sebanyak 39 orang. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan metode sampel jenuh, jumlah keseluruhan sampel 39 kasus dan 39 kontrol, jumlah akhir sampel menjadi 26 kasus dan 26 kontrol dikarenakan responden ada yang bukan cakupan wilayah kerja Puskesmas Kawalu. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu dan kebiasaan merokok didalam rumah merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi dengan nilai p value masing - masing 0,021 dan 0,024. Sedangkan variable status ekonomi bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya tahun 2014. Disarankan agar adanya promosi kesehatan kepada orang tua yang mempunyai bayi tentang bahaya asap rokok. Kepustakaan : (2001 2011) Kata Kunci : Faktor - faktor, Pneumonia, bayi
FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF PNEUMONIA IN INFANTS (Study In Work Area UPTD Health Center Kawalu Tasikmalaya 2014) Nurlia Savitri e-mail : savitri.nurlia@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRACT Pneumonia is one of the causes of death in children worldwide. While in Indonesia, infant pneumonia morbidity rate of 2,2%, 3% were under five mortality rate of pneumonia in infrants 29,8% and toddlers 15,5%. Kawalu healty center has the highest pneumonia in tasikmalaya in 2013 as many as 122 cases. This study aimns to determine what factor are associated with incidence of pneumonia in infrants in the working area of the city health center kawalu tasikmalaya 2014. This type of research uses the quantitative case-control study design. Case is the entire population of children aged 2 months to a years and in pneumonia diagnosis, and treatment to health centers tasikmalaya kawalu city in January to june 2014 a total of 39 people. Population study of the control grup is not a child patient pneumonia in the work area as much as 39 health center kawalu. Sampling method using saturated sample, the total number of sample 39 sases and 39 contols, the amount of the final sample to 26 cases and 26 controls in because the respondent there is not the scop e of the work area kawalu health centers. Data were analyzed by univariat and bivariate analysis with a 95% degree of confidence. Results showed that the level of knowledge of mothers and smoking in the home is a factor related to the incidence of pneumonia in infrants in the working area of the city health center kawalu tasikmalaya 2014. Suggested that the presence of health promotion to parents who have babies about the dangers of cigarette smoke. Reference : (2001 2011) Key Words : Factors, Pneumonia, Infant
PENDAHULUAN Kawasan Asia - Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak meninggal setiap jam. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Depkes RI, 2007). Adapun di Indonesia, angka kematian pneumonia pada balita diperkirakan mencapai 21% (Unicef, 2006). Angka kesakitan pneumonia pada bayi 2,2%, balita 3% sedang angka kematian pneumonia pada bayi 29,8% dan balita 15,5% (Riset kesehatan dasar, 2007). Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, jumlah balita penderita pneumonia di Indonesia ada sebanyak 600.720 balita yang terdiri dari 155 anak meninggal pada umur di bawah 1 tahun dan 49 anak meninggal pada umur 1-4 tahun (Depkes RI, 2005). Puskesmas Kawalu adalah puskesmas yang jumlah kasus pneumonia pada bayi sampai 2013 masih tertinggi di Kota Tasikmalaya yaitu sebanyak 122 kasus. Dilihat dari laporan tahun 2012 jumlah kasus pneumonia pada bayi yang dilaporkan yaitu 116 kasus. Tingginya angka kejadian pneumonia tidak terlepas dari faktor risiko pneumonia. Faktor risiko yang sudah teridentifikasi meliputi : status gizi, berat lahir rendah (kurang dari 2.500 gram saat lahir), kurangnya pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan, imunisasi campak dan kepadatan rumah (lima atau lebih orang per kamar) (UNICEF-WHO, 2006). Kemungkinan faktor risiko lain adalah orang tua yang merokok, kekurangan zinc, pengalaman Ibu sebagai pengasuh, penyakit penyerta misalnya diare, penyakit jantung, asma, pendidikan ibu, penitipan anak, kelembaban udara, udara dingin, kekurangan vitamin A, urutan kelahiran dan polusi udara diluar rumah (Rudan, et al., 2008).
Menurut survey awal yang dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Kawalu, faktor pneumonia yang dominan yaitu status ekonomi, tingkat pendidikan ibu, dan prilaku keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok didalam rumah. Penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kawalu yang banyaknya 44.922 orang tersebar di 5 (lima) Kelurahan dengan kepadatan yang berbeda beda. Sebagian besar atau 27,37% bermata pencaharian sebagai buruh dan 21,71% sebagai Ibu Rumah Tangga (Data Kecamatan Kawalu tahun 2013). Dilihat dari pendidikan, sebagian besar penduduk di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu pada tahun 2013, tamat Sekolah Dasar (SD)/MI yaitu sebanyak 16.474 (36,67%) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 6.763 (15,05%). Selain itu pada survey awal yang dilakukan peneliti dari 10 orang 6 diantaranya memiliki perilaku buruk yaitu kebiasaan merokok didalam ruangan METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya pada bulan Agustus sampai November 2014. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah case control. Populasi kasus adalah seluruh anak yang berumur 2 bulan sampai 1 tahun dan didiagnosis pneumonia, serta berobat ke Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya pada bulan Januari sampai bulan Juni 2014 sebanyak 39 orang. Populasi penelitian dari kelompok kontrol adalah anak bukan penderita penyakit Pneumonia di Wilayah kerja Puskesmas Kawalu sebanyak 39 orang. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan metode sampel jenuh, jumlah keseluruhan sampel 39 kasus dan 39 kontrol, jumlah akhir sampel menjadi 26 kasus dan 26 kontrol dikarenakan responden ada yang bukan cakupan wilayah kerja Puskesmas Kawalu. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner Susi H (2011). Proses analisis data dilakukan dengan dua cara yakni melalui analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan program analisis data yang telah tersedia dalam aplikasi SPSS 16.0, kemudian disajikan dalam bentuk table dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Responden menderita pneumonia adalah terdiri dari 14 orang bayi laki - laki (53,8%) pada kasus dan kontrol, 12 orang bayi perempuan (46,2) pada kasus dan kontrol (tabel 1). Umur responden yang menjadi subjek penelitian terdiri dari 8 orang berumur 2 6 bulan (30,8%) pada kasus dan kontrol, 18 orang berumur 7 12 bulan (69,2) pada kasus dan kontrol (tabel 2). Pekerjaan ayah pada kasus paling banyak adalah buruh harian sebanyak 19 orang (73,1%) danpaling sedikit adalah karyawan swasta sebanyak 2 orang (7,7%). Sedangkan pada kontrol pekerjaan ayah paling banyak adalah buruh harian dan pedagang sebanyak 12 orang (46,2%) paling sedikit adalah karyawan swasta sebanyak 2 orang (7,7%) (tabel 3). Pekerjaan ibu pada kasus paling banyak adalah tidak bekerja sebanyak 20 orang (76,9%) dan paling sedikit adalah karyawan swasta sebanyak 0 orang (0%). Sedangkan pada kontrol pekerjaan ibu paling banyak adalah tidak bekerja sebanyak 17 orang (65,4%) paling sedikit adalah karyawan swasta sebanyak 1 orang (3,8%) (tabel 4).
Hasil penelitian hubungan status ekonomi dengan kejadian pneumonia dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p > 0,05 (p value= 1,000) yang berarti ada tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan kejadian pneumonia pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kawalu. Selain itu, berdasarkan uji statistik nilai OR=1,228 yang berarti responden yang status ekonomi rendah memiliki risiko 1,228 kali terkena pneumonia dibandingkan responden yang status ekonomi tinggi. Hasil penelitian hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p < 0,05 (p value= 0,021) yang berarti ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kawalu. Selain itu, berdasarkan uji statistik nilai OR=4,900 yang berarti responden yang tingkat pendidikan ibu rendah memiliki risiko 4,900 kali terkena pneumonia dibandingkan responden yang tingkat pendidikan ibu tinggi. Hasil penelitian hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian pneumonia dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p < 0,05 (p value= 0,024) yang berarti ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian pneumonia pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kawalu. Selain itu, berdasarkan uji statistik nilai OR=4,545 yang berarti responden yang memiliki kebiasaan merokok didalam rumah memiliki risiko 4,545 kali terkena pneumonia dibandingkan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok didalam rumah. Pembahasan Status ekonomi bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susi (2011) di RSUD Pasar Rebo Jakarta menunjukan bahwa kejadian pneumonia disebabkan karena status ekonomi rendah sebesar (29,7%) lebih banyak dibandingkan yang status ekonomi
tinggi (15,2%). Sedangkan penelitian Hananto (2004) tidak sejalan dengan penelitian ini karena didapatkan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan kejadian pneumonia (p value = 0,0005 ; α=0,05). Anak yang berasal dari keluarga status ekonomi rendah mempunyai risiko pneumonia sebesar 2, 39 kali dibanding anak yang berasal dari keluarga status ekonomi tinggi. Status ekonomi kelompok kasus dan kontrol pada penelitian ini tidak berbeda jauh sehingga status ekonomi bukan merupakan faktor penyebab pada penelitian ini, karena pada penelitian ini kelompok kasus dan kontrol berbeda dalam perilaku dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hananto (2004) sejalan dengan penelian ini dijelaskan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia pada anak balita dimana ibu yang berpendidikan rendah mempunyai risiko 2 kali anak balitanya menderita pneumonia dibanding dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Sedangkan ibu yang berpendidikan sedang mempunyai peluang 2,30 kali anak balitanya menderita pneumonia dibanding dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Selain itu hasil penelitian Hatta (2001) juga menyebutkan bahwa balita yang lahir dari ibu yang berpendidikan rendah mempunyai risiko 2,037 kali lebih besar untuk menderita pneumonia bila dibandingkan dengan balita yang lahir dari ibu berpendidikan tinggi. Pada penelitian ini kebanyakan tingkat pendidikan ibu responden rendah, sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kejadian pneumonia pada bayi. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi dapat merawat anaknya dengan lebih baik dibanding ibu yang berpendidikan rendah karena keterbatasan pengetahuan dan informasi. Kebiasaan merokok didalam rumah merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sulistyowati (2010) dimana didapatkan bahwa balita yang tinggal dirumah dengan anggota keluarga yang merokok dalam satu bulan terakhir mempunyai risiko mengalami pneumonia 4,4 kali lebih besar dibandingkan balita yang tinggal di rumah yang anggota keluarganya tidak merokok dalam satu bulan terakhir. Hal ini berarti bahwa asap rokok merupakan faktor risiko terjadinya pneumonia pada balita (pvalue < 0,001). Hasil penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Heman (2002) didapatkan hasil uji statistik p=0,000 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara adanya perokok didalam rumah dengan kejadian pneumonia dimana anak balita yang tinggal satu rumah dengan anggota keluarga yang merokok mempunyai terjadinya pneumonia sebesar 2,9 kali dibanding balita yang tinggal dalam rumah yang anggota keluarganya tidak merokok. Pada penelitian ini kebanyakan keluarga responden memiliki kebiasaan merokok didalam rumah, sehingga dapat mempengaruhi kejadian pneumonia pada bayi. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap oleh anggota keluarga didalam rumah, semakin besar risiko terhadap kejadian pneumonia terutama pada bayi. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dan kebiasaan merokok didalam rumah merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi dengan nilai p value masing - masing 0,021 dan 0,024. Sedangkan variabel status ekonomi bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya tahun 2014. Disarankan agar adanya promosi kesehatan kepada orang tua yang mempunyai bayi tentang bahaya asap rokok. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
melakukan penelitian dengan cara meneliti variabel lain seperti factor anak dan karakteristik rumah. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI (2005). Rencana kerja jangka menengah nasional penanggulangan pneumonia balita tahun 2005 2009. Jakarta: Depkes RI. Departemen Kesehatan (2007). Pedoman tatalaksana pneumonia balita. Jakarta: Depkes RI. Hananto, M. (2004). Analisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di 4 propinsi di Indonesia. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hartati, S, 2011, Analisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada anak balita di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Tesis, Universitas Indonesia. Jakarta. Hatta, M. (2001). Hubungan imunisasi campak dengan kejadian pneumonia pada balita di kabupaten ogan komering ulu Sumatera Selatan. Herman (2002). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di kab. Ogan komering ilir, Sumatera selatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2007 Rudan, et al. (2008). Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin World Health Organization 86 : 408-416.
Sulistyowati, R. (2010). Hubungan antara rumah tangga sehat dengan kejadian pneumonia pada balita di kabupaten trenggalek. Surakarta: Fakulas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. WHO dan UNICEF (2006).The Forgotten killer of children. New York: WHO
LAMPIRAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Bayi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Tahun 2014 Frekuensi No Jenis Kelamin Kasus Kontrol F Persentase (%) F Persentase (%) 1 Laki laki 14 53,8 14 53,8 2 Perempuan 12 46,2 12 46,2 Jumlah 26 100.0 26 100.0 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Pada Bayi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Tahun 2014 Frekuensi No Umur Kasus Kontrol F Persentase (%) F Persentase (%) 1 2-6 bulan 8 30,8 8 30,8 2 7-12 bulan 18 69,2 18 69,2 Jumlah 26 100.0 26 100.0 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Ayah Pada Bayi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Tahun 2014 No Pekerjaan Ayah Frekuensi Kasus Kontrol F Persentase (%) F Persentase (%) 1 Buruh harian 19 73,1 12 46,2 2 Pedagang/ wiraswasta 5 19,2 12 46,2 3 Karyawan swasta 2 7,7 2 7,7 Jumlah 26 100.0 26 100.0 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Pada Bayi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Tahun 2014 Frekuensi No Pekerjaan Ibu Kasus Kontrol F Persentase (%) F Persentase (%) 1 Tidak bekerja 20 76,9 17 65,4 2 Buruh harian 4 15,4 4 15,4 3 Pedagang/wiraswasta 2 7,7 4 15,4 4 Karyawan swasta 0 0 1 3,8 Jumlah 26 100.0 26 100.0