BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

Keywords: organic waste, Indonesian shorelines, Youtefa Bay, Jayapura

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

PENCEMARAN ORGANIK DI PERAIRAN PESISIR PANTAI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA, PAPUA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA


BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB III. PENCEMARAN AIR A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. pesisir laut. Batas-batas wilayah tersebut yakni Laut Jawa di sebelah timur, selat

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

KONDISI KUALITAS AIR DI KAWASAN TELUK YOS SUDARSO KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA ABSTRAK

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan bersumber dari air limbah industri rumah tangga masyarakat perkotaan yang tercampur dengan air sungai dan terakumulasi di muara sungai ataupun perairan pesisir pantai dan laut. Hasil pengukuran terhadap beban cemaran organik di perairan pesisir Teluk Youtefa dapat dilihat berdasarkan nilai COD pada gambar di bawah ini. Kadar COD/mg/l 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 COD COD COD COD M. S. Acai M.S. Thomas M. S. Anyaan Lokasi Sampling Daerah Laut Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Gambar 5. nilai COD terukur pada lokasi penelitian. 19

Menurut Jenie (1993), nilai COD menunjukan senyawa-senyawa organik yang tidak dapat dipecah seperti pelarut pembersih dan bahan yang dapat dipecah secara biologis. Bahan organik yang berpotensi mencemari perairan pesisir pantai dan laut bersumber dari aktifitas masyarakat setiap hari di daratan. Melalui aktifitas masyarakat yang beragam di daratan maka menghasilkan berbagai jenis limbah rumah tangga yang bersifat organik. Biasanya limbah tersebut dibuang melalui saluran pembuangan (drainase) mengalir ke sungai dan akan mengalir bersama aliran air menuju muara sungai serta perairan pesisir pantai dan laut, sehingga akumulasi beban cemaran organik di muara sungai dan perairan pesisir pantai serta laut terpengaruhi oleh gerakan arus atau aliran air pada perairan tersebut. Berdasarkan data penelitian terlihat bahwa S. Acai memiliki kadar COD tertinggi terdapat pada titik sampling ke empat (4) yaitu 304 mg/l. Titik sampling tersebut terletak di sebelah kanan dari muara sungai ini. Beban pencemaran di sungai ini mengalir bersama aliran air sungai dan terakumulasi di sebelah kanan sungai karena perairannya sedikit tenang atau perputaran arus kurang kencang sehingga bahan organik menjadi terakumulasi di lokasi ini. Akumulasi bahan organik di muara S. Thomas, nilai COD di badan sungai titik sampling 1 adalah 30 20

mg/l, ke arah muara sungai titik sampling 2 adalah 50 mg/l, sebelah kiri sungai titik sampling 3 adalah : 92 mg/l, kemudian sebelah kanan sungai titik sampling 4 menunjukan nilai yang lebih tinggi yaitu : 212 mg/l. Beban cemaran organik di S. Thomas terakumulasi di sebelah kanan sungai, hal ini juga dipengaruhi oleh arus dan gelombang pantai, sebab arus sungai akan mengalirkan bahan-bahan organik ke suatu tempat akhir yang kemudian akan terakumulasi. Pada badan air S. Anyaan titik sampling 1 kadar COD adalah 159 mg/l. Pada lokasi ini terdapat sebagian perumahan masyarakat berada langsung di atas sungai (rumah berlabu) sehingga limbah dari sisa aktifitas rumah tangga langsung dibuang saja ke sungai. Selain itu, terdapat hewan peliharaan seperti babi (kandang babi), hal-hal ini juga turut mempengaruhi tingginya nilai COD di perairan. Kemudian pada muara sungai titik sampling 2 COD adalah 77 mg/l, menurun karena adanya campuran air laut dan air sungai yang dipengaruhi oleh arus. Kemudian nilai COD di lokasi sungai sebelah kiri titik sampling 4 dengan nilai COD 160 mg/l. Kadar COD di bagian arah laut muara S. Acai titik sampling 1 adalah 829 mg/l. Selanjutnya tepat pada lokasi pertemuan arus antara Teluk Youtefa dengan perairan laut pasifik titik sampling 2 adalah 1804 mg/l 21

dan pertemuan arus antara S. Anyaan dan S. Thomas titik sampling 3 adalah 1806 mg/l. Nilai COD seperti ini menunjukan bahwa potensi pencemaran organik di Perairan Pesisir Teluk Youtefa dipengaruhi oleh bermuaranya S. Acai, S. Thomas dan S. Anyaan, yang turut mengalirkan atau menyumbangkan limbah organik yang berpotensi sebagai pencemar. B. Suhu dan ph Suhu perairan berada dalam batas normal yaitu berkisar antara 27-30ºC. Menurut Pandiangan (2009), suhu merupakan salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan biota pada suatu perairan. Umumnya suhu perairan Indonesia berkisar antara 25-30ºC dan akan mengalami penurunan satu atau dua derajat dengan bertambahnya kedalaman (Tomascik 1997 dalam Beruat, 2007). ph merupakan parameter kualitas air yang sangat penting dalam menentukan kualitas perairan. Kisaran ph pada perairan muara-muara sungai dan pesisir pantai Teluk Youtefa adalah 6, 28 8, 70 nilai ph seperti ini menunjukan bahwa parameter ph masih berada pada ambang batas yang ditetapkan sesuai dengan PP.No. 82. Thn. 2001., maupun untuk biota laut KepMen. LH. No. 51. Thn. 2004. 22

C. Zat Padat Terlarut Nilai zat padat terlarut pada muara-muara sungai maupun daerah laut berkisar antara 2.34 mg/l-34400 mg/l. Terdapat pengaruh yang ditimbulkan oleh aktifitas pembuangan limbah masyarakat kota seperti sisa makanan, buah-buahan dan sayuran, bangkai hewan, dan air limbah rumah tangga serta berbagai jenis sampah lainnya yang dibuang ke selokan dan mengalir ke sungai-sungai. Sampah-sampah tersebut turut memicu tingginya kadar zat padat terlarut di perairan. Menurut Marasabessy (2001), bahwa partikel tersuspensi yang terlarut bersama air dari sungai akan terbawa oleh arus sungai ke arah muara perairan pesisir dan laut. Tingginya kadar zat padat terlarut dapat menghambat laju fotosintesis di perairan karena penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan akan tidak efektif (Tarigan, 2003). D. Biological Oxygen Demand (BOD), dan Dissolved Oxygen (DO) Nilai BOD di perairan pesisir dan laut di Teluk Youtefa disajikan dalam grafik berikut ini. 23

Kadar BOD mg/l 400 350 300 250 200 150 100 50 0 BOD BOD BOD BOD Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 M. S. Acai M.S. Thomas M. S. Anyaan Daerah Laut Lokasi Sampling Gambar 6. nilai BOD terukur pada lokasi penelitian. Menurut Irianto (2002), BOD adalah parameter umum yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air dari suatu sumber pencemaran. Sesuai dengan PP.No. 82. Thn. 2001, dan KepMen. LH. No. 51. Thn. 2004, nilai BOD pada beberapa titik sampling telah melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan yaitu pada muara S. Acai nilai BOD tertinggi adalah 41 mg/l. Nilai BOD tertinggi pada muara S. Thomas adalah 53 mg/l dan untuk S. Anyaan terukur nilai BOD tertinggi adalah 42 mg/l sedangkan untuk daerah laut BOD tertinggi adalah 278 mg/l. Nilai BOD yang tinggi mencerminkan tingginya aktifitas mikroorganisme di dalam perairan dan juga menunjukan terdapat bahan-bahan organik yang tersuspensikan (Siradz, 2008). DO adalah jumlah oksigen terlarut di dalam badan air. DO ini bersumber dari proses fotosintesis dan absorbsi udara. Data penelitian menunjukan 24

bahwa bagian sungai sebelum muara nilai DO rendah dan unruk muara dan laut nilainya berubah menjadi tinggi. Terlihat pada perairan S. Acai, S. Thomas dan S. Anyaan serta perairan laut. Pada S. Acai nilai DO sangat rendah pada titik sampling 1 sesuai nilai baku mutu PP.No. 82. Thn. 2001. Nilai tersebut menunjukan kadar DO yang rendah. Sama halnya dengan perairan muara S. Thomas nilai DO sangat rendah pada titik sampling sebelum muara (titik 1) dan setelah muara dan laut nilai DO menjadi tinggi. S. Anyaan memiliki nilai DO yang layak bagi biota laut, tetapi pada titik sampling 4 dari lokasi ini nilai DO rendah. Menurut Warlina (2004), DO yang rendah di perairan merupakan sebuah masalah, karena biota air akan kekurangan oksigen dan kemungkinan mereka tidak dapat bertahan hidup. Hal ini merupakan indikator terdapat banyak bakteri dan mikroorganisme yang berperan mengoksidasi beban pencemaran di perairan ini (Salmin, 2005). 25 Kadar DO mg/l 20 15 10 5 0 DO DO DO DO Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 M. S. Acai M.S. Thomas M. S. Anyaan Daerah Laut Lokasi Sampling Gambar 7. nilai DO terukur pada lokasi penelitian. 25

Untuk daerah laut nilai DO sesuai dengan nilai baku mutu air laut untuk biota laut, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun 2004. Nilai DO yang bervariasi pada badan sungai sebelum muara, muara dan daerah laut menunjukan beban pencemaran yang masuk ke perairan ini masih dapat dibersihkan secara alami oleh kemampuan perairan itu sendiri. E. Ammonia sebagai (NH₃) Ammonia merupakan salah satu parameter pencemaran organik di perairan yang dihasilkan melalui proses pembusukan bahan-bahan organik (etrofikasi) secara anaerobik oleh mikroba (Linsley, 1991). Kandungan ammonia yang tinggi pada suatu perairan akan menyebabkan warna air menjadi keruh dan menghasilkan bau yang tidak sedap. Kadar ammonia yang terdapat di muara S. Acai berkisar antara 1.19 mg/l-10.1 mg/l, di muara S. Thomas kadar ammonia berkisar antara 1.24 mg/l-2.10 mg/l dan kadar ammonia di muara S. Anyaan berkisar antara 1.70 mg/l-2.20 mg/l, sedangkan perairan bagian laut kadar ammonianya lebih tinggi yaitu berkisar antara 10.7 mg/l-16. 1 mg/l. Menurut Djenar (2008), kadar ammonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l, sehingga kadar ammonia pada muara-muara 26

sungai menunjukan bahwa bahan organik terlarut pada perairan ini cukup tinggi. F. Phospate sebagai (PO₄P) unsur ini terdapat dalam perairan alami dalam jumlah yang sangat sedikit dan berperan sebagai senyawa mineral dan senyawa organik, bila jumlahnya meningkat itu akan berbahaya bagi biota aquatik yang hidup dalam perairan tersebut (Jenie, 1993). Memang secara alami lingkungan perairan memiliki kadar phospate 10% dan 90% sisanya bersumber dari aktifitas manusia seperti, buangan limbah industri, domestik, dan kegiatan lainnya (Rosariawati, ). Bila kadar phospate di dalam perairan tinggi akan menyebabkan masalah eutrofikasi ketersediaan nutrient yang berlebihan (Dewi, 2003). Kadar phospate pada perairan muara S. Acai, titik sampling 1 adalah 2, 0 mg/l menunjukan nilai yang melebihi nilai baku mutu menurut PP. No. 82. Thn. 2001 yaitu 0, 2 mg/l. Titik sampling 2 sampai titik sampling 4 adalah jenis air laut memiliki kadar phospate berkisar antara 0, 37 mg/l-2, 4 mg/l. Pada perairan muara S. Thomas untuk titik sampling 1 memiliki kadar phosphate 1, 44 mg/l dan dinyatakan telah melebihi nilai baku mutu menurut PP.No. 82. Thn. 2001 yaitu 0, 2 mg/l. Titik sampling 2 sampai 27

titik sampling 4 memiliki nilai kadar phospate yang berkisar antara 1, 17 mg/l - 1, 38 mg/l. Untuk muara S. Anyaan memiliki kadar phospate berkisar antara 0, 65 mg/l - 2, 06 mg/l dan perairan laut berkisar antara <0,015 mg/l - 0,10 mg/l. Secara keseluruhan kadar phospate di muara-muara sungai perairan pesisir dan laut menunjukan bahwa aktifitas masyarakat perkotaan serta semakin bertambahnya jumlah penduduk sangat mempengaruhi masuknya fosfor ke badan air sungai serta perairan pesisir dan laut, sebab limbah perkotaan yang dibuang setiap hari ke lingkungan selalu meningkat setiap hari. G. Sulfat (SO₄) Kadar SO₄ yang terlarut pada muara S. Acai berkisar antara 12 mg/l-650 mg/l. Muara S. Thomas berkisar antara 46 mg/l-5200 mg/l. Muara S. Anyaan berkisar antara 200 mg/l-4400 mg/l. Daerah laut nilai SO₄ terlarut berkisar antara 1200 mg/l-2625 mg/l. Data ini menunujukan terdapat aktifitas bakteri aerobik dan fakultatif bekerja mengoksidasi bahanbahan organik menjadi hasil-hasil akhir yang stabil dan diterima oleh lingkungan, misalnya sulfat (Linsley, 1991). Kadar sulfat tertinggi pada muara S. Anyaan yaitu 4400 mg/l kemudian bagian laut 2625 mg/l. Sulfat organik adalah salah satu jenis unsur belerang 28

yang terdapat di tanah dan digunakan oleh tumbuhan. Tingginya kadar sulfat pada perairan ini dipengaruhi oleh aktifitas pemukiman di daratan serta tererosi dan tercuci oleh musin hujan, sehingga terbawa oleh aliran air masuk ke sungai dan mengalir ke perairan pesisir pantai dan laut. H. Masa Depan Perairan Pesisir Pantai Teluk Youtefa Keberlanjutan ekologis di perairan pesisir pantai Teluk Youtefa perlu menjadi dasar dalam pembangunan Kota Jayapura, mengingat Teluk Youtefa adalah Taman Wisata Alam, sehingga dalam pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini dapat mengacu pada Undang-Undang tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PWP3K) atau yang dikenal dengan UU 27/2007 sehingga, pengelolaan sumberdaya pesisir harus mengutamakan unsur keterpaduan dan keberlanjutan baik secara ekologis, sosial, maupun ekonomi (Satria, 2009). Pencemaran yang terjadi ini bila dibiarkan maka akan mengancam kehidupan biota aquatik. Berbagai jenis ikan akan bermigrasi ke perairan lain sehingga menyebabkan hasil tangkapan nelayan berkurang. Bila hal ini terjadi maka kualitas ekonomi masyarakat nelayan di pesisir Teluk Youtefa akan menurun karena 29

masyarakat pesisir masih mengandalkan hasil laut untuk menopang ekonomi rumah tangga mereka. Pencemaran organik merupakan indikator terdapat kelemahan pemerintah dan para tokoh masyarakat dalam upaya menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup di Kota Jayapura. Potensi alam Teluk Youtefa memang sangat mendukung keberadaannya sebagai Taman Wisata Alam contohnya ; pemandangan alam yang sangat indah, keragaman budaya serta hal-hal menarik lainnya yang bisa dijumpai saat berwisata. Satu kekurangannya adalah telah terjadi pencemaran organik dan pesisir pantainya penuh dengan sampah. Secara perlahan-lahan terdapat tekanan yang mengarah pada kerusakan. Hal ini jika dibiarkan maka potensi pariwisata di Kota Jayapura akan menurun, sedangkan potensi pariwisata adalah salah satu komponen penting dari perekonomian daerah yang bisa menghasilkan devisa. 30