PERBANDINGAN DAYA TAHAN OTOT EKSTREMITAS ATAS ATLET USIA REMAJA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO NOMOR POOMSAE DAN KYORUGI

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA ATLET USIA REMAJA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO NOMOR POOMSAE DAN KYORUGI DI KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA ATLET USIA REMAJA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO NOMOR POOMSAE DAN KYORUGI DI KOTA SEMARANG

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN NILAI VO 2 MAX ANTARA ATLET CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN BELA DIRI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN WAKTU REAKSI TANGAN ANTARA CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN BELA DIRI LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI DENGAN SEPAK TAKRAW DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN LATIHAN TAEKWONDO TERHADAP ATENSI PADA USIA REMAJA YANG DIUKUR DENGAN ATTENTION NETWORK TEST LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

Universitas Lampung. Abstrak

Journal of Sport Sciences and Fitness

2015 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN DINAMIS DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KORYO) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

PERBANDINGAN NILAI FLEKSIBILITAS TUBUH IBU POST PARTUM YANG MELAKUKAN DAN TIDAK MELAKUKAN SENAM PILATES LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR KREATININ SERUM PADA PRIA DEWASA MUDA INSTRUKTUR FITNES DENGAN PRIA DEWASA MUDA YANG TIDAK MENJALANI PROGRAM FITNES

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI DENGAN SEPAK TAKRAW DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH

PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP MASSA OTOT TUBUH PADA WANITA USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN LATIHAN TAEKWONDO DENGAN TINGKAT KEBUGARAN REMAJA USIA TAHUN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata-1 Kedokteran Umum

PERBEDAAN NILAI TOTAL LUNG CAPACITY, PEAK EXPIRATORY FLOW DAN EXPIRATORY RESERVE VOLUME ANTAR CABANG OLAHRAGA PADA ATLET USIA 6-12 TAHUN

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA TINJU DENGAN TAEKWONDO DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH

Kata Kunci : efektivitas, checking yeop chagi, dollyo chagi, idan dollyo chagi, taekwondo

KONTRIBUSI SIKAP DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE KORYO ATLET TAEKWONDO KOTA TASIKMALAYA

PERBEDAAN WAKTU REAKSI TANGAN ANTARA CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN BELA DIRI

ANALISIS KOMPONEN WAKTU REAKSI ATLET BULUTANGKIS (STUDI PADA ATLET BULUTANGKIS DI SEMARANG)

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Karakteristik dan Asupan Cairan pada Atlet di SMA Negeri 1 Sewon

PERBEDAAN NILAI VITAL CAPACITY, FORCED VITAL CAPACITY DAN FORCED EXPIRATORY VOLUME IN ONE SECOND ANTAR CABANG OLAHRAGA PADA ATLET USIA 6-12 TAHUN

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi

HUBUNGAN STRUKTUR PEDIS DENGAN KECEPATAN LARI 60 METER PADA SISWA SMA NEGERI 3 SEMARANG

PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS MASA TUBUH (IMT) DAN TEBAL LIPAT KULIT (TLK) PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: REVINA ANDAYANI J

2014 PROFIL KECEPATAN TENDANGAN IDAN DOLLYO CHAGI PADA ATLET TIM TAEKWONDO UPI

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS KEBUGARAN JASMANI DAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL PRIA USIA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dibutuhkan kerjasama tim yang baik. Olahraga ini juga memerlukan

Putu Asti Wulandari 1, Susy Purnawati 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup penelitian bidang ilmu Fisiologi.

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU PADA PEMAIN SEPAKBOLA DI BEBERAPA KLUB SEPAK BOLA KOTA MEDAN TAHUN 2015

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN AIR MINERAL DAN AIR ISOTONIK TERHADAP ENDURANCE

PENGARUH LATIHAN STEP UP TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA TUGU MUDA SEMARANG USIA TAHUN

PENGARUH KOPI TERHADAP KELELAHAN OTOT PADA SPRINT 100 METER LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN PENGUKURAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA)

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KUDA-KUDA PANJANG DAN PENDEK PADA KECEPATAN TENDANGAN DOLLYO CHAGI SISWA EKSTRAKURIKULER TAE KWON DO SMP N 2 GAMPING

PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kolam Renang dan Studio Senam di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kandungan senyawa di dalamnya, kopi dapat di golongkan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN SWISS BALL

Jurnal Kesehatan Olahraga Volume 03 Nomor 03 Edisi Juni 2015,

PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA WANITA USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Kampung Batik Semarang 16. Pengumpulan data dilakukan pada Maret 2015

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. Taekwondo merupakan cabang olahraga bela diri yang berasal dari negara

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO2MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN PERFORMA ATLET BOLA VOLI PUTRA UMUR TAHUN DI SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN ANTARA KESEIMBANGAN TUBUH SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI PADA PRIA DEWASA MUDA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Fisiologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komponen-komponen dari kebugaran jasmani terbagi menjadi dua yaitu healthrelated

PERBEDAAN ANTARA KESEIMBANGAN TUBUH SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA

Oleh SHOFI IKRAMINA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONTRIBUSI DAYA TAHAN OTOT, POWER TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI, KELENTUKAN, KESEIMBANGAN DAN REAKSI TERHADAP TENDANGAN DOLLYO. Jurnal.

BAB I PENDAHULUAN. dicintai oleh Allah subhana wa taallah daripada orang mu min yang

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET

BAB IV METODE PENELITIAN. selama 12 minggu pada bulan Maret - Mei rancangan penelitian pre, middle, and post test control group design.

Transkripsi:

PERBANDINGAN DAYA TAHAN OTOT EKSTREMITAS ATAS ATLET USIA REMAJA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO NOMOR POOMSAE DAN KYORUGI Putri Lintang Novem 1, Budi Laksono 2, Endang Kumaidah 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar Belakang: Taekwondo saat ini menjadi salah satu cabang olahraga beladiri yang populer di masyarakat. Taekwondo terbukti dapat memberikan manfaat baik dari segi fisik maupun non fisik. Penelitian menunjukkan bahwa Taekwondo dapat meningkatkan daya tahan, kekuatan otot, fleksibilitas, waktu reaksi, atensi dan memori. Tujuan: Mengetahui perbedaan nilai daya tahan otot ekstremitas atas atlet Taekwondo nomor Poomsae dan Kyorugi pada usia remaja. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sampel adalah 19 atlet laki-laki usia 17-25 tahun cabang olahraga Taekwondo nomor Poomsae dan Kyorugi. Pengambilan data karakteristik berupa usia, tinggi badan, berat badan dan BMI. Nilai daya tahan otot ekstremitas atas diukur dengan metode push up selama satu menit. Uji statistik menggunakan uji t-tidak berpasangan. Hasil: Rerata nilai daya tahan otot ekstremitas atas atlet Taekwondo nomor Poomsae adalah 59,21 repetisi sedangkan pada nomor Kyorugi adalah 70,63 repetisi. Atlet nomor Kyorugi memiliki daya tahan otot ekstremitas atas lebih tinggi daripada nomor Poomsae. Data terdistribusi normal pada kedua kelompok. Berdasarkan uji hipotesis t-tidak berpasangan didapatkan nilai p=0,003 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara dua kelompok. Simpulan: Pada penelitian ini terdapat perbedaan bermakna nilai daya tahan otot ekstremitas atas antara atlet Tekwondo nomor Poomsae dan Kyorugi. Kata Kunci : Atlet, Taekwondo, daya tahan otot, push up test ABSTRACT THE COMPARISON OF MUSCLE ENDURANCE ON UPPER EXTREMITIES OF TAEKWONDO BRANCH SPORT BETWEEN POOMSAE AND KYORUGI ATHLETES IN ADOLESCENT Background: Nowadays Taekwondo becomes a popular combat sport on society. The earlier study shown that Taekwondo can improve endurance, muscle strength, flexibility, reaction time, attention, and memory. Aim: To find out the difference of muscle endurance value on upper extremities between Poomsae and Kyorugi athletes in adolescence. Method: This cross sectional study was done in 19 males age 17-25 of Poomsae and Kyorugi athletes. The value of upper extremities muscle nedurance was measured by using one minute push up test. Independent t-test was applied for statistical analysis. Result: Mean of upper extremities muscle endurace values of Poomsae athlete is 59,21 repetitions, while Kyorugi athlete is 70,63 repetitions. Kyorugi athlete has higher muscle endurance value than Poomsae athlete. Both data is normally distributed. Independent t-test shown p=0,003 means there is significant differemce between those two groups. 1082

Conclusion: There is significant difference muscle endurance of upper extremities values between Poomsae and Kyorugi athlete. Keyword: Athlete, Taekwondo, muscle endurance, push up test PENDAHULUAN Dewasa ini olahraga Taekwondo menjadi salah satu cabang olahraga yang digemari masyarakat. Hampir setiap tahun banyak diminati oleh pendaftar dari berbagai kalangan usia, dimulai dari anak-anak hingga dewasa muda. Uniknya cabang olahraga bela diri ini hanya memiliki satu aliran saja berbeda dengan cabang olahraga bela diri yang lain seperti karate dan pencak silat yang memiliki berbagai macam aliran. Hingga saat ini perkembangan olahraga Taekwondo terhitung sangat pesat. Pada tahun 2005 tercatat 165 negara anggota, namun pada tahun 2013 terdapat 206 negara yang tersebar pada lima benua di dunia. Perkembangan Taekwondo yang pesat juga terjadi di Kota Semarang. Pada tahun 2009 tercatat jumlah dojang sebanyak 106 dan hingga saat ini pada tahun 2016 meningkat pesat menjadi 148 dojang. Kesadaran masyarakat akan olahraga tersebut semakin meningkat baik untuk tujuan rekreasi, kesehatan, maupun hanya untuk menjaga diri. 1 Taekwondo terdiri dari dua nomor perlombaan yaitu poomsae dan kyorugi. 2 Kyorugi berarti pertarungan dimana dalam pertandingannya terdapat dua atlet yang saling menyerang menggunakan teknik-teknik dasar kepada sasaran yang dilegalkan agar mendapatkan poin sebanyak-banyaknya. Sementara poomsae merupakan gabungan dari teknik-teknik dasar, Taekwondoin dituntut untuk melakukan gerakan poomsae dengan sempurna tanpa harus kontak fisik terhadap atlet lawan. 1 Pada dasarnya Taekwondo memang lebih terkenal sebagai olahraga bela diri yang didesain untuk pertarungan dan pertahanan diri. Uniknya olahraga tersebut memiliki ciri khas yang membedakan dengan olahraga bela diri yang lain, yaitu terletak pada teknik menendang cepat yang identik menggunakan ekstremitas bawah. 3 Namun sebenarnya ektremitas atas juga berfungsi pada teknik menangkis dan teknik memukul lawan. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui perbedaan nilai daya tahan otot ekstremitas atas pada atlet Taekwondo nomor Poomsae yang lebih berorientasi pada seni dengan atlet nomor Kyorugi yang melibatkan kontak fisik terhadap lawan. Penelitian mengenai daya tahan otot pada Taekwondo sebelumnya menjelaskan bahwa Taekwondo secara umum dapat meningkatkan daya tahan otot perut yang dibuktikan dengan membandingkan antara atlet pemula dengan atlet prestasi yang diukur dengan melakukan sit up 60 seconds test. Dijumpai hasil pada atlet perempuan pemula mampu melakukan repetisi 1083

sebanyak 40,9 ± 7,7 kali sedangkan pada atlet prestasi mampu melakukan sebanyak 45 ± 6,8 kali repetisi. Sedangkan pada atlet laki-laki pemula mampu mencapai 48.1 ± 5.5 repetisi sedangkan atlet yang sudah prestasi mampu mencapai 53.4 ± 6.9 kali repetisi. 4 Belum pernah ada yang meneliti daya tahan otot ekstremitas atas pada kedua nomor Taekwondo tersebut sehingga penulis ingin meneliti lebih lanjut. Taekwondo memiliki banyak manfaat bagi tubuh, yaitu dapat meningkatkan kekuatan otot kaki, memperbaiki kapasitas aerobik, meningkatkan fleksibilitas, menurunkan kadar lemak tubuh, meningkatkan kemampuan anaerobik eksteremitas bawah. 5,4 Pemilihan topik penelitian pada daya tahan dikarenakan hal tersebut menunjang kualitas aktivitas fisik individu. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan menahan kelelahan hingga periode tertentu. 6 Tentunya individu memerlukan daya tahan yang baik agar tidak mudah merasakan kelelahan saat melakukan aktivitas fisik sehari-hari. METODE Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional menggunakan data primer pada atlet Taekwondo nomor Poomsae dan Kyorugi dojang STIMART AMNI Semarang yang berusia remaja. Kriteria inklusi penelitian ini adalah laki-laki yang berusia 17-25 tahun, memiliki indeks massa tubuh normal, dan rutin mengikuti latihan Taekwondo minimal dua kali setiap minggu. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah sedang cidera atau mengalami penyakit muskuloskeletal dan menolak menjadi subjek penelitian. Sampel diambil menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan rumus besar sampel diperoleh jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 19 orang. Variabel bebas penelitian ini adalah jenis olahraga Taekwondo nomor Poomsae dan Kyorugi. Variabel terikat penelitian ini adalah daya tahan otot. Pada masing-masing nomor Taekwondo dilakukan push up test selama satu menit dan dihitung jumlah repetisi yang dapat dihasilkan kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data. 1084

HASIL Karakteristik Subjek Penelitian Pengambilan data penelitian telah dilakukan pada bulan Mei 2016 di STIMART AMNI Semarang. Jumlah sampel penelitian yang digunakan adalah sebanyak 63 sampel, dimana yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 orang dan kriteria ekslusi sebanyak 25 orang. Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik Rerata ± SB (min-maks) Usia 19,42 ± 1,08 (18-21) tahun Berat Badan 60,21 ± 5,86 (50-72) kilogram Tinggi Badan 1,70 ± 0,04 (1,62-1,77) meter BMI 20,92 ± 1,86 (18,69-24,86) Pada tabel di atas didapatkan rata-rata umur subjek penelitian adalah 19,42 tahun dengan usia termuda adalah 18 tahun dan usia tertua adalah 21 tahun. Subjek penelitian terdiri dari laki-laki sebanyak 48 orang (100%) dan tidak terdapat subjek penelitian berjenis kelamin perempuan. Dari tabel 4 juga menjelaskan bahwa rata-rata berat badan sampel adalah 60,21 kilogram dengan berat badan tertinggi adalah 72 kilogram dan terendah 52 kilogram. Sedangkan untuk rerata tinggi badan sampel penelitian adalah 1,70 meter dengan nilai tertinggi yaitu 1,77 meter dan terendah 1,62 meter. Rerata BMI subjek sebanyak 38 orang adalah 20,92 dengan BMI tertinggi yaitu 24,86 dan terendah 18,69. Karakteristik Sampel pada Setiap Tabel 2. Karakteristik Usia Umur (tahun) Rerata ± SB (min-maks) Kyorugi 19,74 ± 1,19 (18-21) Poomsae 19,11 ± 0,88 (18-21) Pada kelompok Kyorugi, rata-rata umur subjek adalah 19,74 tahun dengan usia tertinggi 21 tahun dan terendah 18 tahun. Sedangkan pada kelompok Poomsae, rata-rata usia subjek adalah 19,11 tahun dengan usia tertinggi 21 tahun dan usia terendah 18 tahun. Distribusi data rerata usia tidak normal pada semua kelompok. 1085

Tabel 3. Karakteristik Berat Badan Berat Badan (kilogram) Rerata ± SB (min maks) Kyorugi 61,53 ± 6,95 (50-72) Poomsae 58,89 ± 4,65 (51-71) Sedangkan karakteristik pada kelompok Kyorugi ialah didapatkan rerata berat badan sebesar 61,53 kilogram dengan berat badan tertinggi yaitu 72 kilogram dan terendah 50 kilogram. Pada kelompok Poomsae rerata berat badan ialah sebesar 58,89 kilogram dengan berat tertinggi yaitu 71 kilogram dan terendah 51 kilogram. Distribusi data berat badan pada kedua kelompok normal. Tabel 4. Karakteristik Tinggi Badan Tinggi badan (meter) Rerata ± SB (min maks) Kyorugi 1,70 ± 0,04 (1,62-1,76) Poomsae 1,69 ± 0,04 (1,63-1,77) Pada kelompok Kyorugi, rerata tinggi badan yaitu 1,70 meter dengan nilai tertinggi yaitu 1,76 meter dan terendah 1,62 meter. Sedangkan pada kelompok Poomsae dijumpai rerata tinggi badan sebesar 1,69 meter dengan nilai tertinggi yaitu 1,77 meter dan terendah 1,63 meter. Data tinggi badan terdistribusi normal pada kedua kelompok. Tabel 5. Karakteristik BMI BMI (kg/m 2 ) Rerata ± SB (min-maks) Kyorugi 21,24 ± 2,06 (18,75-24,86) Poomsae 20,61 ± 1,64 (18,69-23,13) Karakteristik selanjutnya ialah BMI, dengan kelompok Kyorugi memiliki rata-rata 21,24 dengan BMI tertinggi 24,86 dan terendah 18,75. Rerata BMI untuk kelompok Poomsae adalah 20,61 dengan BMI tertinggi 23,13 dan terendah 18,69. Pada kelompok Poomsae data karakteristik BMI terdistribusi tidak normal, sedangkan pada kelompok Kyorugi terdistribusi normal. 1086

Analisis Nilai Daya Tahan Otot Daya tahan otot ekstremitas atas dinilai berdasarkan jumlah repetisi yang mampu dilakukan dalam waktu satu menit. Tabel 6. Rerata Nilai Daya Tahan Otot berdasarkan Push Up Test Jumlah repetisi push up (kali) Normalitas Mean Simpang Baku p* Kyorugi 70,63 12,29 0,348 Poomsae 59,21 9,70 0,160 p* Saphiro Wilks, Tabel 6 menunjukkan bahwa rerata nilai daya tahan otot ekstremitas atas pada atlet Taekwondo nomor Kyorugi adalah 70,63±12,29 sedangkan pada atlet nomor Poomsae adalah 59,21±9,70. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa rerata nilai daya tahan otot pada atlet Kyorugi lebih tinggi daripada atlet nomor Poomsae. Data nilai daya tahan otot terdistribusi normal pada kedua kelompok. Setelah dilakukan analisis deskriptif pada data dua kelompok tidak berpasangan yang terdistribusi normal, maka uji t-tidak berpasangan dipilih untuk mengetahui perbedaan antara kelompok atlet nomor Poomsae dan Kyorugi. Tabel 7. Hasil Uji Beda Independent t-test N Rerata ± SB Perbedaan rerata (IK 95%) p* Kyorugi 19 70,63 ± 12,29 11,42 (4,134 18,708) 0,003 Poomsae 19 59,21 ± 9,70 *Uji t-tidak berpasangan Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa secara klinis atlet Taekwondo nomor Kyorugi memiliki daya tahan ekstremitas atas yang lebih tinggi daripada atlet nomor Poomsae. Pada uji independent t-test didapatkan nilai p=0,003 (p<0,05) berarti terdapat perbedaan bermakna nilai daya tahan ekstremitas atas antara atlet Taekwondo nomor Poomsae dengan nomor Kyorugi. Jadi dapat disimpulkan bahwa atlet Taekwondo nomor Kyorugi memiliki daya tahan otot lebih tinggi daripada atlet Poomsae, baik secara klinis maupun secara statistik. Pada penelitian di dapatkan hasil bahwa atlet Taekwondo nomor Kyorugi memiliki daya tahan otot ekstremitas atas yang lebih besar daripada nomor Poomsae. Kyorugi adalah nomor lomba Taekwondo berupa pertarungan antar dua atlet yang lebih beorientasi pada kontak fisik. Pada nomor lomba ini, atlet memeragakan serangkaian teknik dasar Taekwondo 1087

untuk diterapkan pada atlet lawan. Dalam sekali babak pertandingan nomor Kyorugi terdiri dari 3 ronde dan setiap ronde berdurasi selama 1-3 menit.kontak fisik terhadap lawan dianalogikan sebagai beban yang diberikan pada otot selama proses kontraksi. Hal ini memicu terjadinya hipertrofi otot yang dapat memberikan beberapa perubahan pada serat otot, yaitu peningkatan pada beberapa hal meliputi jumlah miofibril yang sebanding dengan derajat hipertofi, enzim mitokondria, komponen sistem fosfagen, cadangan glikogen otot dan cadangan trigliserida. Dengan demikian serat otot akan lebih cepat memproduksi energi berupa ATP dan memiliki jumlah cadangan energi yang lebih banyak sehingga memiliki daya tahan otot besar. 7,8 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada pengukuran push up selama satu menit terhadap atlet Taekwondo Dojang STIMART AMNI Semarang dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara nilai daya tahan otot ekstremitas atas atlet Taekwondo nomor Kyorugi dan nomor Poomsae. Saran Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi nantinya, peneliti selanjutnya diharapkan memilih populasi sampel yang tidak terbiasa dengan aktivitas fisik, lebih dapat mengontrol aktivitas sampel sebelum dilakukan pengambilan data, serta memilih sampel yang memiliki waktu starting point latihan Taekwondo yang sama. Taekwondo merupakan cabang olahraga yang cukup efektif sebagai sarana untuk meningkatkan daya tahan otot ekstremitas atas. Untuk hasil yang lebih maksimal pada peningkatan daya tahan otot, sebaiknya masyarakat memilih nomor Kyorugi daripada nomor Poomsae. DAFTAR PUSTAKA 1. Suryani CK, Hidayat C. Kontribusi Sikap dan Motivasi Berprestasi terhadap Penampilan Poomsae Koryo Atlet Taekwondo Kota Tasikmalaya [Internet]. Universitas Siliwangi, 2014. 2. Haddad M, Hamman N, dkk. Performance Optimization in Taekwondo From Laboratory to Field [Internet]. OMICS e-books group. [diakses 1 Desember 2015]. Tersedia dari http://www.esciencecentral.org/ebooks. 1088

10 3. Kazemi M, Casella C, dkk. 2004 Olympic Tae Kwon Do Athlete Profile. J Can Chiropr Assoc. 2009;53(C):144-152. 4. Bridge CA, Pieter W, dkk. Physical and Physiological Profiles of Taekwondo Athletes. Sport Med [Internet]. 2014;44(6):713-733. Tersedia dari http://link.springer.com/10.1007/s40279-014-0159-9. 5. Toskovic NN, Blessing D, dkk. Physiologic profile of recreational male and female novice and experienced Tae Kwon Do practitioner. J Sports Med Phys Fitness [Internet]. 2004;44(2):164-172. Tersedia dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15470314. 6. Lesmana SI. Lesmana SI. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Dari Perbedaan Gender: Studi Komparasi Pemberian Latihan Beban Metode Delorme dan Metode Oxford Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fisioterapi. 2012;5(1):1-31. 7. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Luqman Yanuar Rachman, Wulandari N, Hartanto H, Novrianti A, editor. Jakarta: EGC; 2012. 8. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. VI. Nella Yesdelita, editor. Jakarta: EGC; 2012. 1089