2.3.3 Tujuan Kelas Akselerasi Manfaat Kelas Akselerasi Keunggulan Kelas Akselerasi Kelemahan Kelas Akselerasi...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan

PROGRAM KERJA KOORDINATOR EKSTRAKURIKULER SMP ITUS JALAKSANA TAHUN AJARAN 2015/2016 SMP ITUS

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari masyarakat yang sedang aktif dalam melakukan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dalam lingkungan sekolah. Dengan memiliki para siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. dan memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berinteraksi. Interaksi tersebut selalu dibutuhkan manusia dalam menjalani

ANALISIS INTERAKSI SOSIAL SISWA-SISWI KELAS AKSELERASI (STUDI DI SMA NEGERI 1 DENPASAR BALI)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN SMPN 24 Bandung. 2.1 Sejarah SMPN 24 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani ditandai dengan proses mempelajari gerak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Hakikat Ekstrakurikuler

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Karim

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. apabila seseorang dapat menguasai teknik dasar yaitu passing bawah, passing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

STUDI TENTANG DAMPAK PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI TERHADAP KEMATANGAN ASPEK SOSIAL EMOSI ANAK BERBAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masingmasing

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, seperti faktor individual (kematangan atau pertumbuhan fisik, tua/keluarga dan lingkungan serta fasilitas atau dukungan).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nida Sholiha, 2015

Transkripsi:

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i SURAT PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xii DAFTAR FOTO... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.3.1 Tujuan Umum... 8 1.3.2 Tujuan Khusus... 9 1.4 Manfaat Penelitian... 9 1.4.1 Manfaat Teoritis... 9 1.4.2 Manfaat Praktis... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 10 2.1 Penelitian Terdahulu... 10 2.1.1 Persamaanya... 11 2.1.2 Perbedaan... 11 2.2 Deskripsi Teori... 12 2.2.1 Interaksionalisme Simbolik... 12 2.3 Kerangka Konsep... 14 2.3.1 pengertian Interaksi... 14 2.3.1.1 Interaksi Asosiatif... 15 2.3.1.2 Interaksi Disosiatif... 17 2.3.2 Pengertian Kelas Akselerasi... 18

2.3.3 Tujuan Kelas Akselerasi... 19 2.3.4 Manfaat Kelas Akselerasi... 20 2.3.5 Keunggulan Kelas Akselerasi... 22 2.3.6 Kelemahan Kelas Akselerasi... 23 2.4 Kerangka Berpikir... 24 BAB III METODE PENELITIAN... 25 3.1 Jenis Penelitian... 25 3.2 Lokasi Penelitian... 25 3.3 Jenis dan Sumber Data... 26 3.3.1 Jenis Data... 26 3.3.2 Sumber Data... 26 3.4 Teknik Pengumpulan Data... 26 3.4 Teknik Analisa Data... 29 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN... 30 4.1 Gambaran Umum... 30 4.1.1 Gambaran Umum Sekolah... 30 4.1.2 Gambaran Umum Kelas Akselerasi... 31 4.1.2.1 Persyaratan Masuk Kelas Akselerasi... 33 4.1.2.2 Fasilitas Dalam Kelas Akselerasi... 36 4.1.2.3 Metode Pembelajaran Kelas Akselerasi... 36 4.1.2.4 Mata Pelajaran dalam Kelas Akselerasi... 39 4.1.2.5 Sistem dalam Kelas Akselerasi... 41 4.1.2.6 Guru yang Mengajar dalam Kelas Akselerasi... 42 4.1.2.7 Kurikulum Kelas Akselerasi... 44 4.2 Peran Penting Interaksi bagi Kelas Akselerasi... 48 4.3 Interaksi Sosial sesama Kelas Akselerasi... 49 4.4 Interaksi Sosial antar Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler... 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 66 5.1 Kesimpulan... 66 5.2 Saran... 65

Daftar Pustaka... Pedoman Wawancara... Lampiran I....

ABSTRAK Kelas akselerasi merupakan sebuah program percepatan yang dimana program akselerasi memberikan layanan kebutuhan murid yang memiliki karakteristik khusus pada segi potensi intelektual dan bakat istimewa agar terlayani sesuai dengan kebutuhannya. Dalam perkembanganya ada beberapa dampak negatif yang terdapat dalam program akselerasi bagi anak berbakat, dampak negatif program akselerasi yaitu terletak pada masalah penyesuaian sosial, dimana masalahnya adalah siswa program akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis, hal ini akan mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain. Permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)Bagaimana interaksi sosial dalam kelas akselerasi? (2) Bagaima interaksi sosial antara siswa kelas akselerasi dan kelas reguler? Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang di lakukan di SMA Negeri 1 Denpasar. Landasan teori yang di gunakan dalam penelitian ini interaksi sosial asosiatif dan disiosiatif menurut Gillin dan Gillin. Hasil penelitian ini menemukan bahwa adanya interaksi sosial yang tidak berjalan dengan baik dalam kelas akselerasi maupun kelas akselerasi dengan kelas reguler, hubungan interaksi yang tidak berjalan dengan baik ini menyebabkan adanya kesenjangan dan jurang yang pemisah antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam kelas akselerasi. Kata Kunci : kelas akselerasi, interaksi asosiatif, interaksi disosiatif. BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda sehingga memilih pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan mempunyai peranan yang amat menentukan bagi pengembangan dan perwujudan diri individu dengan menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa-siswi untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, terutama pada mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Oleh karena itu sekolah memfasilitasi kebutuhan siswa secara lebih baik dengan mengadakan layanan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Fasilitas Program Percepatan Belajar (PPB) atau akselerasi sebagai salah satu pilihan program layanan khusus pendidikan nasional. Menurut Mulyasa (2003:161) akselerasi berarti belajar dimungkinkan untuk diterapkan sehingga siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dapat menyelesaikan pelajarannya lebih cepat dari masa belajar yang ditentukan. Belajar dalam kelas akselerasi tidak sama dengan loncat kelas sebab dalam akselerasi belajar setiap siswa tetap harus mempelajari seluruh bahan yang seharusnya dipelajari. Akselerasi dapat dilakukan dengan bantuan modul atau lembar kerja yang disediakan sekolah. Melalui akselerasi belajar siswa-siswi yang berkemampuan tinggi dapat mempelajari seluruh bahan pelajaran dengan lebih cepat dibandingkan siswa-siswi yang lain.

Menurut Haryati (2006:95-96), akselerasi berarti percepatan belajar sebagai implikasi dari sistem belajar tuntas (mastery learning) juga menunjukkan adanya siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa dan mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan jauh lebih cepat dan mempunyai nilai yang amat baik (>95). Program akselerasi memberikan layanan kebutuhan siswa-siswi yang memiliki karakteristik khusus pada segi potensi intelektual dan bakat istimewa agar terlayani sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Renzulli (dalam Munandar 2004: 24) keberbakatan merupakan hasil perpaduan dari tiga konsep, yaitu kemampuan di atas rata-rata, kreativitas di atas rata-rata, dan pengikatan diri terhadap tugas.ketiganya disebut The Three-Ring Conception of Giftedness. Ciri-ciri anak berbakat yang dikemukakan oleh USOE (United States Officer of Education) dalam Munandar (2004: 23) terdapat enam tipe keberbakatan dengan kemampuan-kemampuan khusus, seperti (1) kemampuan intelektual umum, (2) kemampuan akademis khusus, (3) kemampuan berpikir kreatif dan produktif, (4) kemampuan memimpin, (5) kemampuan dalam bidang seni, dan (6) kemampuan psikomotor. Keenam tipe tersebut merupakan ciriciri umum dalam akselerasi. Meskipun demikian, pada kenyataan dilapangan siswasiswi yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa namun dalam kemampuan interaksi sosialnya belum berkembang. Aspek perkembangan sosial merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial, pada masa perkembangan ini kehidupan menjadi lebih luas dibandingkan dengan masa masa-masa sebelumnya, antara lain tampak dari keinginannya untuk berkelompok. Hal tersebut didukung oleh Hurlock yang memaparkan bahwa anak diharapkan mampu mempelajari ketrampilan- ketrampilan

tertentu yang meliputi, (1) ketrampilan membantu diri sendiri, (2) ketrampilan sosial, (3) ketrampilan sekolah, (4) ketrampilan bermain (dalam Munandar, 1992: 2). Salah satu keterampilan yang sangat penting pada masa perkembangan adalah keterampilan sosial yang harus dimiliki siswa-siswi.siswa-siswi diharapkan mampu menjalin hubungan interaksi sosial yang baik dengan lingkungan rumah, masyarakat, maupun lingkungan sekolah.interaksi sosial yang terjalin di sekolah adalah adanya interaksi antara siswa dengan guru dan sesama siswa yang harus dikembangkan, di mana hal ini dapat memperkuat hubungan sosial antara mereka. Dalam perkembanganya ada beberapa dampak negatif yang terdapat dalam program akselerasi bagi anak berbakat yang dipaparkan oleh Hawidi (2004: 40), beberapa dampak negatif program akselerasi yaitu terletak pada masalah penyesuaian sosial. Masalah sosial yang dimaksud adalah siswa program akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis, hal ini akan mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain. Siswa program akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan sosial yang penting pada usianya, padahal keberhasilan anak tidak ditentukan oleh aspek kognitif saja, melainkan kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan lingkungan, berempati kepada orang lain, dan menghargai orang lain. Pada saat ini sistem pendidikan di Indonesia masih berorientasi pada perkembangan kecerdasan kognitif, sehingga pengembangan sosial emosional dalam proses belajar mengajar terabaikan. Kemampuan seperti berempati kepada orang lain, menghargai orang lain, mengendalikan emosi, dan ketrampilan sosial cenderung tidak dinilai. Di beberapa lembaga institusi pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat

masih menganggap bahwa anak cerdas adalah anak yang selalu mendapatkan nilai tertinggi serta mendapat rangking tertinggi. Pada kenyataannya anak yang berprestasi dalam bidang akademik belum tentu pula berhasil pada sosial emosionalnya, seperti yang dijelaskan oleh Hawidi (2004: 83), menjadi anak berbakat dengan kemampuan di atas rata-rata tidak menjamin bahwa tidak akan muncul masalah dalam perkembangan mereka, bahkan mereka justru lebih rentan terhadap faktor sosial dan emosionalnya. Asumsi diatas berlaku pula di SMA Negeri 1 Denpasar yang merupakan sebuah sekolah kelas menengah atas yang memiliki kelas akselerasi, dimana siswa kelas akselerasinya memiliki masalah dalam perkembanganya dan masalahnya adalah masalah interaksi. Dimana dalam kelas akselerasi ini terjadi sebuah kesenjangan yang terjadi antara kelas akselerasi dan sesama kelas akselerasi dan kelas akselerasi dengan kelas reguler, hal ini tampak dalam keseharian dimana banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan mengabaikan interaksi, hal ini tidak bisa disalahkan karena para siswa-siswi dalam kelas akselerasi dituntut untuk mendapatkan nilai yang sempurna dibandingkan dengan siswa kelas reguler. Persaingan mendapatkan nilai yang sempurna tidak hanya antara siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler tetapi dalam kelas akselerasi juga terdapat persaingan yang sangat ketat sehingga, memungkinkan adanya interaksi yang buruk terjadi didalam kelas akselerasi, dan kelas akselerasi, dan kelas reguler. Berinteraksi merupakan hal yang sangat penting untuk terciptanya suasana yang nyaman untuk belajar, hal ini selaras seperti yang dikatakan Walgito (2003: 57) interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau

sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan timbal balik ini akan menjadi suatu sarana yang membantu anak kelas akselerasi dalam menyelesaikan sekolahnya tetapi akan terjadi hal yang sebaliknya apabila terjadi interaksi yang buruk dalam kelas akselerasi. Kurangnya interaksi ini dapat menggangu berjalanya kegiatan belajar mengajar dalam kelas akselerasi, seperti yang terjadi dalam kelas akselerasi di SMA Negeri 1 Denpasar dimana saat proses belajar mengajar para siswa kelas akselerasi kesulitan dalam menetukan kelompok saat guru memberikan tugas kelompok, hal ini disebabkan saat jam istirahat dan dalam kelas para siswa dan siswi kelas akselerasi asyik dengan dirinya sendiri tanpa mempedulikan teman atau rekan sekelasnya. Kurangnya interaksi yang terjadi pada kelas akslerasi tidak hanya berdampak pada rekan sekelasnya melainkan terjadi juga pada rekan kelas regulernya dimana ada kesenjangan yang terjadi hal ini tampak dalam kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMA Negeri 1 Denpasar dimana, rata-rata siswa kelas akslerasi sangat jarang mengikutinya, hal tersebut tampak dalam data berikut :

Table 1.1 kegiatan ektrakulikuler di SMAN 1 Denpasar Sumber : Kesiswaan SMA Negeri 1 Denpasar Dari data diatas bisa dilihat bagaimana interaksi dari siswa ataupun siswi kelas akselerasi dimana mereka jarang bergaul atau berinteraksi dengan rekan atau siswa dari kelas reguler saat berlangsungnya kegiatan ekstrakulikuler, dengan demikian hal ini semakin membuat hubungan interaksi antara siswa-siswi kelas akselerasi,dan siswa-siswi kelas reguler, menjadi renggang sehinggan tidak sedikit diantara siswa-siswi kelas akselerasi, dan siswa-siswi kelas reguler tidak saling mengenal. Nama kegiatan Ekstra kulikuler Jumlah Anggota anak aksel yang ikut 1 BASKET 60-2 BADMINTON 30-3 FUTSAL 30-4 BOLA KAKI 40-5 CHILIDERS 30-6 PRAMUKA 60-7 PENCINTA ALAM 60-8 BASEBALL 50-9 PASKIBRAKA 40-10 PANJAT TEBING 42-11 PMR (PALANG MERAH REMAJA) 50-12 SILAT 60-13 JURNALIST 30 1 14 KARATE 30-15 SMANSA ELECTRO CREW 40-16 TEATER ANGIN 40 -

Selain itu kurangnya interaksi yang muncul di karenakan, adanya perbedaan dalam proses belajar mengajar antara siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler dimana, siswa kelas reguler sehingga menimbulkan rasa cemburu dari kelas reguler. Masalah lain yang timbul dikarenakan kurangnya interkasi ini dikarenakan siswasiswi kelas akselerasi dan siswa-siswi kelas reguler jarang sekali bertatap muka, bahkan saat jam sekolah berakhir ini dikarenakan adanya penambahan jam belajar siswa-siswi kelas akselerasi untuk lebih jelasnyadapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 1.2 jam pulang siswa kelas reguler dan siswa kelas akselerasi No Hari Jam mulai danpulang siswasiswi kelas reguler Jam mulai dan pulang siswa-siswi kelas akselerasi 1 Senin O7.00-13.00 O7.00-17.00 2 Selasa O7.00-13.00 O7.00-17.00 3 Rabu O7.00-13.00 O7.00-17.00 4 Kamis O7.00-13.00 O7.00-17.00 5 Jumat O7.00-11.00 O7.00-15.00 6 Sabtu O7.00-11.00 O7.00-15.00 Sumber :KesiswaanSMA Negeri 1 Denpasar Perbedaan jam pulang ini sangat berpengaruh bagi siswa-siswi atau peserta didik karena, pada umumnya pada saat berakhirnya jam sekolah siswa-siswi biasanya merileksasikan dirinya dengan bercerita dengan rekannya sebebas bebasnya tentang kegiatanya seharian penuh selama disekolah, selain sebagai sering ini juga bisa dijadikan sebagai suatu cara untuk lebih dekat lagi dengan rekannya sesama siswasiswi SMA Negeri 1 Denpasar, tetapi hal ini tidak bisa dilakukan oleh siswa-siswi kelas akselerasi karena jam pulang mereka yang seharusnya digantikan atau ditambahkan dengan jam pelajaran.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan dua masalah penelitian di antaranya adalah : 1. Bagaimana interaksi sosial dalam kelas akselerasi? 2. Bagaima interaksi sosial antara siswa kelas akselerasi dan kelas reguler? 1.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latar belakang dan masalah yang diuraikan diatas, ada dua tujuan yang hendak dicapai, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan itu pada hakikatnya saling berkaitan. Kedua tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1.3.1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk lebih mengenal dan mengetahui tentang bagaimana kelas akslerasi dan mengetahui sejauh mana kelas akselerasi berdampak pada interaksi sosial dari siswa-siswi kelas akselerasi. 1.3.2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kelas akselerasi berdampak pada interaksi sosial antara siswa-siswi kelas akselerasi dengan siswa-siswi kelas akselerasi dan atara siswa-siswi kelas akselerasi dengan siswa-siswi kelas reguler. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin di capai dalam penelitian ini terbagi dalam dua manfaat secara garis besar diantaranya

1.4.1 Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Sma Negeri 1 Denpasar dalam menerapkan program kelas akselerasi dan juga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang dampak kelas akselerasi bagi orang tua siswa-siswi. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Untuk peneliti lain, dirasa perlu melakukan penelitian lanjut tentang upaya meningkatkan interaksi sosial siswa program akselerasi untuk membantu siswa menjadi pribadi lebih baik lagi dalam bersosialisasi. 2. Menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua yang ingin anaknya bergabung dalam kelas akselerasi. 3. Menjadi bahan pertimbangan bagi Dinas Pendidikan dan sekolah dalam melaksanakan atau menjalankan kelas akselerasi.