88 BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 7.1. Ringkasan Pendidikan merupakan aspek penting dalam peningkatan kualitas kehidupan suatu negara. Bangsa yang maju pasti tingkat pendidikan rakyatnya juga tinggi. Indonesia sangat concern terhadap dunia pendidikan. Hal ini tercermin dalam revisi UUD Tahun 1945 menyangkut hal pendidikan. Diamanatkan dalam UUD 1945 bahwa pendanaan sektor pendidikan minimal sebesar dua puluh persen dari total belanja APBN/APBD. Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pembiayaan sektor pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Untuk membantu pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor pendidikan, Pemerintah memberikan bantuan dana dalam bentuk dana perimbangan kepada daerah. Dana Perimbangan untuk memajukan sektor pendidikan tersebut dinamakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan. Pemkab Gunungkidul setiap tahun menerima alokasi DAK Bidang pendidikan tersebut. DAK Bidang Pendidikan dipergunakan untuk pembangunan fisik (rehab ruang kelas dan pembangunan perpustakaan) dan penyediaan sarana prasarana pendidikan (pengadaan alat peraga/sarana pendidikan dan buku). DAK Pendidikan terdiri dari DAK Bidang Pendidikan SD, SMP, dan SMA. Penelitian ini terbatas pada DAK Bidang Pendidikan SD. Dalam perkembangannya,
89 serapan anggaran untuk DAK Bidang Pendidikan SD ini sangat rendah. Pada tahun 2010 dan 2011 DAK tidak terserap, pada tahun 2012 terserap 91%, dan tahun 2013 terserap 75%. Dengan adanya fenomena ini, peneliti ingin meneliti mengapa penyerapan DAK Bidang pendidikan SD tersebut rendah. Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif studi kasus. Penelitian dilakukan dengan cara menganalisis dokumen perencanaan, penggunaan, dan pelaporan/pertanggungjawaban DAK Bidang Pendidikan SD. Hasil analis dokumen dikonfirmasi dengan melakukan wawancara kepada pihak yang berkaitan dengan pengelolaan DAK. Atas hasil wawancara dilakukan proses reduksi, kategorisasi dan sintesisasi. Hasil yang diperoleh dari proses evaluasi adalah sebagaimana tersaji pada simpulan. 7.2. Simpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut 7.2.1. Keterlambatan terbitnya juknis DAK mempengaruhi penyerapan anggaran. Untuk tahun 2010 dan 2011, juknis DAK terbit di bulan Agustus tahun yang bersangkutan. Dengan demikian, Pemda hanya punya waktu kurang lebih empat bulan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk melaksanakan DAK sesuai juknis, Pemkab Gunungkidul harus melakukan revisi atas DPA DAK Pendidikan yang sudah disahkan pada bulan Januari 2010 dan 2011. Revisi ini harus melalui mekanisme Perubahan APBD sesuai aturan pengelolaan keuangan daerah. Perubahan APBD tahun 2010 Kabupaten Gunungkidul ditetapkan melalui Perda
90 Nomor 14 tahun 2010 tanggal 25 Oktober 2010, sedangkan Perubahan APBD tahun 2011 Kabupaten Gunungkidul ditetapkan melalui Perda Nomor 13 tahun 2011 tanggal 27 Oktober 2011. Kemudian untuk pengajuan SPP dan SPM ke DPPKAD pada akhir tahun dibatasi hanya maksimal pada tanggal 15 Desember tahun anggaran berkenaan. Dengan kondisi ini, praktis Pemkab Gunungkidul hanya punya waktu kurang dari dua bulan untuk merealisasikan kegiatan DAK Pendidikan tahun 2010 dan 2011. Hal ini menyebabkan kegamangan Pemkab untuk melaksanakannya. Pemkab kuatir untuk merealisasikan kegiatan DAK tersebut, karena waktunya sangat terbatas, sehingga kegiatan tidak dilaksanakan di tahun berkenaan. 7.2.2. Revisi Juknis menyebabkan rendahnya Serapan DAK Pendidikan SD Kabupaten Gunungkidul. Juknis DAK tahun 2012 dan 2013 direvisi pada tanggal 14 September 2012 dan 25 Juni 2013. Dengan adanya revisi ini, Pemkab Gunungkidul harus menyesuaikan DPA kegiatan DAK dalam perubahan APBD. Perubahan APBD tahun 2012 dan 2013 disahkan pada tanggal 29 Oktober 2012 dan 17 Oktober 2013. Dengan kondisi ini, Pemkab hanya punya waktu kurang dari dua bulan untuk merealisasikan DAK, karena batas akhir pengajuan SPM ke DPPKAD adalah tanggal 15 Desember tahun berkenaan. Kondisi ini menyebabkan penyerapannya tidak maksimal. 7.2.3. Penetapan APBD yang terlambat tidak mempengaruhi penyerapan DAK.
91 Penetapan APBD menjadi start awal dalam pelaksanaan anggaran. Penetapan APBD Kabupaten Gunungkidul terlambat pada tahun 2010, 2011, dan 2013. Namun demikian, keterlambatan ini tidak sampai satu bulan dari batas tanggal 31 Desember. Berdasarkan wawancara dengan DPPKAD, Bappeda, Disdikpora, dan Inspektorat, terungkap bahwa keterlambatan penetapan APBD ini tidak berdampak terhadap penyerapan DAK Pendidikan, karena keterlambatan kurang dari sebulan. Hal ini diyakini tidak mempengaruhi penyerapan anggaran. 7.2.4. Masalah pengajuan SPP, Penerbitan SPM, Penerbitan SP2D tidak menjadi penyebab rendahnya penyerapan DAK Pendidikan. SD tidak mengajukan SPP dan SPM. SPP diajukan oleh UPT SD. UPT SD membawahi beberapa SD di dalam UPT tersebut. Pada saat pengamprahan, usulan pengajuan dana masing-masing SD dikumpulkan dalam satu UPT. Kemudian UPT menerbitkan satu SPP yang merupakan rekapitulasi SPP masing-masing SD. Setelah memverifikasi SPP tersebut dan lengkap persyaratan administratifnya, PA membuat SPM atas SPP tersebut untuk diajukan SP2Dnya ke DPPKAD. Dari hasil wawancara dengan responden yaitu SD penerima DAK dan Disdikpora, para responden menyatakan bahwa pengumpulan amprahan menjadi satu tidak menyebabkan terlambatnya pencairan anggaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi penyerapan DAK. Hal ini tidak berpengaruh karena kalau ada SD yang terlambat mengajukan amprahan atau terlambat mempertanggungjawabkan penggunaan dana sebelumnya, Disdikpora selalu memperingatkan dan mengawalnya, sehingga proses administrasi selalu tepat waktu. Tidak pernah terjadi keterlambatan karena masalah penyatuan SPP ini.
92 7.2.5. Metode PBJ untuk konstruksi fisik tidak mempengaruhi tingkat serapan DAK Pendidikan. Terdapat perubahan metode PBJ untuk pembangunan fisik. Di tahun 2010 dan 2011, pelaksana pekerjaan fisik adalah rekanan yang memenangkan pelelangan. Di tahun 2012 dan 2013, yang melakukan pekerjaan fisik adalah sekolah melalui mekanisme swakelola. Kondisi ini menyebabkan kekuatiran Pemda bahwa sekolah akan kesulitan melakukan pembangunan/rehab fisik sehingga mempengaruhi serapan anggarannya. Akan tetapi, berdasarkan hasil audit inspektorat Kabupaten Gunungkidul, hasil monitoring dan evaluasi BPKP, dan hasil wawancara kepada narasumber Bappeda, Disdikpora, DPPKAD, dan sekolah, kekuatiran ini tidak terbukti. Sekolah tetap mampu melakukan swakelola dengan baik. Hal ini terbukti dengan terserapnya anggaran swakelola di tahun 2012 dan 2013. Sekolah penerima mampu melaksanakan dengan baik dan tepat waktu. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan responden, semua menyatakan bahwa hasil output swakelola lebih bagus dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh rekanan 7.3. Keterbatasan Penelitian Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yaitu penelitian hanya dilakukan pada DAK Bidang Pendidikan SD. DAK Bidang Pendidikan SMP dan SMA dan DAK bidang lain tidak menjadi lingkup penelitian, sehingga simpulan yang berbeda mungkin terjadi untuk penyerapan DAK di bidang lain. Selain itu, penelitian hanya dilakukan di lingkungan Pemkab Gunungkidul, sehingga hasil penelitian
93 tidak bisa digeneralisasi untuk penyerapan DAK Bidang Pendidikan SD di Pemda yang lain. 7.4. Rekomendasi Sesuai dengan simpulan di atas, maka direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Gunungkidul agar: 1) Mengusulkan kepada kementerian pendidikan agar dalam penerbitan petunjuk teknis DAK Pendidikan tidak terlambat atau juknis sudah terbit dan diterima Pemda sebelum tahun anggaran berkenaan dimulai. 2) Mengusulkan kepada kementerian pendidikan untuk tidak melakukan revisi atas juknis yang sudah ditetapkan. Apabila terpaksa ada revisi juknis, hendaknya memperhatikan ketersediaan waktu pemda untuk merealisasikannya sebelum tahun anggaran berakhir. 3) Merealisasikan Dana DAK yang belum terealisasi di tahun-tahun yang lalu dengan menganggarkan kembali di APBD tahun berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kemajuan pendidikan di Kabupaten Gunungkidul 4) Mengintensifkan pendampingan dan bimbingan teknis kepada sekolah penerima DAK agar output kegiatan DAK tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat kualitas.