KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMASUKAN PRODUK HORTIKULTURA DARI LUAR DAERAH PABEAN KE KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007, Dewan Kawasan mempunyai tugas dan wewenang menetapkan kebijaksanaan umum, membina, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan Badan Pengusahaan Kawasan; b. bahwa sesuai ketentuan Pasal 11 ayat (6) dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 dan ketentuan Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari serta Berada di Kawasan yang telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, dinyatakan bahwa pemasukan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dari Luar Daerah Pabean, hanya dapat dilakukan oleh
Mengingat pengusaha yang telah mendapatkan izin dari Badan Pengusahaan Kawasan, dalam jumlah dan jenis yang ditetapkan oleh Badan Pengusahaan Kawasan; c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Penerbitan Perizinan Impor Produk Hortikultura Kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Bintan, Dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Karimun; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun; : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4757) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5195); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4758); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari serta Berada di Kawasan yang telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5277); 6. Keputusan Presiden Nomor 9 tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam; 7. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Bintan; 8. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Karimun; 9. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/PER/12/2012; 10. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/M-DAG/PER/9/2012; 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/OT.140/6/2012 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah Segar dan Sayuran Buah Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/6/2012 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Sayuran Umbi Lapis Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan/OT.140/9/2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura;
14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2013 Tentang Pelimpahan Kewenangan Penerbitan Perizinan Impor Produk Hortikultura Kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun; 15. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun Nomor 1 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerbitan Angka Pengenal Importir (API) Di Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun; Menetapkan : PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMASUKAN PRODUK HORTIKULTURA DARI LUAR DAERAH PABEAN KE KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN. Pasal 1 Dalam Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini yang dimaksud dengan: 1. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. 2. Produk Hortikultura adalah semua hasil yang berasal dari tanaman hortikultura yang masih segar atau yang telah diolah. 3. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan barang dari luar daerah pabean ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 4. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun, yang selanjutnya disebut Kawasan Bebas BBK adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas dari pengenaan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Cukai.
5. Dewan Kawasan Batam, Dewan Kawasan Bintan, dan Dewan Kawasan Karimun, yang selanjutnya disebut Dewan Kawasan adalah Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 6. Badan Pengusahaan Kawasan, yang selanjutnya disebut BP Kawasan adalah Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 7. Ketua Dewan Kawasan adalah Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 8. Kepala Badan Pengusahaan Kawasan, yang selanjutnya disebut Kepala BP Kawasan adalah Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 9. Kantor Pabean adalah Kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya Kewajiban Pabean sesuai dengan ketentuan Undang Undang Kepabeanan. 10. Importir Produsen Produk Hortikultura, yang selanjutnya disebut IP-Produk Hortikultura adalah perusahaan industri yang berdomisili di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang menggunakan Produk Hortikultura sebagai bahan baku atau bahan penolong pada proses produksi sendiri dan tidak memperdagangkan atau memindahtangankan kepada pihak lain. 11. Importir Terdaftar Produk Hortikultura, yang selanjutnya disebut IT-Produk Hortikultura adalah perusahaan yang berdomisili di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang melakukan impor Produk Hortikultura untuk keperluan kegiatan usaha dengan memperdagangkan dan/atau memindahtangankan kepada pihak lain. 12. Persetujuan Pemasukan adalah izin pemasukan Produk Hortikultura yang diterbitkan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan.
Pasal 2 Produk Hortikultura yang diatur dalam Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini. Pasal 3 (1) Pemasukan Produk Hortikultura ke Kawasan Bebas BBK, hanya untuk kebutuhan Kawasan Bebas BBK dan dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapat pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura atau penetapan sebagai IT- Produk Hortikultura dari Kepala BP Kawasan. (2) Pengusaha yang telah mendapat pengakuan sebagai IP- Produk Hortikultura atau penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib melaksanakan pemasukan Produk Hortikultura dari luar daerah pabean atas nama perusahaannya dan tidak boleh dipindahtangankan kepada pihak lain. Pasal 4 (1) Untuk memperoleh pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), pengusaha harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala BP Kawasan, dengan melampirkan: a. fotokopi Surat Izin Usaha Industri atau izin usaha lain yang sejenis yang menggunakan bahan baku Produk Hortikulura, yang diterbitkan oleh instansi atau dinas teknis yang berwenang; b. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP); c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); d. fotokopi Angka Pengenal Importir Produsen (API-P); e. bukti penguasaan tempat penyimpanan sesuai dengan karakteristik produk; f. bukti penguasaan alat transportasi sesuai dengan karakteristik produk; g. Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dari Menteri Pertanian atau pejabat yang ditunjuk; h. Surat Izin Usaha yang diterbitkan Badan Pengusahaan Kawasan; dan
i. Rencana pemasukan dalam waktu 6 (enam) bulan yang mencakup jumlah, jenis barang, Pos Tarif/HS 10 (sepuluh) digit, dan pelabuhan pemasukan. (2) Kepala BP Kawasan menerbitkan pengakuan sebagai IP- Produk Hortikultura paling lama 5 (lima) hari kerja setelah dilakukan pemeriksaan lapangan oleh Tim Penilai untuk mengetahui kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. (4) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari pejabat yang ditetapkan oleh Kepala BP Kawasan. (5) Dalam hal hasil atas pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditemukan data yang tidak benar, Kepala BP Kawasan menolak menerbitkan pengakuan sebagai IP- Produk Hortikultura. Pasal 5 (1) Untuk memperoleh penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), pengusaha harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala BP Kawasan, dengan melampirkan: a. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang bidang usahanya meliputi hortikultura atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh instansi atau dinas teknis yang berwenang; b. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP); c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); d. fotokopi Angka Pengenal Importir Umum (API-U); e. bukti penguasaan tempat penyimpanan sesuai dengan karakteristik produk; dan f. bukti penguasaan alat transportasi sesuai dengan karakteristik produk. (2) Kepala BP Kawasan menerbitkan penetapan sebagai IT- Produk Hortikultura paling lama 5 (lima) hari kerja setelah dilakukan pemeriksaan lapangan oleh Tim Penilai untuk mengetahui kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.
(4) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari pejabat yang ditetapkan oleh Kepala BP Kawasan. (5) Dalam hal hasil atas pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditemukan data yang tidak benar, Kepala BP Kawasan menolak menerbitkan penetapan sebagai IT- Produk Hortikultura. Pasal 6 IT-Produk Hortikultura yang akan melakukan pemasukan Produk Hortikultura harus mendapatkan Persetujuan Pemasukan dari Kepala BP Kawasan. Pasal 7 (1) Untuk mendapatkan Persetujuan Pemasukan Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, IT-Produk Hortikultura harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala BP Kawasan dengan melampirkan: a. Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dari Menteri Pertanian atau pejabat yang ditunjuk; dan b. fotokopi penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura. (2) Kepala BP Kawasan menerbitkan : a. Persetujuan Pemasukan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar; atau b. Penolakan penerbitan Persetujuan Pemasukan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima dalam hal permohonan tidak lengkap dan/atau tidak benar. (3) Persetujuan Pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disampaikan kepada IT-Produk Hortikultura. (4) Persetujuan Pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berlaku sesuai dengan rekomendasi instansi terkait, terhitung sejak tanggal diterbitkan. (5) Persetujuan Pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diteruskan secara online ke portal Indonesia National Single Window (INSW). (6) Dalam hal pemasukan Produk Hortikultura melalui pelabuhan yang belum terkoneksi dengan Indonesia National Single Window (INSW), tembusan Persetujuan Pemasukan disampaikan secara manual kepada instansi terkait.
Pasal 8 (1) Pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) berlaku sesuai dengan RIPH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g terhitung sejak tanggal diterbitkan dan dapat diperpanjang. (2) Penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan dan dapat diperpanjang. (3) Permohonan perpanjangan pengakuan dan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus diajukan secara tertulis oleh perusahaan/pengusaha yang bersangkutan kepada Kepala BP Kawasan dan mengembalikan asli pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura atau penetapan sebagai IT- Produk Hortikultura yang telah di terbitkan sebelumnya. (4) Pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura atau penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura diteruskan secara online ke portal Indonesia National Single Window (INSW). (5) Dalam hal pemasukan Produk Hortikultura melalui pelabuhan yang belum terkoneksi dengan Indonesia National Single Window (INSW), tembusan Pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura atau Penetapan sebagai IT- Produk Hortikultura diteruskan secara manual kepada instansi terkait. Pasal 9 (1) IP-Produk Hortikultura dan IT-Produk Hortikultura yang berada di dalam Kawasan Bebas BBK, wajib menyampaikan laporan secara tertulis atas pelaksanaan pemasukan Produk Hortikultura dengan melampirkan hasil scan Kartu Kendali Realisasi Impor yang telah diparaf dan dicap oleh petugas Bea dan Cukai. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya kepada Kepala BP Kawasan dengan tembusan disampaikan kepada Ketua Dewan Kawasan, Kepala Kantor Pabean, Kepala Dinas Perdagangan, dan Kepala Dinas Pertanian setempat. (3) Bentuk Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini.
(4) Kartu Kendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kartu kendali jumlah realisasi pemasukan Produk Hortikultura. Pasal 10 (1) Pemasukan Produk Hortikultura yang berasal dari luar daerah pabean, hanya dapat dilakukan melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk. (2) Pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelabuhan atau bandar udara yang telah mendapatkan izin dari Menteri Perhubungan dan telah ditetapkan sebagai Kawasan Pabean. (3) Pemasukan Produk Hortikultura oleh IT- Produk Hortikultura yang berasal dari luar daerah pabean dapat dimasukkan melalui pelabuhan bebas lainnya di Kawasan Bebas Batam/Bintan/Karimun. (4) Pemasukan melalui pelabuhan bebas lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Pengusahaan Kawasan yang menerbitkan surat Persetujuan Pemasukan Produk Hortikultura, wajib memberitahukan kepada Kepala BP Kawasan dan Kepala Kantor Pabean setempat. (5) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa tembusan atau bentuk lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 11 Pemasukan Produk Hortikultura dari luar daerah pabean ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas ini tidak mengurangi kewenangan Karantina Pertanian dan Petugas Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan di pelabuhan pemasukan. Pasal 12 (1) Pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura dan penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura dicabut apabila perusahaan: a. tidak melaksanakan kewajiban menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 sebanyak 3 (tiga) kali; b. terbukti mengubah informasi yang tercantum dalam dokumen impor Produk Hortikultura;
c. terbukti memperdagangkan dan/atau memindahtangankan Produk Hortikultura yang diimpor kepada pihak lain dalam Daerah Pabean Indonesia lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; dan/atau; d. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atas tindak pidana yang berkaitan dengan penyalahgunaan dokumen impor Produk Hortikultura. (2) Pencabutan pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura dan penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala BP Kawasan. (3) Perusahaan yang telah dicabut pengakuan sebagai IP- Produk Hortikultura dan penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat mengajukan permohonan pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura dan penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura yang baru setelah 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal pencabutan. Pasal 13 Ketentuan dalam Peraturan ini tidak berlaku terhadap pemasukan Produk Hortikultura, berupa : a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik; b. barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia; c. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman dengan jumlahnya tidak melebihi dari 10 (sepuluh) Kilo gram per orang; d. barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan; e. barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam; f. barang untuk keperluan penelitian/pengujian dan pengembangan ilmu pengetahuan; atau g. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam.
Pasal 14 (1) Pemasukan Produk Hortikultura dari luar daerah pabean ke Kawasan Bebas Batam/Bintan/Karimun oleh Pengusaha yang ditunjuk yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini: a. dikeluarkan kembali ke luar daerah pabean; atau b. dimusnahkan di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Badan Pengusahaan Kawasan. (2) Pengeluaran atau pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atas biaya perusahaan yang bersangkutan. Pasal 15 (1) Hal-hal lain yang belum diatur dalam keputusan ini, tetap menggunakan ketentuan yang ada pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30/M-DAG/PER/5/2012 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/M-DAG/PER/9/2012. (2) Pengusaha yang telah mendapat pengakuan sebagai IP- Produk Hortikultura atau penetapan IT-Produk Hortikultura dari Menteri Perdagangan berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30/M-DAG/PER/5/2012 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/M-DAG/PER/9/2012, tetap berlaku sampai habis masa berlaku pengakuan sebagai IP- Produk Hortikultura atau penetapan IT-Produk Hortikultura. (3) Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang akan melakukan pemasukan produk Hortikultura dari luar Daerah Pabean, wajib melampirkan pengakuan IP-Produk Hortikultura atau penetapan IT-Produk Hortikultura kepada BP Kawasan. (4) Dalam hal Pengakuan IP-Produk Hortikultura atau penetapan IT-Produk Hortikultura yang sudah habis masa berlakunya, pengusaha harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala BP Kawasan. Pasal 16 BP Kawasan dapat menetapkan petunjuk teknis pemasukan Produk Hortikultura dari luar Daerah Pabean ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun.
Pasal 17 Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tanjungpinang pada tanggal 18 Maret 2013 KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN ttd H. MUHAMMAD SANI