PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU 1 Hidayatulloh, 2 Dian Suci Rizkinanti 1, 2 STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Email: 1 dayat_feb@yahoo.co.id, 2 mipa3a12030026@gmail.com Abstrak Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada materi perbandingan di SMP Negeri 5 Pringsewu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Pringsewu tahun pelajaran 2016-2017. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik cluster random sampling dan terpilih kelas VII 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII 3 sebagai kelas kontrol. Analisis data dilakukan dengan uji-t jika data berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika yang diperoleh melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika yang diperoleh melalui penerapan model pembelajaran langsung. Kata kunci: pembelajaran berbasis masalah Abstract The purpose of this research is to know the average of student learning outcomes through the application of problem-based learning model on the comparison material in SMP Negeri 5 Pringsewu. The population in this study is all students of class VII SMP Negeri 5 Pringsewu academic year 2016-2017. The sampling was done by cluster random sampling technique and VII 4 was selected as the experimental class and class VII 3 as control class. Data analysis was performed by t-test if the data were normal and homogeneous distributed. Based on the results of the study can be concluded that the average of mathematics learning results obtained through the application of problem-based learning model is higher than the average of mathematics learning results obtained through the application of direct learning model. Keywords: Problem-based learning 1. PENDAHULUAN Pendidikan berperan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kesiapan untuk menghadapi kemajuan dan perkembangan IPTEK yang semakin berkembang. Bidang pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia agar mereka memiliki kemampuan berpikir secara kritis, logis, sistematis, kreatif, akurat dan cermat, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan secara mandiri dan percaya diri. Oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan secara maksimal dan penuh tanggung jawab dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat 531
ketika proses pembelajaran. Proses pembelajaran matematika dikelas dengan menggunakan model pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru. Interaksi pembelajaran yang sedang berlangsung diharapkan dapat terjadi secara multi arah, artinya komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut bukan hanya dari guru ke siswa atau siswa ke guru tetapi juga dari siswa ke siswa. Oleh karena itu guru diharapkan mampu mencari model pembelajaran yang tepat agar hasil belajar siswa meningkat. Model pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, jenis dan sifat materi pokok yang akan disampaikan pada siswa. Hasil observasi di SMP Negeri 5 Pringsewu menunjukkan bahwa hanya 47 siswa (42%) dari keseluruhan siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimal nilai 75. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor ekstern dan intern [1]. Faktor intern yaitu faktor yang ada didalam diri individu. Didalam faktor intern dapat disimpulkan menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor sekolah. Salah satu dalam faktor sekolah tersebut yaitu penggunaan model pembelajaran. Hasil belajar siswa yang rendah mungkin dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif. Melalui wawancara dengan guru mata pelajaran dan beberapa orang siswa dimana dalam kegiatan pembelajaran guru lebih banyak menggunakan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru selalu aktif memberikan tumpukan informasi-informasi sehingga guru dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi bagi siswanya. Dalam proses pembelajaran guru kurang menekankan pemecahan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak mampu melihat manfaat dan keterkaitan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata yang sedang mereka alami. Sehingga siswa terpaku dengan apa yang diberikan guru. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah menerapkan model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif, melibatkan siswa untuk terampil dalam memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah/problem Based Learning (PBL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran [2]. Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah menurut [2] meliputi: a) Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. b) Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. c) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. 532
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya. e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan prosesproses yang mereka gunakan. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 5 Pringsewu tahun pelajaran 2016-2017 pada materi perbandingan adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. 2. METODE PENELITIAN Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil tes yang diperoleh siswa setelah diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung untuk kelas kontrol pada materi pokok Perbandingan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Pringsewu tahun pelajaran 2016-2017 dengan jumlah 156 yang terbagi kedalam 5 kelas. Dalam penelitian ini diambil dua sampel yaitu siswa kelas VII 4 (kelas eksperimen) dan siswa kelas VII 3 (kelas kontrol) dimana teknik pengambilan sampelnya menggunakan cluster random sampling. Setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan perlakuan yang berbeda, masing-masing kelas diberikan tes hasil belajar dengan instrumen soal yang sama. Sebelum instrumen soal diberikan maka dilakukan uji validasi dan uji realibilitas. Adapun teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji-t. Akan tetapi sebelum data hasil belajar dianalisis dengan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas data. Setelah data dipastikan normal dan homogen, maka dilakukan uji statistik menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Dari hasil analisis normalitas data pada kelas eksperimen diperoleh χ hitung = 2 4,394 dan χ tabel dengan taraf nyata 5% = 11,070. Berdasarkan kriteria uji χ hitung < χ tabel maka terima H 0 dan tolak H 1 yang menunjukkan bahwa data pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Demikian pula dengan data kelas kontrol, dari perhitungan didapat χ hitung = 1,255 dan χ tabel dengan taraf nyata 5% = 11,070 sehingga χ hitung < χ tabel menyebabkan terima H 0 dan tolak H 1, yang menunjukkan bahwa data pada kelas kontrol berdistribusi normal. Setelah itu dilanjutkan dengan uji homogenitas, dari perhitungan didapat F hitung = 1,008 dan F tabel dengan taraf nyata 5% = 1,85 sehingga F hitung < F tabel menyebabkan terima H 0 dan tolak H 1 yang menunjukkan varians kedua sampel homogen. Dikarenakan dua asumsi terpenuhi yaitu data berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya diuji dengan statistik uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dua pihak dengan taraf nyata 5% diperoleh t hitung = 2,165 dan t tabel = 2,002, berdasarkan kriteria uji t hitung > t tabel maka tolak H 0 dan terima H 1 yang berarti ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan rata-rata hasil 533
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok perbandingan. Kemudian dari analisis data uji-t satu pihak dengan taraf nyata signifikan 5% diperoleh t hitung = 2,165 dan t tabel = 1,672, berdasarkan kriteria uji ternyata t hitung > t tabel maka tolak H 0 dan terima H 1 yang berarti rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok perbandingan. Hal ini terlihat dari perolehan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebesar 73,90 dan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung sebesar 66,61. Dengan diterapkan model pembelajaran berbasis masalah, siswa dihadapkan dengan permasalahan yang ada pada dunia nyata sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi dan penanaman konsep menjadi lebih kuat. Dalam proses pembelajaran, siswa aktif mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dan lebih aktif bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti. Selain itu siswa belajar bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan permasalahan yang diberikan dan membuat kesimpulan sendiri. Ini menjadikan siswa lebih memahami tentang apa yang mereka pelajari, sehingga berdampak pada hasil belajar yang optimal. Sebagaimana pendapat Tan (dalam Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan [3]. Sedangkan pada penerapan model pembelajaran langsung, kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi pembelajaran dan memberikan soal-soal latihan sementara siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru. Ketika guru memberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, siswa hanya diam tidak berani bertanya. Siswa tidak berani mengungkapkan kesulitan yang dialami ketika proses pembelajaran sehingga menyebabkan tingkat pemahaman siswa pada materi kurang maksimal sehinggga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang optimal. Hal ini sesuai dengan pembelajaran langsung yaitu pembelajaran yang mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peseta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas [4]. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memberikan hasil belajar yang lebih baik dari hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung. 4. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pada hasil analisis data, uji hipotesis dan pembahasan, maka peneliti simpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui model pembelajaran berbasis masalah dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui model pembelajaran langsung pada materi perbandingan dan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui model pembelajaran langsung pada materi perbandingan. 534
DAFTAR PUSTAKA [1] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta [2] M. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia [3] Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada [4] Agus Suprijono. 2011. Cooperative Learning. Jogjakarta: Rineka Cipta 535