BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan aset nasional yang paling strategis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. dan halus), kecerdasan (daya pikir,daya cipta, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum seorang praktisi Public Relations memiliki tugas untuk

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

Tabel 1. 1 Target Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Tahun ,7 Juta (61,8%) 5,85 Juta (19,37%) 12,85 Juta (42,43%)

BAB I PENDAHULUAN. Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), hlm Dadang Hawari, Al-Qur an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang dijelaskan dalam Undang Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UN PGRI Kediri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan anaknya agar dapat menjalankan kehidupan masa depannya dengan baik dari usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahap manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan masa anak yang sangat menentukan pembentukan karakter dan kecerdasan seorang anak. Anak pada usia ini berada pada proses perkembangan yang sangat pesat. Dimana pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini merupakan landasan bagi bentuk kepribadian dimasa yang akan datang. Selain itu juga masa ini merupakan masa yang tepat untuk melaksanakan dasar-dasar perkembangan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama sehingga upaya perkembangan anak tercapai secara optimal. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini ialah bahwa anak yang berusia 4-6 tahun memiliki emosional yaitu : a). Mau berbagi, menolong, dan membantu teman, b). Mengendalikan perasaan, c). Menunjukkan rasa percaya diri, d). Menjaga diri sendiri dari lingkungannya, e). Bersikap kooperatif dengan teman, f). Menunjukkan rasa empati.

2 Pada usia 4-6 tahun anak memiliki potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek kecerdasannya terutama kecerdasan emosional anak. Pada usia ini anak lebih percaya diri, mempunyai banyak teman, dapat berkomunikasi dengan orang dewasa secara nyaman dan dipenuhi oleh semangat antusiasme. Sehingga anak usia 4-6 tahun merupakan anak yang sudah dapat mengatur dirinya sendiri, sudah memahami adanya aturan tidak hanya ketika bermain, tetapi dalam perilakunya di rumah dimana anak menginginkan agar perilakunya dapat diterima oleh orang tua. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam kehidupan anak, karena dari orangtua anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya serta menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari. Di dalam keluarga, anak mendapatkan pengalaman yang dapat digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spritual. Anak lahir dalam pemeliharaan orangtuadan dibesarkan dalam keluarga. Sehingga perkembangan emosi anak didasarkan pada orang tua dalam memperlakukan anak, sebab emosi ditentukan oleh orang tua. Sebagai orang tua harus membimbing dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlak. Namun kenyataannya bahwa tuntutan ekonomi membuat orang tua sibuk bekerja untuk mencari uang daripada meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anaknya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2011 bahwa jumlah orang tua yang bekerja di Indonesia sekitar 90,28% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 245 juta jiwa. Sedangkan di Sumatera Utara sekitar 4, 25% dari jumlah penduduk

3 sekitar 13 juta jiwa. Hal ini menunjukkan banyaknya jumlah orang tua yang bekerja, sehingga sibuk dengan pekerjaannya. Orang tua yang terlalu sibuk tidak memiliki kepekaan atau kepedulian terhadap perkembangan anak serta waktu untuk berkomunikasi atau berbincang dengan anak kurang dilakukan orang tua. Komunikasi merupakan kunci semua aspek dalam keluarga, termasuk dalam membangun emosi anak. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses saling berbagi informasi dengan orang lain. Selain itu, komunikasijuga berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan emosi seseorang, misalnya gembira, marah, tidak senang, sedih dan takut. Menurut Darwanto (2007:1) mengatakan bahwa komunikasi merupakan peristiwa sosial dan terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya, yang dapat terjadi dimanamana tanpa mengenal tempat dan waktu. Sehingga komunikasi antara orang tua dan anak adalah bentuk yang paling ideal, karena hubungan antara orang tua dan anak tidak menyebabkan formalitas diantara mereka. Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan yang penting dalam membina hubungan keduanya. Untuk menciptakan komunikasi antara orang tua dengan anak maka adanya waktu luang, sebab dengan adanya waktu bersama terjadi keakraban yang dapat diciptakan diantara anggota keluarga. Menurut Steede (2007:67) mengatakan bahwa Anak yang berkomunikasi dengan orang tua dan cenderung mendekati orang tuanya, dan jika pembicaraan anak didengarkan dan dimengerti anak akan lebih patuh terhadap orang tuanya. Sebagai orang tua menjalin komunikasi yang baik dengan anak akan menimbulkan hubungan yang hangat serta terjalin kedekatan antara orang tua dengan anak.

4 Kedekatan antara orang tua dan anak memiliki makna dan peran yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan keluarga. Kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak tentu akan berpengaruh secara emosional. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga, apabila orang tua menjalin komunikasi kepada anak. Anak akan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, mudah bersosialisasi dengan temannya dan memiliki rasa empati yang tinggi terhadap sesama. Dengan adanya komunikasi yang terjalin, maka anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat, semakin produktif, kreatif, dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya khususnya dalam hal belajar. Sedangkan orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan antara orang tua dengan anak bahkan membuat anak merasatidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayangoleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulahyang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, caraberpikirbahkankecerdasanemosionalanak. Orang tua yang mengajari anak memahami dan mengkomunikasikan emosinya akan mempengaruhi banyak aspek dalam perkembangan dan keberhasilan hidup anak. Jika orang tua gagal dalam mengajarkan anak untuk memahami dan mengkomunikasikan emosinya dapat membuat anak rentan terhadap konflik-konflik dengan orang lain. Dalam keluarga yang terbiasa mengungkapkan perasaan secara terbuka, anak-anak dapat mengembangkan perbendaharaan kata untuk memikirkan dan mengkomunikasikan emosinya.

5 Sedangkan dalam keluarga yang terbiasa menekan perasaan dan menghindari komunikasi, anak-anak akan cenderung menjadi pendiam. Untuk itu komunikasi orang tua sangat berhubungan dengan kecerdasan emosional anak, karena komunikasi yang terjalin menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak. Adapun alasan penulis memilih komunikasi verbal orang tua sebagai variabel yang digunakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kecerdasan emosional anak, karena peranan orang tua sebagai pendidik dalam keluarga akan bisa optimal untuk menanamkan sikap dan perilaku, manakala didukung oleh pengetahuan dan kemampuan mereka dalam membina anak yang dapat dijadikan sebagai panutan. Anak memiliki kebiasaan meniru yang kuat terhadap seluruh perkataan dan perbuatan dari figure yang menjadi idolanya. Oleh karena itu anak secara naluriah akan menirukan perbuatan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Setelah penulis mengamati, masalah yang ada di PAUD Rahmad Habibi terdapat anak yang bersikap mau menang sendiri, anak menjadi sulit untuk berkomunikasi dengan tutor dan teman sebaya, ada anak menjadi pemalu jika disuruh untuk mengungkapkan pendapatnya, orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya menyebabkan tidak adanya waktu untuk berkomunikasi dengan anak, sehingga orang tua tidak ada waktu untuk mendampingi anak, anak bertindak agresif, anak selalu berkata yang tidak baik dengan menggunakan katakata yang kasar kepada teman-temannya. Jika orang tua menggunakan kata-kata yang kasar dan tidak sopan kepada anak, maka secara tidak langsung anak tersebut akan mempelajari apa yang dikatakan orang tuanya. Realitas demikian

6 perlu mendapat perhatian, karena perkembangan emosional anak akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang terdapat dalam keluarganya. Berdasarkan masalah di atas maka penulis merasa ini merupakan hal yang penting untuk di teliti agar dapat mengetahui bagaimana Hubungan Komunikasi Verbal Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-6 Tahun Di PAUD Rahmad Habibi. 1.2. Identifikasi Masalah Dengan melihat permasalahan yang ada dalam latar belakang tersebut maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yaitu : 1. Kurangnya komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anak menyebabkan kecerdasan emosional anak yang kurang optimal. 2. Anak memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dengan tutor dan teman sebaya. 3. Anak menjadi pemalu jika disuruh untuk mengungkapkan pendapatnya. 4. Kurangnya komunikasi orang tua dengan anak yang disebabkan kesibukan orang tua. 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut : Hubungan Komunikasi Verbal Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-6 Tahun Di PAUD Rahmad Habibi. 1.4. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Seberapa baik komunikasi verbal orang tua di PAUD Rahmad Habibi?

7 2. Seberapa baik kecerdasan emosional anak usia 4-6 tahun di PAUD Rahmad Habibi? 3. Apakah ada hubungan komunikasi verbal orang tua dengan kecerdasan emosional anak usia 4-6 tahun di PAUD Rahmad Habibi? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui komunikasi verbal orang tua di PAUD Rahmad Habibi. 2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional anak usia 4-6 tahun di PAUD Rahmad Habibi. 3. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi verbal orang tua dengan kecerdasan emosional anak usia 4-6 tahun di PAUD Rahmad Habibi. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua dalam menjalin komunikasi antara orang tua dengan anak. 2. Sebagai masukan kepada anak agar tetap menciptakan hubungan yang baik dengan orang tua. 3. Sebagai masukan bagi penyelenggara pendidikan bahwa komunikasi verbal orang tua sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak.

8 4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama. 5. Sebagai masukan bagi fakultas khususnya jurusan Pendidikan Luar Sekolah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. b. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang relevan dalam komunikasi orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional pada anak.