BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, sehingga setiap

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan yang lainnya. Sekolah juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

EFEKTIVITAS TEKNIK BIBLIOKONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMAN LOCERET NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang ada dikalangan remaja yang berada pada lingkungan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Reality Therapy. William Glasser

BAB I PENDAHULUAN. tempat peserta didik belajar, sehingga terjadilah proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan suatu gejala yang wajar dalam kehidupan. Dalam hubungan tersebut komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting. Corak komunikasi akan banyak ditentukan oleh latar belakang orang yang berkomunikasi, seperti kebiasaan dan kepribadian. Agar komunikasi berlangsung secara efektif seseorang perlu memiliki kemampuan asertif. Kemampuan asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan menegaskan hak-hak seseorang tetap menghargai perasaan dan hak orang lain ( dalam http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/08/03/meningkatkan-kemampuanasertif/). Asertif berasal dari bahasa inggris yaitu ascertain yang berarti menentukan,menetapkan. Joseph Wolpe (dalam http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/08/03/meningkatkan-kemampuanasertif/) mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku individu yang penuh keyakinan diri. Berdasarkan pengertian diatas dapat diartikan bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang merupakan pengungkapan perasaan, minat, pikiran, kebutuhan, pendapat yang dilakukan secara bijaksana, adil, serta penuh keyakinan diri, tepat dan tegas, bertanggung jawab serta tetap memperhatikan penghargaan atas kesetaraan dan hak orang lain. 1

2 Bersikap tegas (perilaku asertif) adalah ekspresi yang jujur dan tepat mengenai perasaan, opini, dan kebutuhan. Orang yang tegas mampu memberitahu orang lain tentang hal hal yang diinginkan dan tidak diinginkan. Ketegasan berarti kemampuan untuk menyatakan keinginan dengan tenang, apa yang diinginkan atau tidak diinginkan oleh seseorang dan bagaimana ia ingin diperlakukan (Hadfield dan Hasson, 2010 : 8) Perilaku asertif membuat seseorang menjadi lebih percaya diri dan merasa berharga, memiliki konsep diri yang tepat dalam kehidupan sehari-hari, serta memperoleh hubungan yang adil dengan orang lain dan orang lain akan memberi respon yang positif terhadapnya. Asertif adalah ketegasan, keberanian menyatakan pendapat sekaligus tetap menghormati dan peka terhadap kebutuhan orang lain, sehingga menemukan kompromi yang sama-sama menguntungkan. Ketekunan, keyakinan diri, semangat, tanggungjawab, disiplin, dan kesadaran diri yang dimiliki oleh individu yang asertif akan mempermudah untuk mencapai tujuannya(dalamhttp://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/08/03/meningkatkan -kemampuan-asertif/). Kemampuan asertif sangat perlu dimiliki oleh siswa SMA. Tapi pada kenyataannya banyak siswa yang belum mampu berperilaku asertif. Hal ini sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di MAN 2 Model Medan ditemukan beberapa siswa yang memiliki perilaku tidak asertif. Hal ini terlihat pada siswa yang tidak berani menolak memberikan contekan kepada teman sebangkunya dikarenakan segan setiap hari temannya tersebut mau mengantar jemputnya pulang pergi sekolah, siswa yang tidak berani menolak ketika ia disuruh merubah penampilannya hanya karena ia ingin berteman dengan

3 temannya tersebut, siswa yang tidak berani meminta kembali barang yang dipinjam temannya hanya karena segan, siswa yang tidak berani menolak ketika diajak merokok temannya karena takut dijauhi, siswa yang setiap harinya dikompasi oleh temannya namun ia tidak berani melawannya, dan siswa yang tidak berani menolak ketika disuruh- suruh membeli makanan di kantin pada saat jam istirahat sekolah karena takut dijauhi teman temannya. Mereka tidak berani untuk mengambil sikap secara tegas dan tidak mampu mengungkapkan ekspresi mengenai perasaan, opini dan kebutuhan secara lugas dan percaya diri. Mereka seringkali mengikuti kemauan teman temannya padahal mereka tidak menghendakinya hanya karena mereka takut dijauhi oleh teman temannya. Selain dari hasil observasi diatas, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK di sekolah tersebut. Dan hasil yang di dapat tidak jauh berbeda dengan hasil observasi tersebut, yaitu masih kurangnya kemampuan siswa untuk berperilaku asertif dikarenakan terlalu memikirkan perasaan teman temannya dan menyampingkan perasaan sendiri serta sebagian siswa takut dijauhi oleh temannya jika ia tidak mengikuti semua kemauan temannya tersebut. Dan berdasarkan hasil wawancara tersebut guru BK menyampaikan siswa yang kurang mampu berperilaku asertif sebagian besar berada di kelas X IPA 3, maka kelas tersebutlah yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Kasus dalam dunia pendidikan adalah remaja yang tidak tegas atau takut menolak teman yang ingin mencontek. Biasanya siswa yang mengalami situasi tersebut merasa takut, malu atau sungkan mengemukakan keinginan atau pendapatnya secara terbuka, tidak percaya diri, takut dijauhi, dan disepelekan oleh teman-teman (Rosita, 2007:8).

4 Banyak remaja non-asertif yang amat dihinggapi rasa takut sehingga mereka tidak mau menyatakan perasaan, kebutuhan, dan pendapatnya yang paling biasa sekalipun, sehingga remaja selalu merasa bersalah atas segala tindakan atau keputusan yang diambilnya itu. Banyak remaja yang menyatakan ide atau kebutuhannya dengan cara begitu tidak menonjolkan diri, sehingga orang lain tidak menghargai atau bahkan meremehkan mereka. Oleh karena itulah remaja cenderung enggan bersikap asertif, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu adanya rasa takut apabila nantinya dijauhi oleh teman-temannya atau kelompoknya (dalam http://voeaddie.blogspot.com/2007/09/pengaruhperilaku-asertif-terhadap.html). Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk meminta bantuan atau minta tolong orang lain, kecakapan untuk mengekspresikan perasaan perasaan positif maupun negatif. Kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan. Bentuk perilaku asertif sebagai kecakapan, mengekspresikan emosi baik secara verbal maupun non verbal ( Iriani, dalam Sanovaria, 2013:2) Perilaku asertif mempunyai peranan yang penting bagi penyesuaian sosial. Bila individu berperilaku asertif, maka ia mampu menyatakan perasaan dan keyakinan terbuka, langsung, jujur dan sebagaimana mestinya akan mengembangkan dirinya lebih percaya diri, lebih luwes dan ramah serta lebih pandai bergaul sehingga akan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Selain itu dengan berperilaku asertif memiliki banyak keuntungan, diantaranya : dengan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya seseorang tidak akan

5 dikendalikan orang lain, efektif dalam berinteraksi, lebih dihargai orang lain, menjadi lebih percaya diri dan memiliki rasa puas (Sanovaria, 2013:3-4). Konseling merupakan suatu proses intervensi yang bersifat membantu individu untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain. Konseling bisa dilakukan secara individual ataupun kelompok. Konseling kelompok berorientasi pada perkembangan individu dan usaha menemukan kekuatan kekuatan yang bersumber pada diri individu itu sendiri dalam memanfaatkan dinamika kelompok. Kegiatan konseling kelompok merupakan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berpikir secara sadar, perasaan perasaan, dan perilaku perilaku anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat. Melalui konseling kelompok, individu menjadi sadar akan kelemahan dan kelebihannya, mengenali keterampilan, keahlian dan pengetahuan serta menghargai nilai dan tindakannya sesuai dengan tugas tugas perkembangan (Wibowo, 2005 : 33-34 ). Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam konseling kelompok. Tinggal tiga pendekatan untuk diterapkan dalam konseling kelompok yaitu Rational Emotive Therapy, Konseling Behavioristik, dan wawancara untuk menyesuaikan diri (Interview for Adjustment) (Winkel, 2006:619). Konseling Behavioristik terbagi dalam Terapi Realita dan Multimodal Counseling. Maka dalam penelitian ini peneliti menganggap pendekatan yang paling sesuai untuk diterapkan adalah Terapi Realita. Terapi realitas menekankan pertimbangan pertimbangan nilai. Terapi realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang membantu

6 kegagalan yang dialaminya. Terapi ini beranggapan bahwa perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan membuat beberapa ketentuan mengenai sifat sifat konstruktif dan destruktifnya. Jika para klien menjadi sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka inginkan dan bahwa tingkah laku mereka merusak diri, maka ada kemungkinan yang nyata untuk terjadinya perubahan positif, semata mata karena mereka menetapkan bahwa alternatif alternatif bisa lebih baik daripada gaya mereka sekarang yang tidak realistis (Corey, 2005 : 266 267) Dari uraian uraian diatas dapat di simpulkan bahwa dengan konseling kelompok realita, siswa dapat terbantu untuk dapat bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya dalam bentuk nyata, dapat memahami dirinya dalam menemukan jalan yang lebih efektif, mengetahui hak hak pribadinya tanpa melanggar hak orang lain, dan dapat mengembangkan serta membina kepribadian atau kesehatan mental siswa secara sukses. Berdasarkan penjelasan diatas maka dengan memberikan layanan konseling kelompok realita dapat membantu siswa untuk mengatasi masalahnya mengenai perilaku asertif karena dalam layanan konseling kelompok realita ini siswa diminta untuk dapat bertindak sesuai realita agar bisa meningkatkan harga dirinya. Sehubungan dengan hal ini maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Realita Dalam Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

7 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasikan masalah penelitian ini adalah : a. Siswa tidak bisa untuk berkata tegas terhadap diri sendiri maupun orang lain b. Siswa tidak berani untuk berkata Tidak c. Siswa tidak bisa mengungkapkan keinginannya secara lugas dan percaya diri d. Siswa tidak mampu menyampaikan ekspresi yang jujur dan tepat mengenai perasaan, opini dan kebutuhannya e. Siswa merasa takut dijauhi teman temannya f. Siswa tidak mampu meminta pertolongan orang lain pada saat ia membutuhkannya g. Siswa tidak mampu menolak ajakan temannya yang dianggapnya salah h. Siswa tidak mampu mempertahankan hak hak pribadinya 1.3 Batasan Masalah Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki baik waktu, kemampuan dan dana untuk melakukan penelitian ini. Peneliti perlu membatasi masalah penelitian pada masalah perilaku asertif, dengan strategi layanan konseling kelompok realita. Dan siswa yang menjadi objeknya adalah siswa kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan T.A 2014/2015.

8 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh layanan konseling kelompok realita dalam meningkatkan perilaku asertif siswa kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan T.A 2014/2015? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok realita dalam meningkatkan perilaku asertif siswa kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan T.A 2014/2015. 1.6 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat penelitian adalah sebagai berikut : a. Manfaat Konseptual Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori Bimbingan Konseling khususnya mengenai Layanan Konseling Kelompok Realita dan menjadi tambahan referensi untuk kajian kajian psikologi dan komunikasi interpersonal khususnya tentang perilaku asertif. b. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi : 1. Bagi Konselor Dapat dijadikan bahan evaluasi untuk menangani masalah siswa yang berperilaku tidak asertif di sekolah.

9 2. Bagi Orang Tua Dapat dijadikan bahan tambahan untuk menangani masalah anak yang berperilaku tidak asertif dirumah. 3. Bagi Siswa Dapat dijadikan masukan untuk bisa berperilaku asertif dalam kehidupan sehari hari.