Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk indonesia adalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

PROGRAM PEMERINTAH UNTUK MENURUNKAN AKI & AKB DI INDONESIA PARADIGMA BARU HAK-HAK REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

Mitha Destyowati ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

Transkripsi:

ORIGINAL RESEARCH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASANGAN USIA SUBUR MENGGUNAKAN NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (NON MKJP) DI KOTA PONTIANAK Tisa Gusmiah 1, Surtikanti 1, Ronni Effendi 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak Abstrak Latar Belakang: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014, tertuang bahwa dalam rangka mempercepat pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi, lebih diarahkan kepada pemakaian Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Pemakaian jenis non MKJP lebih tinggi daripada jenis pemakaian MKJP, hal ini tidak sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dalam mempercepat pengendalian fertilitas ialah dengan memakai jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Tujuan: Mengetahui apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang di Kota Pontianak. Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan metode deskriptif analitik. Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Penentuan jumlah sampel diukur menggunakan rumus proporsi yang berjumlah 95 orang. Instrumen yang digunakan kuisioner. Analisis statistik yang digunakan penelitian ini adalah uji Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan α = 0,05. Hasil: Beberapa faktor tidak mempengaruhi PUS menggunakan menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang diperoleh dari faktor usia nilai p= 0,809 0,05. Faktor tingkat pendidikan nilai p= 0,815 0,05. Faktor tingkat pendapatan nilai p= 0,585 0,05. Faktor kemudahan memakai kontrasepsi p= 0,437 0,05. Faktor pengalaman memakai kontrasepsi p= 0,283 0,05. Faktor aksesibilitas p= 0,485 0,05. Kesimpulan: Tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi PUS menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang. Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang 69

PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus penduduk menurut publikasi BPS pada Agustus 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 235.5566.363 orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % per tahun. Dari gambaran tersebut, pemerintah mengambil suatu langkah antisipasi untuk menekan tingginya laju pertambahan penduduk dan kelahiran dengan membentuk sebuah badan yang secara spesifik dan khusus bertanggungjawab terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) [1]. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga pemerintah di Indonesia yang mempunyai tugas sangat besar untuk mengendalikan fertilitas yaitu dengan Program Keluarga Berencana (KB), yang mana dalam rangka mempercepat pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014, tertuang bahwa dalam rangka mempercepat pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi, lebih diarahkan kepada pemakaian Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Pemakaian jenis non MKJP lebih tinggi daripada jenis pemakaian MKJP, hal ini tidak sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dalam mempercepat pengendalian fertilitas ialah dengan memakai jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Hasil penelitian baru di Amerika tahun 2005 menyebutkan bahwa non MKJP ternyata kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibanding MKJP. Hasil penelitian selama tiga tahun dari 334 perempuan yang hamil, termasuk 156 kehamilan yang disebabkan kegagalan alat kontrasepsi, diantara 133 perempuan yang menggunakan pil, plester KB atau cincin KB dibanding hanya 21 orang yang menggunakan IUD atau susuk selama bertahun-tahun. Pengguna MKJP di Indonesia juga mengalami penurunan dari tahun 2011 ke 2013. Peserta KB Baru secara nasional pada bulan Desember 2011 sebanyak 884.367 peserta. Pada pengguna MKJP yaitu 51.431 peserta IUD (5,82%), 9.317 peserta MOW (1,05%), 1.614 peserta MOP (0,18%), 78.698 peserta Implant (8,90%), sedangkan untuk pengguna non MKJP yaitu 84.746 peserta Kondom (9,58%), 406.349 peserta Suntikan (45,95%), dan 252.212 peserta Pil (28,52%) [2]. Pada bulan Desember 2013 sebanyak 681.175 peserta, pada pengguna MKJP yaitu 45.707 peserta IUD (6,71%), 8.755 peserta MOW (1,29%), 54.626 peserta implant (8,02% ), 1.305 peserta MOP (0,19%), sedangkan untuk pengguna non MKJP yaitu 329.782 peserta suntikan (48,41%), 197.559 peserta pil (29,00%), dan 43.441 peserta kondom (6,38%) [2]. Pengguna bukan metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) di Kota Pontianak juga meningkat, berdasarkan data tahun 2013 dari sebanyak 62.879 peserta aktif menggunakan alat kontrasepsi, pengguna non MKJP lebih banyak yaitu 44.895 peserta aktif, untuk pengguna MKJP hanya 17.984 peserta aktif (Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pontianak, 2013). Pada tahun 2014 dari 64.021 70

peserta aktif menggunakan alat kontrasepsi, pengguna non MKJP makin bertambah dari tahun sebelumnya yaitu 46.023 peserta aktif, untuk pengguna MKJP hanya 17.998 peserta aktif [2]. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain crosssectional yang menggunakan metode deskriptif analitik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang(non MKJP) di kota Pontianak. Sampel penelitian ini adalah 95 orang. Instrumen penelitian yang digunakan ialah kuisoner, yang terdiri dari kuisoner A mencakup tentang data demografi responden, tingkat penghasilan alat ukur yang digunakan lembar ceklis dan lembar isian, kuisoner B untuk mengukur kemudahan menggunakan kontrasepsi, kuisoner C mencakup tentang mengukur variabel pengalaman menggunakan kontrasepsi dan kuisioner D mencakup tentang mengukur aksesibilitas yang menggunakan skala ukur likert. HASIL PENELITIAN Analisa Univariat Sebagian besar responden dengan dewasa muda sebanyak 82 orang (86,3 %), untuk dewasa akhir sebanyak 13 orang (13,7 %). Responden dengan berpendidikan rendah (tingkat SD dan SMP) sebanyak 24 orang (24,5%), untuk berpendidikan tinggi (tingkat SMA dan Sarjana) sebanyak 71 orang (72,5%). Responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 42 orang (42,9%) dan yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebanyak 53 orang (54,1%). Responden dengan kemudahan berkontrasepsi sebanyak 56 orang (57,1%), responden dengan tidak mudah berkontrasepsi sebanyak 39 orang (39,8%). Responden dengan sebanyak 63 orang (64,3%), responden dengan tidak sebanyak 32 orang (32,7%). Responden dengan aksesibilitas mudah sebanyak 81 orang (82,7%), responden dengan aksesibilitas tidak mudah sebanyak 14 orang (14,3%). Analisa Bivariat Faktor usia dengan penggunaan non MKJP Variabel usia dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,860. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,8 0 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha antara tingkat pendapatan dengan pengguna non MKJP (H0 diterima) (p= 0,8 0 Faktor Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,586. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,58 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha antara tingkat pendidikan dengan pengguna non MKJP (H0 diterima) (p= 0,58 Faktor Kemudahan Berkontrasepsi Variabel kemudahan menggunakan MKJP nilai significancy 71

menunjukkan angka 0,479. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,479 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha antara kemudahan mengunakan MKJP (H0 diterima) (p= 0,479 Faktor Pengalaman Berkontrasepsi Variabel pengalaman menggunakan MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,279. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,279 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha antara pengalaman menggunakan MKJP (H0 diterima) (p= 0,279 Faktor Aksesibilitas Variabel aksesibilitas tercapai mendapatkan kontrasepsi dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,479. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,479 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara aksesibilitas tercapai mendapatkan kontrasepsi dengan pengguna non MKJP (H0 diterima) (p= 0,479 PEMBAHASAN Fakor-faktor yang mempengaruhi PUS menggunakan non metode MKJP) Dari hasil penelitian mengenai karakteristik usia menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan non metode kontrasepsi jangka panjang yang terbanyak usia subur muda yang dibawah usia 32 tahun, karena diantara usia tersebut masa reproduksi masih subur. Dalam teori menyebutkan dari tingkat usia yang berpengaruh terhadap kemampuan reproduksi ialah ialah dibawah 60 tahun [3]. Pada tingkat pendidikan responden rata-rata yang menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang berpendidikan tinggi. Dalam teori menyebutkan orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah atau mereka yang tidak berpendidikan, maka dalam menghadapi gagasan barupun mereka akan lebih banyak mempergunakan rasio dari pada emosi [3]. Pada tingkat pendapatan responden rata-rata yang menggunakan non meotde kontraspsi jangka panjang berpendapatan tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan teori makin tinggi pendapatan seseorang dapat diasumsikan bahwa derajat kesehatannya akan semakin baik, karena akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan akan semakin mudah. Pada faktor kemudahan menggunakan jenis non metode kontrasepsi jangka panjang ini rata-rata mudah dalam penggunaan non metode kontrasepsi jangka panjang, hal ini sejalan dengan teori dikarenakan cara penggunaan kontrasepsi jenis pil hanya dengan diminum secara teratur dan jenis kontrasepsi suntik hanya dilakukan dengan cara disuntik secara berkala. Pada faktor pengalaman berkontrasepsi ini rata-rata berpengalaman dalam menggunakan 72

jenis non metode kontrasepsi jangka panjang, hal ini sejalan dengan teori karena seseorang yang kecewa dengan pemakaian suatu metode akan mempengaruhi orang lain untuk tidak menggunakannya. Sebaliknya bila seseorang puas dengan pemakaian suatu metode mereka akan mengajak orang lain untuk menggunakan kontrasepsi seperti yang dipakainya. Pada aksesibilitas, rata-rata responden dalam mendapatkan jenis non metode kontrasepsi jangka panjang ini mudah, hal ini bisa dikarenakan untuk sekarang jenis non metode kontrasepsi jangka panjang ini mudah didapat dan pelayanan dari pihak puskesmas ataupun dinas kesehatan langsung turun ke lapangan dalam memberikan jenis non metode kontrasepsi jangka panjang ini. SIMPULAN 1. Sebagian besar responden dengan dewasa muda sebanyak 82 orang (86,3 %), untuk dewasa akhir sebanyak 13 orang (13,7 %). 2. Sebagian besar responden dengan berpendidikan rendah (tingkat SD dan SMP) sebanyak 24 orang (24,5%), untuk berpendidikan tinggi (tingkat SMA dan Sarjana) sebanyak 71 orang (72,5%). 3. Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 42 orang (42,9%) dan yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebanyak 53 orang (54,1%). 4. Sebagian besar responden dengan kemudahan berkontrasepsi sebanyak 56 orang (57,1%), responden dengan tidak mudah berkontrasepsi sebanyak 39 orang (39,8%). Hasil uji statistik pada variabel kemudahan menggunakan kontrasepsi dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,479. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,479 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara kemudahan mengunakan kontrasepsi (H0 diterima) (p= 0,479 5. Responden dengan sebanyak 63 orang (64,3%), responden dengan tidak sebanyak 32 orang (32,7%). Hasil uji statistik pada variabel pengalaman menggunakan kontrasepsi nilai significancy menunjukkan angka 0,279. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,279 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara pengalaman menggunakan kontrasepsi (H0 diterima) (p= 0,279 6. Responden dengan aksesibilitas mudah sebanyak 81 orang (82,7%), responden dengan aksesibilitas tidak mudah sebanyak 14 orang (14,3%).Hasil uji statistik 73

pada variabel aksesibilitas tercapai mendapatkan kontrasepsi dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,479. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,479 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara aksesibilitas tercapai mendapatkan kontrasepsi (H0 diterima) (p= 0,479 SARAN 1. Bagi Peneliti Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pasangan usia subur menggunakan non metode MKJP), sebaiknya bisa meneliti lebih dalam lagi terutama dengan menggunakan metode yang berbeda, seperti case control, metode kualitatif, dan lain-lain. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pengguna non metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP), oleh sebab itu saya selaku peneliti menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang faktor lain selain usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, kemudahan menggunakan kontrasepsi, pengalaman menggunakan kontrasepsi, aksesibilitas. 2. Bagi Instansi Pendidikan Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan referensi literatur keperawataan khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur menggunakan non metode MKJP). 3. Bagi Puskesmas Bagi Puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan kualitas dalam pelayanan dan penanganan misalnya seperti melakukan penyuluhan kesehatan dalam pemilihan kontrasepsi jenin non metode MKJP) ini. 4. Bagi masyarakat Khusus bagi pasangan usia subur yang menggunakan jenis kontrasepsi non jangka panjang untuk lebih mengetahui manfaat dari jenis metode kontrasepsi yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA [1] Irianto, K. 2014. Pelayanan keluarga berencana. Bandung : Alfabeta CV [2] Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pontianak. Data Program Keluarga Berencana Kota Pontianak bulan [3] Ratih P, 2011. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan akseptor kb pria dalam menentukan pilihan kontrasepsi. [4] Laporan umpan balik : hasil pelaksannaan sub sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, 2013. (http://www.bkkbn.go.id/data/docum ents/laporan%20hasil%20pelayanan %20Kontrasepsi%20Desember%2020 13.pdf) Diakses tanggal 11 November 2014 [5] Laporan umpan balik : hasil pelaksannaan sub sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, 2011. (http://www.bkkbn.go.id/data/docum ents/laporan%20hasil%20pelayanan %20Kontrasepsi%20Desember%2020 74

11.pdf) diakses tanggal 11 Desember 2014 [6] Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Barat, 2013. Peserta kb baru tahun 2013. Pontianak 75