ORIGINAL RESEARCH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASANGAN USIA SUBUR MENGGUNAKAN NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (NON MKJP) DI KOTA PONTIANAK Tisa Gusmiah 1, Surtikanti 1, Ronni Effendi 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak Abstrak Latar Belakang: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014, tertuang bahwa dalam rangka mempercepat pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi, lebih diarahkan kepada pemakaian Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Pemakaian jenis non MKJP lebih tinggi daripada jenis pemakaian MKJP, hal ini tidak sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dalam mempercepat pengendalian fertilitas ialah dengan memakai jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Tujuan: Mengetahui apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang di Kota Pontianak. Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan metode deskriptif analitik. Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Penentuan jumlah sampel diukur menggunakan rumus proporsi yang berjumlah 95 orang. Instrumen yang digunakan kuisioner. Analisis statistik yang digunakan penelitian ini adalah uji Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan α = 0,05. Hasil: Beberapa faktor tidak mempengaruhi PUS menggunakan menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang diperoleh dari faktor usia nilai p= 0,809 0,05. Faktor tingkat pendidikan nilai p= 0,815 0,05. Faktor tingkat pendapatan nilai p= 0,585 0,05. Faktor kemudahan memakai kontrasepsi p= 0,437 0,05. Faktor pengalaman memakai kontrasepsi p= 0,283 0,05. Faktor aksesibilitas p= 0,485 0,05. Kesimpulan: Tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi PUS menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang. Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang 69
PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus penduduk menurut publikasi BPS pada Agustus 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 235.5566.363 orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % per tahun. Dari gambaran tersebut, pemerintah mengambil suatu langkah antisipasi untuk menekan tingginya laju pertambahan penduduk dan kelahiran dengan membentuk sebuah badan yang secara spesifik dan khusus bertanggungjawab terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) [1]. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah lembaga pemerintah di Indonesia yang mempunyai tugas sangat besar untuk mengendalikan fertilitas yaitu dengan Program Keluarga Berencana (KB), yang mana dalam rangka mempercepat pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014, tertuang bahwa dalam rangka mempercepat pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi, lebih diarahkan kepada pemakaian Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Pemakaian jenis non MKJP lebih tinggi daripada jenis pemakaian MKJP, hal ini tidak sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dalam mempercepat pengendalian fertilitas ialah dengan memakai jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Hasil penelitian baru di Amerika tahun 2005 menyebutkan bahwa non MKJP ternyata kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibanding MKJP. Hasil penelitian selama tiga tahun dari 334 perempuan yang hamil, termasuk 156 kehamilan yang disebabkan kegagalan alat kontrasepsi, diantara 133 perempuan yang menggunakan pil, plester KB atau cincin KB dibanding hanya 21 orang yang menggunakan IUD atau susuk selama bertahun-tahun. Pengguna MKJP di Indonesia juga mengalami penurunan dari tahun 2011 ke 2013. Peserta KB Baru secara nasional pada bulan Desember 2011 sebanyak 884.367 peserta. Pada pengguna MKJP yaitu 51.431 peserta IUD (5,82%), 9.317 peserta MOW (1,05%), 1.614 peserta MOP (0,18%), 78.698 peserta Implant (8,90%), sedangkan untuk pengguna non MKJP yaitu 84.746 peserta Kondom (9,58%), 406.349 peserta Suntikan (45,95%), dan 252.212 peserta Pil (28,52%) [2]. Pada bulan Desember 2013 sebanyak 681.175 peserta, pada pengguna MKJP yaitu 45.707 peserta IUD (6,71%), 8.755 peserta MOW (1,29%), 54.626 peserta implant (8,02% ), 1.305 peserta MOP (0,19%), sedangkan untuk pengguna non MKJP yaitu 329.782 peserta suntikan (48,41%), 197.559 peserta pil (29,00%), dan 43.441 peserta kondom (6,38%) [2]. Pengguna bukan metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) di Kota Pontianak juga meningkat, berdasarkan data tahun 2013 dari sebanyak 62.879 peserta aktif menggunakan alat kontrasepsi, pengguna non MKJP lebih banyak yaitu 44.895 peserta aktif, untuk pengguna MKJP hanya 17.984 peserta aktif (Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pontianak, 2013). Pada tahun 2014 dari 64.021 70
peserta aktif menggunakan alat kontrasepsi, pengguna non MKJP makin bertambah dari tahun sebelumnya yaitu 46.023 peserta aktif, untuk pengguna MKJP hanya 17.998 peserta aktif [2]. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain crosssectional yang menggunakan metode deskriptif analitik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang(non MKJP) di kota Pontianak. Sampel penelitian ini adalah 95 orang. Instrumen penelitian yang digunakan ialah kuisoner, yang terdiri dari kuisoner A mencakup tentang data demografi responden, tingkat penghasilan alat ukur yang digunakan lembar ceklis dan lembar isian, kuisoner B untuk mengukur kemudahan menggunakan kontrasepsi, kuisoner C mencakup tentang mengukur variabel pengalaman menggunakan kontrasepsi dan kuisioner D mencakup tentang mengukur aksesibilitas yang menggunakan skala ukur likert. HASIL PENELITIAN Analisa Univariat Sebagian besar responden dengan dewasa muda sebanyak 82 orang (86,3 %), untuk dewasa akhir sebanyak 13 orang (13,7 %). Responden dengan berpendidikan rendah (tingkat SD dan SMP) sebanyak 24 orang (24,5%), untuk berpendidikan tinggi (tingkat SMA dan Sarjana) sebanyak 71 orang (72,5%). Responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 42 orang (42,9%) dan yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebanyak 53 orang (54,1%). Responden dengan kemudahan berkontrasepsi sebanyak 56 orang (57,1%), responden dengan tidak mudah berkontrasepsi sebanyak 39 orang (39,8%). Responden dengan sebanyak 63 orang (64,3%), responden dengan tidak sebanyak 32 orang (32,7%). Responden dengan aksesibilitas mudah sebanyak 81 orang (82,7%), responden dengan aksesibilitas tidak mudah sebanyak 14 orang (14,3%). Analisa Bivariat Faktor usia dengan penggunaan non MKJP Variabel usia dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,860. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,8 0 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha antara tingkat pendapatan dengan pengguna non MKJP (H0 diterima) (p= 0,8 0 Faktor Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,586. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,58 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha antara tingkat pendidikan dengan pengguna non MKJP (H0 diterima) (p= 0,58 Faktor Kemudahan Berkontrasepsi Variabel kemudahan menggunakan MKJP nilai significancy 71
menunjukkan angka 0,479. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,479 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha antara kemudahan mengunakan MKJP (H0 diterima) (p= 0,479 Faktor Pengalaman Berkontrasepsi Variabel pengalaman menggunakan MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,279. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,279 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha antara pengalaman menggunakan MKJP (H0 diterima) (p= 0,279 Faktor Aksesibilitas Variabel aksesibilitas tercapai mendapatkan kontrasepsi dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,479. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,479 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara aksesibilitas tercapai mendapatkan kontrasepsi dengan pengguna non MKJP (H0 diterima) (p= 0,479 PEMBAHASAN Fakor-faktor yang mempengaruhi PUS menggunakan non metode MKJP) Dari hasil penelitian mengenai karakteristik usia menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan non metode kontrasepsi jangka panjang yang terbanyak usia subur muda yang dibawah usia 32 tahun, karena diantara usia tersebut masa reproduksi masih subur. Dalam teori menyebutkan dari tingkat usia yang berpengaruh terhadap kemampuan reproduksi ialah ialah dibawah 60 tahun [3]. Pada tingkat pendidikan responden rata-rata yang menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang berpendidikan tinggi. Dalam teori menyebutkan orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah atau mereka yang tidak berpendidikan, maka dalam menghadapi gagasan barupun mereka akan lebih banyak mempergunakan rasio dari pada emosi [3]. Pada tingkat pendapatan responden rata-rata yang menggunakan non meotde kontraspsi jangka panjang berpendapatan tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan teori makin tinggi pendapatan seseorang dapat diasumsikan bahwa derajat kesehatannya akan semakin baik, karena akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan akan semakin mudah. Pada faktor kemudahan menggunakan jenis non metode kontrasepsi jangka panjang ini rata-rata mudah dalam penggunaan non metode kontrasepsi jangka panjang, hal ini sejalan dengan teori dikarenakan cara penggunaan kontrasepsi jenis pil hanya dengan diminum secara teratur dan jenis kontrasepsi suntik hanya dilakukan dengan cara disuntik secara berkala. Pada faktor pengalaman berkontrasepsi ini rata-rata berpengalaman dalam menggunakan 72
jenis non metode kontrasepsi jangka panjang, hal ini sejalan dengan teori karena seseorang yang kecewa dengan pemakaian suatu metode akan mempengaruhi orang lain untuk tidak menggunakannya. Sebaliknya bila seseorang puas dengan pemakaian suatu metode mereka akan mengajak orang lain untuk menggunakan kontrasepsi seperti yang dipakainya. Pada aksesibilitas, rata-rata responden dalam mendapatkan jenis non metode kontrasepsi jangka panjang ini mudah, hal ini bisa dikarenakan untuk sekarang jenis non metode kontrasepsi jangka panjang ini mudah didapat dan pelayanan dari pihak puskesmas ataupun dinas kesehatan langsung turun ke lapangan dalam memberikan jenis non metode kontrasepsi jangka panjang ini. SIMPULAN 1. Sebagian besar responden dengan dewasa muda sebanyak 82 orang (86,3 %), untuk dewasa akhir sebanyak 13 orang (13,7 %). 2. Sebagian besar responden dengan berpendidikan rendah (tingkat SD dan SMP) sebanyak 24 orang (24,5%), untuk berpendidikan tinggi (tingkat SMA dan Sarjana) sebanyak 71 orang (72,5%). 3. Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 42 orang (42,9%) dan yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebanyak 53 orang (54,1%). 4. Sebagian besar responden dengan kemudahan berkontrasepsi sebanyak 56 orang (57,1%), responden dengan tidak mudah berkontrasepsi sebanyak 39 orang (39,8%). Hasil uji statistik pada variabel kemudahan menggunakan kontrasepsi dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,479. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,479 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara kemudahan mengunakan kontrasepsi (H0 diterima) (p= 0,479 5. Responden dengan sebanyak 63 orang (64,3%), responden dengan tidak sebanyak 32 orang (32,7%). Hasil uji statistik pada variabel pengalaman menggunakan kontrasepsi nilai significancy menunjukkan angka 0,279. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,279 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara pengalaman menggunakan kontrasepsi (H0 diterima) (p= 0,279 6. Responden dengan aksesibilitas mudah sebanyak 81 orang (82,7%), responden dengan aksesibilitas tidak mudah sebanyak 14 orang (14,3%).Hasil uji statistik 73
pada variabel aksesibilitas tercapai mendapatkan kontrasepsi dengan pengguna non MKJP nilai significancy menunjukkan angka 0,479. Kedua variabel tersebut tidak signifikan karena nilai signifikan 0,479 0,05.Artinya H0 diterima dan Ha ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara aksesibilitas tercapai mendapatkan kontrasepsi (H0 diterima) (p= 0,479 SARAN 1. Bagi Peneliti Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pasangan usia subur menggunakan non metode MKJP), sebaiknya bisa meneliti lebih dalam lagi terutama dengan menggunakan metode yang berbeda, seperti case control, metode kualitatif, dan lain-lain. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pengguna non metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP), oleh sebab itu saya selaku peneliti menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang faktor lain selain usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, kemudahan menggunakan kontrasepsi, pengalaman menggunakan kontrasepsi, aksesibilitas. 2. Bagi Instansi Pendidikan Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan referensi literatur keperawataan khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur menggunakan non metode MKJP). 3. Bagi Puskesmas Bagi Puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan kualitas dalam pelayanan dan penanganan misalnya seperti melakukan penyuluhan kesehatan dalam pemilihan kontrasepsi jenin non metode MKJP) ini. 4. Bagi masyarakat Khusus bagi pasangan usia subur yang menggunakan jenis kontrasepsi non jangka panjang untuk lebih mengetahui manfaat dari jenis metode kontrasepsi yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA [1] Irianto, K. 2014. Pelayanan keluarga berencana. Bandung : Alfabeta CV [2] Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pontianak. Data Program Keluarga Berencana Kota Pontianak bulan [3] Ratih P, 2011. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan akseptor kb pria dalam menentukan pilihan kontrasepsi. [4] Laporan umpan balik : hasil pelaksannaan sub sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, 2013. (http://www.bkkbn.go.id/data/docum ents/laporan%20hasil%20pelayanan %20Kontrasepsi%20Desember%2020 13.pdf) Diakses tanggal 11 November 2014 [5] Laporan umpan balik : hasil pelaksannaan sub sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, 2011. (http://www.bkkbn.go.id/data/docum ents/laporan%20hasil%20pelayanan %20Kontrasepsi%20Desember%2020 74
11.pdf) diakses tanggal 11 Desember 2014 [6] Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Barat, 2013. Peserta kb baru tahun 2013. Pontianak 75